Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Sabtu, 01 Februari 2014

"What you want in family?"

*hanya cerita-cerita

Sepertinya nge-gym hari ini terlalu berat, pinggangku rasa mau copot. Padahal hanya 1,5 jam sahaja. Haha... Apa kabar my cyber friends. Gong xi fat choi.

Spt biasa, saat nge-gym telinga ini selalu disumpel dgn earphone. Membiasakan diri denger org bule ngomong. If you know me.. Bahasa Inggris gw payah bgt, ngarepnya dengerin org bule ngomong inggris, inggris gw bs better lah. Paling ga breakthru utk thn 2013 gw dah bs ngertiin 80% dari apa yg org bule ngomongin. Lumayanlah ada peningkatan 20-30% dari thn sblmnya.. Haha.. *Bangga lagi*.

Tadi itu gw dengerin seseorg yg bicara soal humility. He said humility is dependent, confidence is independent from God. Beliau bercerita tentang kerendahan hati Yesus yg mau ikut ibunya ke pesta Kana. Hmm.. Gw berpikir iya juga ya, pria umur 30 tahun mau menemani ibu ke pesta. Do you know what a big fear of 30 years old single man when he go to the feast? Hmmm... Mungkin Saudara sudah tau dan jika saudara adalah salah satu dari pria sinle itu, sdh mulai ketakutan. Yuupp.. Ketakutan akan satu pertanyaan aneh "Kapan..??". Klo yg nanya adalah ibu2 tua, pengen ngejawab "ee.. Iyaa... Tante kapaaann...?". Tentu saja kedua pertanyaan "kapan" itu punya maksud yg berbeda. "Kapan" yg pertama nanya "kapan nikah, kenapa masih single, anak tante aja dah punya anak 2, kamu kapan nyusul" *kepo*. Sedangkan "kapan" kedua, jawaban kesal "kapan nyusul yg dah brgkt ke alam lain".

Gw jadi ngebayangin dan bertanya mengapa Yesus mau diajak ke pesta itu, bersama dgn Maria, ibuNya. Saat itu Ia adalah seorg pria dewasa yg bs menolak, atau mempunyai keputusan sendiri. Bokap gw pernah ngeluh krn anak2nya ga da lg mau diajak ke pesta menemaninya. Di pesta nikah memang byk pilihan makanan yg enak2. Tapi klo yg namanya pesta kawin, selain menyuguhkan makanan enak, ada juga prosesi2 yg panjang dan menyebalkan. Apalagi di daerah, sdh pasti ada acara adat dari pasangan yg menikah dan ada juga speech yg kita ga ngerti. Itu menyiksa!

Yesus merendahkan hatiNya dan mau jadi "anak mami". Karena kerendahan hatiNya itu maka kita dpt menyaksikan kepedulian Allah Bapa pada lembaga pernikahan. Walaupun tertulis bahwa belum waktunya Yesus melakukan mujizat, tetapi krn kerendahan hatiNya dan kepedulianNya sehingga Bapa mau mengijinkan Yesus utk melakukan mujizat di pernikahan. Saya tdk mau berspekulasi apa jadinya jika Yesus tdk mau melakukan mujizatNya di pernikahan di Kana. Apakah mujizat pertama tetap terjadi di pernikahan atau dmn. Hal yg saya yakini adalah Yesus mengasihi manusia, shg Ia mau mati utk manusia yg menolakNya. Seringkali kita dengar Yoh 3:16 menyebutkan Allah Bapa mengasihi dunia. No.. "Dunia" selalu identik hal jahat. Ketika Yesus diliputi oleh dosa "dunia", Allah Bapa memalingkan muka thdNya dan meninggalkanNya. Artinya Bapa tdk bs bersentuhan dgn "dunia" krn dosa. Hal yg benar adalah Yesus mengasihi dunia, maka Allah Bapa mau mengasihi dunia, melalui Yesus. Oleh sebab itu perlu bersatu dengan Yesus agar dpt bertemu dgn Allah Bapa. Ketika Bapa memalingkan wajahNya thd manusia, tetapi manusia itu mau bersatu dgn Kristus Yesus, maka Bapa tdk lagi melihat dosa manusia tsb, tetapi melihat kesempurnaan Yesus sehingga membenarkan (sanctification n glorified) dan menerima manusia tersebut.

Okey.. Sebenarnya saya bukan mau membahas ttg humility. Ketika saya mendengarkan preaching ttg humility ada hal yg menarik perhatian saya. The preacher menyebutkan Yesus hidup di kondisi dan tempat yg ngga banget, yg ga menyenangkan, seperti Ia ditolak oleh saudara2Nya, anak2 ibuNya. Mereka memang bukan satu ayah, tetapi paling ga satu ibu. Jadi mereka saudara tiri. Mereka tdk menerima Yesus. Perkataan ini membawa saya untuk berpikir bahwa "hal apa yg paling kita inginkan ketika kita ada dalam keluarga?".

Hal yg membuat saya ada di kota ini adalah karena perkataan seseorg yg saya hormati, he just said "**** is home". Dan yg membuat saya bs ngomong di depan umum adalah perkataan "go make a mistake". Dan yg membuat kami kuat adalah tepukan pundak dari seorg pemimpin dan dukungan doa dari beliau. Dan hal yg membuat saya berkembang adalah org2 sekeliling saya yg menerima saya seperti seadanya saya. I meant saya bs mengeluarkan semua potensi saya semaksimal mungkin. Ketika seorg pemimpin mengatakan "go make a mistake", memberikan saya ijin utk bebas melakukan apa aja yg saya mau, namun dlm hati saya berjanji tdk akan mengecewakan beliau. Pada akhirnya saya mengerti, walaupun saya menganggap diri sdh melakukan yg terbaik, ternyata bagi beliau msh jauuuuhh dari sempurna, dan saya mengerti bahwa beliau mengijinkan ketidak sempurnaan versi beliau, bagi beliau saya pasti melakukan mistake. Haha. Ketika seorg yg saya hormati mengatakan "**** is home" membuat saya nyaman, ohh.. Ada toh rumah bagi saya. Rumah artinya ada tempat pulang dari semua kesuksesan ataupun kegagalan. Rumah adalah tempat utk salah, utk dipuji, utk memulai segala sesuatu, utk menelurkan ide, utk belajar, utk dimentori, dimarahi, diangkat lagi. Mgkn beliau yg mengatakan hal ini sdh lupa. Lupa dgn perkataannya yg membangkit semangat seorg gw yg ga mikir lagi utk ada di "rumah" atau dmn whatever. Bisa saja beliau tdk mengingat gw sama sekali. It's ok. But.. Ketaatan beliau kpd Tuhan, memberi contoh dan teladan.

Saat kami lagi down, ada seorg pemimpin yg menepuk pundak dan menyebut nama, bersedia mendoakan, *agak lebay neh* tapi itu sgt berarti bagi org2 yg lg down *gile mau nangis neh nyeritainnye, ga sanggup gw ngelanjutin ceritanye*. Ketahuilah saudara2, saya bkn org yg gampang nangis.

Mungkin saya begitu buruk menyampaikan hal ini shg pembaca tdk mengerti mksdnya. Mksd saya menceritakan ini adalah alangkah bahagianya kita menjadi diri kita sendiri di antara org2 sekeliling kita. Ketika kita di rumah, ayah kita mengakui kita sebagai ahli IT, atau saudara laki2 kita mengakui kita sebagai teknisi, atau sbg negosiator ulung, dsb. Tetapi bayangkan... Yesus ditolak oleh keluargaNya. Ia tdk dapat melakukan mujizat apapun di Nazaret. Itu menyakitkan bro. Saat akan pergi ke suatu pesta, Yesus tdk bs pergi bersama-sama dgn saudara2Nya, Ia harus pergi sendiri secara diam2. Itu menyakitkan bro. Terasing di dalam rumah sendiri. Bisa dibayangkan ketika Yesus pulang dari pantai, atau setelah berkeliling Galilea seharian atau setelah berhari-hari baru plg, tidak ada yg menyambutNya. Tdk ada yg membuatkanNya kopi atau teh atau apalah namanya itu minuman khas Timur Tengah. (Upss... Mgkn klo Maria ga lagi arisan bersama Elisabet sepupunya, mgkn ia akan membuatkan kopi utk Yesus. Tentu saja, krn saudara2 perempuan Yesus sedang berkumpul bersama dgn org Yahudi lainnya, mgkn lagi membahas kitab Yesaya). Bahkan ketika Yesus plg membawa dua murid Yohanes Pembaptis yg bakal jadi muridNya, plg ke rumah. Adakah yg menanyai mereka? Bgmn wibawa Yesus ketika membawa plg tamu dan tdk ada yg menanyai mrk, tdk ada yg menyambut mereka. Semoga saja Maria ada di sana sehingga Yesus tdk perlu malu thd kedua temanNya yg dtg ke rmhNya itu. (Well... Ini hanya skenario yg saya bayangkan, membuat kata2 yg tertulis di Alkitab menjadi lebih hidup dan nyata. Jika Saudara2 tdk setuju, I don't mind).

Hal yg paling menyenangkan di dalam hidup adalah kita bisa menjadi diri sendiri. Saat kita menjadi diri sendiri, ada yg mendukung. Hmm.. Itu benar2 di bumi seperti d sorga ya. Walaupun telah menikah, kebebasan utk menjadi diri sendiri, akan melebarkan/ meluaskan hati utk dpt mengasihi pasangan, shg kebahagiaan RT dpt tercapai. Intinya saat kita menjadi diri sendiri, hati jadi senang, jiwa pun terasa bebas utk dpt melakukan apa saja dgn maximal.

Saudara/i, mari kita renungkan seberapa sering kita mempersilahkan Yesus menjadi Tuhan dlm hidup kita. Ya tentu saja kita sbg org Kristen telah mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tetapi bgmn dlm keseharian kita. Apakah kita mengatur Yesus utk melakukan segala sesuatu sesuai dgn jadwal kita, atau menyesuaikan jadwal kita dgn kehendak Tuhan. Alkitab mengajarkan kita confidence tetapi menyeimbangkannya dgn humility shg setelah kita mengenal diri kita, kita juga mau menaklukkan diri di bawah tangan Tuhan.

Ketika kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita bersatu dengan Kristus, sehingga kita sdh masuk dlm "rumah-Nya", walaupun tubuh kita masih di bumi. Di bumi ini kita masuk dlm satu komunitas yaitu gereja. Gereja seharusnya menjadi rumah utk kita bs "makan" bersama (communion), bersekutu bersama, ketawa bareng, sedih bareng. Gereja adalah sarana tubuh Kristus dpt bersatu, dibangun. Gereja adalah tempat kita bisa "pulang". Di sana kita bersatu dgn org2 lain yg bersatu dgn Kristus. Bisa saja diantara mereka yg masih suka nyolot, atau terlalu pintar, atau yg ga ramah kyk saya (haha... Maaf atas ketidakramahannya.. Saya lg blajar utk jd ramah), ada juga yg penuh kasih, suka menolong. Marilah kita sebagai gereja dpt menerima Yesus seperti adanya Dia, sebagai Tuhan, sehingga Ia bebas melakukan apa saja. Ia bebas menyusun batu demi batu. Ntah saya ditempatkan di sebelah batu yg suka menolong, baik hati, pintar dan suka berbagi *ngarep*. Ntah sodara ditempatkan di sebelah batu yg agak krg pintar, suka nyolot, suka marah, ga mau diatur (maaf ya... Batu yg baik2 ada di sebelah saya.. Hehe). Biarkan Tuhan Yesus melakukan apa saja sesuai kehendakNya di rumahNya.
Ketika kita Yesus diperlakukan sebagai Tuhan, maka mujizat demi mujizat pun akan terjadi. Mari kita menjadikan Yesus sebagai Tuhan, sebagaimana Ia kehendaki, sehingga kita kecipratan mendapatkan segala sesuatu yg baik.



Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT