Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Senin, 21 Januari 2013

Posko Peduli Banjir PLUIT 2013

Banjir yg menimpa Jakarta sungguh melumpuhkan kehidupan beberapa daerah. Contohnya saja Pluit, banyak rumah penduduk yang terendam sampai ke atap. Apa daya, banjir kali ini tidak pandang bulu, perumahan mewah pun habis dilahapnya. Masih teringat jelas ketika hari Rabu sore, murid-murid les dijemput sebelum waktunya. Hujan yang deras itu seakan menghabiskan stok. Akh.. Seperti sale awal tahun saja. Para orangtua kuatir, anak-anak mereka harus segera pulang sebelum akses yg menuju rumah mereka terendam banjir.

Hari Kamis pun masih melanjutkan "sale" hujan besar-besaran. Di rumahku sudah terdengar deru hujan mulai dari pukul 1 pagi Kamis dini hari. Suara geledek pun tak mau kalah, menggelegar sampai rumah pun bergetar.

Kamis pagi kami keluar rumah dengan mengendarai motor, dengan perlengkapan jas hujan lengkap. Payung juga tidak lupa dibawa. Rumah kami tidak banjir, tetapi akses menuju rumah banjir hampir 1 meter. Naik motor adalah solusi untuk mengurangi resiko, daripada naik mobil tidak bisa pulang. Aktivitas harian harus tetap berjalan walau hujan.



Menurut orang-orang di pengungsian ini, tragedi banjir itu dimulai dari hujan besar-besaran di hari Kamis. Akibat hujan tanggul pada bocor. Jakarta bak palung yang menampung air dari segala penjuru. Tidak ada pengairan, air berkumpul dan menenggelamkan rumah penduduk.

Saat ini 1.29 WIB, Senin dini hari. Beberapa pengungsi berkumpul di Cometa Arena. Rumah mereka terendam banjir. Banyak cerita dari mereka. Sekarang ini baru sekitar 200 orang yang berkumpul di sini. Ketika pengevakuasian, perahu karet hanya dapat menampung sekitar 5-6 orang pengungsi + 2 orang voluntir penyelamat. Jarak Yang ditempuh bisa 1 jam, sehingga tidak banyak yang dapat dijangkau dalam 1 hari. Pastinya para penyelamat ini ingin melakukan lebih banyak tetapi medannya sulit terjangkau. Sedih rasanya mendengar cerita kalau masih banyak lagi korban banjir di daerah Teluk Gong.

Sebagai relawan, tentu saja kami merasa senang dapat menolong sesama. Tetapi ternyata mereka yang ditolong tidaklah semua yang merasa senang untuk ditolong. Ada juga yang memilih-milih regu penolong, "Akh.. Kami pikir ini grup dari 'ini'... aduh gimana yaa". Wah.. Ternyata si ibu ini ingin ditolong oleh grup penolong lain dan ingin dikembalikan ke tempatnya sampai regu penolong yang dimaksudnya datang. Belum lagi anak-anak yang tidak terbiasa untuk tinggal di tempat asing.

Ada beberapa ibu yang mau bercerita tentang rumahnya yang terendam sampai atap. Ada beberapa bapak yang tidak merasa aman untuk meninggalkan rumahnya, sehingga mereka pun kembali ke rumahnya. Seorang bapak yang ketakutan bercerita kalau rumah tetangganya sudah disantroni maling, sepeda motor pun melayang. Memang serba salah. Posko pengungsi bertujuan untuk menyediakan air bersih, listrik dan kebutuhan dasar lainnya. Tetapi ada kalanya seorang kepala keluarga harus memilih antara kebutuhan dasarnya atau rumahnya dan harta bendanya. Benarlah pepatah ini "dimana hartamu berada, di situlah hatimu berada".

Sudah pukul 1.53, para pengungsi tidak dapat tidur, ntah sudah berapa orang yang sedari tadi keluar masuk dari ruangan tidur mereka. Ada anak yang menangis terus, tidak kerasan dan ingin pulang. Melihat penderitaan mereka, kantukku pun hilang. Padahal besok siang harus mengajar.
Posko ini melimpah ruah makanan dan persediaannya, namun ini hanya sebagian kecil untuk mengurangi penderitaan mereka saja. Masih banyak posko yang berkekurangan makanan. Masih banyak orang yang tidak mau dievakuasi. Padahal prediksi BMKG mengatakan bahwa satu minggu ini masih bercuaca ekstrim. Yah.. Kita berdoa saja ya.

Saran dari seorang tentara yang mampir ke "posko susu bayi" untuk membuat kopi, "kalau lagi keadaan begini jangan mikirin yang sedih-sedih".
Sudah 2.12 am, mata masih melek, otak masih berpikir.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar