Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Senin, 09 Mei 2011

What Are You Doing Here?

"What are you doing here, Elijah?" 1 Raj 19:9

Pertanyaan ini diajukan kepada Elia. Tuhan menanyakan suatu pertanyaan pertanggung jawaban Elia terhadap tugas-tugasnya. Seringkali kita menemukan Tuhan bertanya kepada orang-orang-Nya. Itulah salah satu bukti bahwa Allah turut bekerja dalam sgala perkara. Ia memberikan tugas, namun saat tugas itu tak berjalan seperti seharusnya Ia bertanya. Pertanyaan yang diajukan adalah suatu pertanyaan pertanggung jawaban, pertanyaan yang membuat penjawabnya mengoreksi diri, melihat apa yang telah dilakukannya, baik atau buruk.

Seperti halnya pertanyaan Tuhan yang diajukan kepada Adam ketika baru saja dirinya jatuh dalam dosa, "Di manakah engkau?" (Kej 3:9). Atau pertanyaan kepada Kain, ketika Kain baru saja membunuh Habel, adiknya, "Di mana Habel, adikmu itu?" (Kej 4:9). Dan juga Ayub, yang diberikan begitu banyak pertanyaan, "Bersiaplah engkau sebagai laki-laki! Aku akan menanyai engkau, supaya engkau memberitahu Aku" (Ayub 38:3).


Cerita sebelumnya, Elia diperintahkan Tuhan untuk memperlihatkan diri kepada Ahab, untuk menyampaikan pesan bahwa hujan akan segera turun (1 Raj 18:2). Tetapi sebelumnya Elia juga telah mengatakan kepada Ahab bahwa hujan tidak akan turun jika ia tidak mengatakannya (1Raj 17:1). Ahab menganggap bahwa Elia adalah biang kerok dari penyebab kelaparan di Samaria, Israel (1 Raj  18:2). Untuk mencari air dan rumput untuk makanan hewan saja mereka harus menjelajahi seluruh negeri. Jika tak ditemukan rumput, maka hewan-hewan itu harus dibunuh (1Raj 18:5-6).

###
(keterangan tentang Kerajaan Israel dan Kerajaan Yehuda - sampai ### )

Kerajaan Israel terpecah menjadi dua pada waktu zaman pemerintahan Rehabeam, anak Raja Salomo. Pecahnya kerajaan itu akibat langsung dari penyembahan berhala yang dilakukan Salomo. Dan sementara Israel menyimpang makin lama makin jauh dari hukum Allah serta penyembahan kepada-Nya, segala sesuatu menjadi semakin buruk.

Sama sekali tidak mudah untuk mempersatukan kedua belas suku bangsa Israel itu. Khususnya Efraim menaruh rasa benci kepada kekuasaan suku Yehuda. Pada zaman pemerintahan Raja Daud pun sudah terasa ada ancaman perpecahan (2Sam 20). Rahasia dari kesatuan bangsa dan kekuatannya terletak pada ikatan penyembahan/ ibadahnya kepada satu Tuhan yang sama. Tanpa ikatan agawawi, raja serta rakyatnya akan merosot bersama-sama, seperti telah diramalkan oleh Nabi Samuel dengan begitu gamblang saat penobatan saul menjadi raja.

1Sa 12:14  Berbahagialah kamu jika kamu menghormati TUHAN, dan mengabdi kepada-Nya, serta mendengarkan dan mentaati perintah-Nya, apalagi jika kamu dan rajamu itu tetap setia kepada TUHAN Allahmu. 
1Sa 12:15  Sebaliknya, jika kamu tidak mendengarkan TUHAN, malahan melawan perintah-Nya, pasti kamu dan rajamu akan dilawan TUHAN.  

(Terj IBIS)
Israel terbecah dua: sebelah utara Kerajaan Isreael, ibukotanya Samaria, dan Kerajaan Yehuda (terdiri dari suku Yehuda dan Benyamin), beribukota Yerusalem. Raja Ahab adalah Raja Israel
Peta Kerajaan Israel
Peta Kerajaan Yehuda

Peta Kerajaan Israel dan Yehuda

Peta Suku-Suku Israel

###

Kehidupan rohani di Israel mencapai titik terendah pada masa pemerintahan Raja Ahab yang lamanya 22 tahun itu. Ia dan istrinya yang sangat jahat, Izebel dari Tirus (anak Etbaal, Raja Sidon), memperkenalkan penyembahan kepada Dewa Baal yang dipandang keji oleh Allah. dalam situasi genting seperti ini, Allah mengutus Elia, nama terbesar dari semua nabi (Mat 17:3, 10-13).

%%%
(keterangan tentang Baal - sampai %%%)
Dewa Baal adalah sama dengan Melkar, dewa Bangsa Fenisia. Baal disembah sebagai dewa cuaca. Ini adalah gambar dewa Baal sebagai dewa cuaca yang sedang memegang kampak dan halilintar. Peninggalan abad 8 sM, dari Aram. 
Gambar Baal

%%%

Elia dengan sangat berani menantang 450 orang nabi-nabi baal dan 400 orang nabi Asyera di gunung Karmel. Elia sangat berani dan penuh dengan Roh Allah. Sebelumnya Izebel menangkap nabi-nabi Allah dan melenyapkan mereka semua. Hanya tertinggal seratus orang yang disembunyikan oleh Obaja di dalam gua. Saat itu hanya tinggal Elia seorang dirilah yang berdiri sebagai nabi Tuhan (1Raj 18:22). Elia berhasil mengalahkan nabi-nabi Baal itu dan menyembelih mereka di sungai Kison.

Musim kemarau panjangpun akhirnya berakhir, karena Tuhan menjawab doa Elia untuk menurunkan hujan. Kemudian Elia juga berhasil mendahului kereta kudanya Ahab sampai ke Yizreel. Luar biasa Elia yang disertai oleh Roh Allah. Namun hanya karena ancaman seorang wanita, Izebel, melalui pengawalnya (artinya Elia tidak berhadapan muka langsung dengan Izebel), Elia menjadi takut, kehilangan semangat dan ingin mati.
Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; dan setelah sampai ke Bersyeba, yang termasuk wilayah Yehuda, ia meninggalkan bujangnya di sana. Tetapi ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya, lalu duduk di bawah sebuah pohon arar. Kemudian ia ingin mati, katanya: "Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek moyangku." 
1Raj 19:4-5

Peta perjalanan Elia

Kemudian, malaikat datang dua kali menyentuhnya, "Bangunlah dan makanlah!". Respon Elia yang pertama, setelah makan, tidur lagi. Tetapi malaikat menyentuhnya untuk yang kedua kali, barulah Elia bangun dan makan untuk melakukan perjalanan selama 40 hari ke Gunung Horeb, ke Gunung Allah.

Ada komentar yang menyatakan bahwa Elia terlalu berperasaan. Atau ketakutannya disebabkan oleh perasaannya yang terlalu menonjol. Elia dikendalikan oleh perasaan yang  belum tentu benar adanya, prasangka yang terlalu berlebihan. Padahal baru saja Elia mengalami kegemilangan yang luar biasa. 

Menurut saya, Elia hanya kurang cepat untuk menghampiri Tuhan di tengah keberhasilannya. Ketika seseorang mencapai keberhasilan, ada suatu kepuasan dalam batinnya. Sebenarnya saat seperti itu orang itu harus bersiap untuk memasuki suatu era baru, "next level" bagi dirinya, memulai lagi dari awal di level yang baru.Kecendrungan manusia adalah merasa 'lebih mampu', karena sudah berada di posisi atas pada level itu. Padahal "next level" sudah menantinya. Kita tidak dapat mempertahankan kegemilangan kita pada masa lampau. Jika Tuhan yang kita sembah adalah Elohim, The Created of all, maka kita juga mengenal-Nya sebagai Allah yang Kreatif. Dia tidak menggunakan 'cara-cara lama' untuk masa sekarang. Dia selalu baru setiap hari. Tuhan juga dapat menempah kita dengan cara-cara-Nya yang unik. 

Seorang Hamba Tuhan pernah menasehati, "Ketika kita sudah merasa memiliki apa yang Tuhan percayakan dalam pelayanan, di saat itulah sebetulnya kita sudah jatuh". Perkataan ini jika diterjemahkan ke dalam bahasan ini menjadi "jika kita merasa sudah memiliki 'level ini' yang Tuhan percayakan kepada kita, maka sebetulnya kita sudah jatuh". Kita sama sekali tidak dapat menggunakan pengalaman di 'level ini' untuk level selanjutnya. Jika kita masih mempertahankan cara-cara lama itu, maka kita kehilangan kesempatan untuk menikmati "kasih setia Tuhan yang selalu baru setiap hari". Kita dapat mengerti bahwa Dia adalah Allah yang Kreatif ketika kita berjalan bersama-Nya. Pengalaman orang lain tidak dapat kita tiru, mungkin semangatnya saja yang dapat kita pelajari. Pengalaman itu kita dapatkan ketika kita benar-benar masuk dalam kegerakan Allah itu.

Ketika Elia tiba di gunung Horeb (Gunung Sinai) itu, Elia belum lah pulih betul. Elia masuk ke dalam gua dan bermalam di situ. Gua itu bukanlah tempat Elia yang seharusnya. Gua itu sekarang telah diabadikan mejadi sebuah biara, Biara Catherine di kaki Gunung Sinai. Dan Allah sendiri lah yang terlebih dahulu mendatangi Elia. Allah menanyai Elia untuk memastikan Elia berada di tempat yang tepat, "Apakah kerjamu di sini hai Elia?". Tetapi apakah respon sang pendobrak yang merasa kalah perang ini, "Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan, ..., hanya aku seorang diri yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku". Seolah Elia mencurahkan amarahnya, protes kepada Tuhan. Apakah Elia merasa lelah jasmani setelah mendaki selama 40 hari? Kondisi Elia sama sekali belum pulih. Elia cukup berusaha dengan keras untuk dapat mencapai gunung Horeb dengan semangat yang patah itu. Orang terkadang datang kepada Tuhan karena mereka telah melupakan tempat mereka, yaitu dimana seharusnya mereka ditempatkan oleh Tuhan.

Peristiwa ini pernah terjadi di gunung yang sama ketika Musa menerima Hukum Taurat, tetapi Tuhan ada dalam badai itu (Kel 19:9, 19). Perjalanan Elia ke gunung Horeb memiliki kemiripan parsial seperti perjalanan Bangsa Israel yang dipimpin Musa. Jawaban Elia menyatakan seolah ia sudah melupakan Tuhan. Kondisi membuat Elia berada dalam posisi yang fatal, yaitu melupakan Tuhan. Dan Tuhan ingin memulihkan kondisi Elia. Elia lupa bagaimana suara Tuhan itu. Suara yang Elia dengar sebenarnya bukanlah suara guntur, kemarahan hatinya membuat ia merasa seperti itu. Dan setelah amarahnya surut, barulah ia dapat merasakan kehadiran Tuhan di sana. "Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa". 

Ketika Tuhan berfirman"Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN!", Elia tidak dapat  meresponi Firman Tuhan ini. Barulah setelah hatinya pulih ia dapat keluar dari gua itu. Kemudian Tuhan bertanya dengan pertanyaan yang sama. Jawabannya sama tetapi dengan kondisi hati yang sudah dipulihkan. Kemungkinan dengan nada yang berbeda pula.

Tuhan selalu ingin memulihkan kita sampai tuntas. Semuanya tergantung respon kita kepada-Nya. Ketika Elia sudah pulih, barulah Tuhan memberikan tugas baru kepada Elia. Kita selalu berharap hal-hal besar yang supranatural luar biasa. Tetapi kita lupa akan hati kita. Seringkali kita hanyut dalam "kebersamaan tanpa hubungan" dengan Tuhan. Tubuh kita masih ke gereja, aktif melayani Tuhan, sibuk dengan aktifitas rohani, tetapi kita kehilangan hubungan yang sesungguhnya dengan Tuhan. Temans, jangan biarkan hal itu berlarut, jika Anda menyadarinya sekarang, cepat-cepat sjalin hubuingan dengan Tuhan lagi. Hubungan dengan Tuhan lebih penting dari apapun yang kita lakukan untuk pekerjaan Tuhan itu.

"Jangan terhanyut dalam kebersamaan tanpa hubungan yang sesungguhnya itu"



-$$$-
(keterangan tentang gunung Sinai atau Horeb - sampai -$$$- )
Gunung Sinai, atau disebut juga dengan Gunung Horeb

Biara Santa Catherine di kaki Gunung Sinai

Di kaki Gunung Sinai terdapat Biara Santa Catherine, yang berdasarkan cerita kuno berdiri di atas situs tempat semak belukar yang menyala-nyala. Kesucian situs ini menarik pada peziarah dari pertapa sejak umat Kristen di masa awal. Diberikan sesuai dengan nama Santa Cathrine dari Alexandria yang menjadi martir di abad ke-4 dan tulang-belulangnya sesuai dengan kebiasaan dikirimkan ke puncak Gunung Catherine. Pemeliharaan dilakukan oleh pendeta-pendeta Ortodoks kuno yang taat. Rumah biara ini merupakan tempat yang paling unik yang ada didunia ini dan memiliki koleksi patung-patung orang suci di masa awal yang tidak ternilai harganya. Demikian juga dengan 3000 manuskrip kuno yang menyanyikan sejarah yang belum terpecahkan dari keberadaan Kristiani selama 1 500 tahun.

-$$$-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar