Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Selasa, 25 Januari 2011

Garam dan Terang Dunia

Topik ini sangat ramai dibicarakan, apalagi di kalangan anak muda. Beberapa kali saya menuliskan topik ini, tetapi saat ini saya ingin menceritakan sedikit sisi lain dari garam dan terang. Saya sangat berharap tulisan ini dapat menjadi berkat bagi pembaca.

Tulisan ini terinspirasi dari sebuah lagu Glen Fredly yg dinyanyikan seorang teman di hari Minggu kemaren, “Jadilah terang jangan di tempat yang terang, jadilah terang di tempat yang gelap... Jadilah garam jangan di tengah lautan...”. Saya suka lagu ini, baik dari sisi musikalitas, easy listening, dan isinya. Mendengar lagu ini saya mereview kembali apa yang pernah saya tulis, terutama tentang “world”. Let’s we do this.. I realy want to present the make sense thing, so we can understand our function. Check this!

-000-

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Mat 5:13

Fungsi garam adalah memurnikan, membersihkan, memelihara dari kerusakan (mengawetkan). Secara metaforis juga garam melambangkan kebijaksaan dan kehati-hatian. Jika kita adalah garam, esensi yang paling penting adalah di ‘rasa asin’ nya. Kalau sudah tidak asin berarti bukan garam lagi. “Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain." Mark 9:50. “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang.” Kol 4:6. “untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu”. 1Pet 1:4.

Mari kita melihat sisi lain dari garam. Poinnya adalah dimana kita seharusnya menjadi garam? Dimana kita harus menjadi terang? supaya kita berfungsi untuk kemuliaan Tuhan

“Kamu adalah garam dunia”. Kata “dunia” di sini sangat berbeda dengan kata “dunia” pada “Kamu adalah terang dunia”. Kata “dunia” pada garam dunia lebih spesifik dari kata “dunia” pada terang dunia. Seolah-olah orang kristen harus dapat menjadi multifungsi di dunia yang berbeda. Kata “dunia” pada garam dunia adalah menunjukkan suatu region tertentu, kiasan untuk penduduk suatu negara, dan menunjukkan suatu komuniatas tertentu.

Bicara soal menjadi garam dunia, berarti adanya proses penggaraman dalam suatu komunitas, proses memurnikan, membersihkan dan mengawetkan. Berarti untuk menjadi garam dunia, kita harus tertanam dalam suatu komunitas. Di dalam komunitaslah kita dapat saling memberi pengaruh, mencurahkan segala talenta kita, belajar memecahkan konflik, belajar dipimpin dan memimpin, belajar berdoa, mempraktekkan iman dan karunia rohani, belajar untuk listening bukan sekedar hearing.

Praktek penggaraman ini baik diterapkan dalam komunitas yang kecil, sebut saja komsel dibandingkan gereja yang jumlahnya terlalu besar. Komunitas ini seperti garam yang diambil dari lautan luas dan yang akhirnya dapat tiba di rumah kita masing-masing untuk memberi rasa enak pada makan kita. Di dalam gereja, terlalu sulit bagi kita untuk menceritakan kelebihan dan kekurangan kita, kadang kita agak minder untuk menyatakan saya dapat melakukan ini dan itu, dan merasa talenta kita terlalu kecil. Tetapi ketika kita berada dalam komsel, kita menjadi sangat berfungsi. Apa yang kita anggap biasa untuk kita lakukan, ternyata ada yang mengatakan “wow.. itu luar biasa”, dan dapat membangkitkan semangat kita untuk melakukan hal yang terbaik. Ketika kita lemah dan bertanya-tanya, ternyata ada orang yang dapat share pengalamanhidupnya dan hal itu menjadi jawaban kita. Itulah pentingnya berkomunitas. Orang-orang dalam komsel dapat sadar akan ke’asinan’nya dan berbagi kepada anggota komsel itu.

#menjadi garam dunia adalah urusan mengimprove inner beauty kita#

Mari kita melihat proses terbetuknya garam atau yang sebih sering disebut penggaraman. Dalam ilmu kimia, garam dapat terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Reaksinya adalah:

Asam + Basa menghasilakn Garam + Air

Misalnya: Asam Klorida + Natrium Hidroksida menghasilkan Garam + Air

Asam bersifat mengkikis, sedangkan Basa yang berdiri sendiri bersifat racun, tetapi jika keduanya bereaksi akan menghasilkan garam dan air. Di dalam komunitas ada tipe orang ‘pengikis’, orang yang tau Firman, dapat menasehati orang, menyatakan kesalahan, tetapi ada pula orang bertipe ‘racun’, yaitu orang yang menganggap dirinya sampah masyarakat, tida berguna namun datang kepada suatu komunitas supaya dapat berubah. Atau orang-orang yang berpikiran negatif dan melemahkan. Namun ketika mereka ini tertanam dalam komunitas mereka akan menghasilkan garam dan air, sifat racun itu dapat menjadi residu yang akan dibuang nantinya.

Betapa pentingnya hidup dalam komunitas. Sehingga dapat dibayangkan seorang ‘pengikis’ yang tidak tertanam dalam suatu komunitas, dapat menjadi penasehat yang hanya me’ngikis’ saja, tanpa ada yang mengkoreksi dirinya, dan bahayanya tidak sadar telah menyesatkan orang lain. Seorang yang bersifat ‘basa’ hanya meracuni hidup orang lain terlebih meracuni diri sendiri. Sedangkan jika ia bersedia dipimpin dalam suatu komunitas, sifat racun itu akan menjadi residu yang akan dibuang nantinya. Ketika kita tertanam dalam komunitas, ada orang yang menasehati kita, kita juga dapat menjadi pelengkap bagi orang lain dan saling melengkapi orang-orang dalam komunitas.

Proses penggaraman itu juga menghasilkan air. Dalam komunitas sering terjadi gesekan untuk menghasilkan pemurnian. Ketika terjadi pemurnian ada ‘unsur-unsur’ yang terlepas dari reaksi akan menjadi residu, zat sisa. Mereka itu adalah ‘Yudas’. “Apakah pelajaran penting mengenai Yudas? Tentu saja pengkhianatan! Yudas rela menjual Yesus demi kepentingan pribadinya yg terselubung. Org spt itu tdk akan menuai hidup. My friends, berhati-hatilah thdp 'Yudas' dlm keluarga, organisasi, pelayanan atau pekerjaan. Jgn pernah mempercayai org yg kesetiaan-nya bisa dibeli oleh uang atau kepentingan. Jgn juga kaget kalau org terdekatmu mengkhianatimu. Berjaga-jagalah!” (thanks to om Sonny to sent me this message).

Menjadi garam dunia, berarti membangun diri kita sendiri, proses untuk menjadi dewasa rohani, membangun hubungan kita dengan Tuhan, merangkai gambar diri kita sesuai dengan gambar Kristus. Adalah keputusan kita untuk mau tertanam dalam komunitas dan saling menggarami, memberi pengaruh, saling membangun. Kita tidak dapat single fighter untuk menjadi garam dunia. Tuhan Yesus membentuk suatu komunitas kecil (12 murid) dan menggarami mereka, supaya mereka nantinya dapat menggarami orang lain. Di situ murid-murid belajar untuk dipimpin supaya nantinya mereka dapat memimpin, walaupun demikian ada seorang murid yang terlepas dari komunitas, dan menjadi residu, terbuang. Makanya penting untuk saling terikat dalam suatu komunitas, tunduk pada otoritas dan mau dipimpin. Untuk menjadi garam dunia, kita harus melekat kepada Kristus, tidak seperti Yudas yang melepaskan diri dan menjadi penghianat.

“Kamu adalah terang Dunia”, Kata “dunia” di sini berarti kosmos, yaitu dunia alam semesta, juga diartikan sebagai perhiasan atau ornamen, arti lain menyebutkan makna etis. Jika kita terang dunia, maka seharusnya kita adalah perhiasan atau ornamen yang menjadikan dunia ini lebih indah, kita juga seharusnya dapat menjadi standar etis bagi dunia. Berarti kita harus show off our inner beauty. Karakter kita, kekudusan, hidup kita sangat matter di mata dunia. Terang itu tidak mungkin tersembunyi, ia harus terlihat. Sifat dasar cahaya adalah memantul ke semua arah, memasuki celah.

Tujuan menjadi terang adalah “supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”. Ini agak berbeda dengan “menjadi garam”, yang tidak mengatakan 'supaya orang lain dapat melihat perbuatan' penggaraman tersebut. Ada yang harus ditonjolkan di sini, tidak disembunyikan. Orang lain harus dapat melihat ‘perbuatan kita yang baik’. Kata ‘baik’ di sini adalah ‘kalos’, yaitu excellence, kualitas dan karakter yang baik, berbudi luhur, dibicarakan, orang yang dalam tugasnya dapat direferensikan: gembala yang baik (Yoh 10:11), diaken yang baik (1Tim 4:6), prajurit yang baik (2Tim 2:3), pengurus/ pengelola yang baik (1Pet 4:10).

#Rasanya tidak mungkin untuk menjadi terang sebelum mengalami menjadi garam#

Seorang dapat berbuat ‘kalos’ melalui iman dalam Tuhan Yesus Kristus, seperti yang dianugerahkan kepadanya (2Pet 1:4). Oleh karena itu perbuatan manusia dapat dibagi menjadi dua kategori, dead work yang dilakukan sebelum keselamatan (Ibr 9:14), dan good work, yaitu perbuatan baik yang termotivasi akan kasih karunia Allah setelah keselamatannya. Dalam melakukan perbuatan baik, Kristus harus yang utama dalam hati kita. Tuhan Yesus mengajarkan praktek berbuat baik, tetapi hanya kepada murid-muridNya dan orang-orang yang akan percaya (Luk 6:27). Masalahnya kita tidak tau siapa calon-calon orang yang akan percaya ini, itu adalah kasih karunia Tuhan. Adalah baik jika kita dapat menampilkan karakter Kristus kepada semua orang. Adalah baik jika kita mempunyai integritas dalam hidup kita. Karena “Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar” (Amsal 22:1).

#menjadi terang berarti menjadi saksi#

Jadi kita sebagai orang kirsten, harus memberikan fungsi kita baik bagi orang teman-teman seiman dan kepada orang yang belum mengenal Tuhan, supaya Tuhan Yesus dipermuliakan perbuatan atau pekerjaan yang kita lakukan. Marilah kita membangun iman kita, saling memberi pengaruh baik bagi komunitas kita dan dapat memancarkan terang Kristus bagi dunia (kosmos).