Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Rabu, 19 Maret 2014

Mengasihi dan Tujuan

Mungkin ini bukan artikel yang fenomenal bagus, tapi gw berusaha untuk membuat tulisan ini seperti tulisan yang fenomenal. haha. *ngarep*. Ngga sih... ini hanya pemikiran gw selama beberapa hari terakhir ini. Gw hanya merenungkan suatu pemikiran yang agak "mengganggu". Dan karena pemikiran ini bertahan lebih dari dua minggu, dia layak untuk dituliskan. Mana tau ini beneran fenomenal. Kalau pembaca tidak setuju dengan saya, ya ga masalah, saya juga masih berhipotesa dan mencocokkannya dengan beberapa hal. Ingat apa yang pernah saya tuliskan tahun lalu, mengapa para pembicara internasional bisa terlihat sangat keren dengan pemikiran-pemikirannya? ya karena mereka punya waktu untuk duduk dan memikirkannya, berhipotesa, menguji hipotesanya, dan pada akhirnya mengambil kesimpulan. Walaupun sudah mengambil kesimpulan mereka tetap terbuka terhadap hipotesa itu.

Ini yang gw pikirkan, yaitu hubungan antara Cinta dan Tujuan. menurut gw, cinta tidak dapat dijadikan tujuan ataupun alasan untuk melakukan sesuatu. Dalam hal ini gw mau membandingkan dua hal:
1. Hubungan Tuhan dengan manusia.
2. Hubungan antara laki-laki dengan perempuan dalam pernikahan

Agak sulit untuk menjelaskan pemikiran ini karena gw belum jadi pembicara internasional. haha.

Pertama kali gw menyadari hal ini waktu gw memfasilatasi suatu kelas belajar alkitab. Gw memang bukan bagian grup Roma, tetapi gw hanya membantu mengarahkan group ini. Ketika membantu mereka, gw hanya cerita latar belakang dari awal penciptaan, sebenarnya gw pelajari ini ketika belajar Surat Efesus.
Dengan menciptakan polemik dalam group ini, Gw hanya bertanya, "napa sih Yesus mau turun ke dunia ini?".
Kemudian mereka menjawab "karena Yesus mengasihi dunia", "untuk menyelamatkan manusia dari dosa"
Gw jawab, "dunia identik dengan sesuatu yang jahat, berosa. Inget ga waktu Yesus disalib, bapa memalingkan muka sehingga Yesus berteriak "Bapa kenapa Engkau meninggalkan Aku?", dan juga Yesus bilang dalam kitab Yohanes, kalau Yesus tidak berdoa untuk dunia. Kata dunia di sini adalah 'kosmos' yang identik dengan dunia yang jahat".
Gara-gara gw memakai kata 'kosmos' membandingkannya dengan 'ge' secara luas tempat, gw pernah direject paling ga oleh 2 penterjemah alkitab... haha. Tapi itupun mereka tidak menolak secara total, karena biasanya kata 'kosmos' digunakan untuk menyatakan hal yang jahat, bukan dinyatakan secara luasnya tempat. Tapi menurut gw, pengetahuan itu berlapis dan terus berkembang, so... gw rasa gw bs bertanggung jawab atas pendapat gw itu.

Okey, mari kita melanjutkan cerita memfasilitasi group Roma di kelas belajar alkitab. Gw menceritakan latar belakang penciptaan dunia. Ini yang gw ceritakan:

Pertama: Hubungan Tuhan dengan manusia.
Kenapa Yesus turun ke dunia? apakah karena mengasihi dunia? Apakah Yesus mau turun ke dunia untuk menyelamatkan manusia yang berdosa? Emangnya rencana penyelamatan itu adalah plan B-nya Tuhan? Kira-kira... apakah Lucifer tau rencana penciptaan dunia ketika ia masih di sorga? Mereka menjawab "tau". 
Ketika dunia diciptakan, jauh sebelum penciptaan, Allah Tri Tunggal sudah merencanakan penciptaan ini sebelum Ia menjadikan apapun. Yesus adalah Anak Tunggal-Nya yang sangat dikasihi-Nya. Yesus ingin mempunyai banyak saudara. Allah Tri Tunggal pun menciptakan manusia. Ketika rencana itu dibicarakan, Lucifer pun mendengar rencana ini dan ingin menjadi pusat perhatian. Lucifer pun diusir dari sorga karena ia menjadi sombong. Ketika ia diusir dari sorga, maka ia pun mengacau proses penciptaan bumi (Kej 1:1). Sebelum hal itu terjadi pun, Allah Tri Tunggal sudah mengetahui hal ini, dan sudah menyiapkan Yesus sebagai korban tebusan untuk merebut manusia yang mau menginginkan Yesus, yang mau bersatu dengan Yesus. Karena Bapa sudah melihat gelagat Lucifer yang akan memberontak dan sudah menyiapkan apa yang harus dilakukan kalau Lucifer mengacau rencana Tuhan itu. Jadi tujuan utama Allah Tri Tunggal bukan lah untuk menebus manusia dari dosa. Kerena pada mulanya Allah Tri Tunggal merencanakan untuk menciptakan manusia yang amat sangat baik, sempurna adanya. So.. dosa tidak pernah direncanakan sejak awalnya. Tetapi sejak awal sudah direncanakan bagaimana menebus manusia yang jatuh dalam dosa.
Yesus ingin punya banyak saudara. Walaupun kenyataannya manusia itu fragile dan jatuh dalam dosa, Yesus rela untuk mengorbankan segalanya untuk memperoleh kembali manusia, agar Ia dapat berkumpul bersama banyak sodara di sorga. Dan Yesus rela berbagi warisanNya dengan manusia yang mau percaya kepadaNya dan mau bersatu dengan Dia. Dan Ia juga akan menjadi yang sulung diantara banyak saudara.
Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia. Roma 8:17 (ITB)
Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Roma 8:29 (ITB)
Surat Yohanes mencatat bahwa Allah itu kasih.So... Ia bukan saja mengasihi tetapi sebagai subjek, Ia adalah Pengasih. Jadi Ia dapat dikatakan Pengasih yang mengasihi. Ia ingin membagikan kasih-Nya kepada siapapun yang menginginkannya.

Mari kita telaah cerita di atas. Kita dapat menemukan bahwa alasan atau tujuan Yesus menyelamatkan manusia bukan hanya karena Dia adalah kasih sehingga Ia ingin membagikan kasih-Nya tetapi Ia didorong oleh tujuan utamanya adalah karena Ia ingin mengumpulkan banyak saudara untuk berkumpul dengan Dia di sorga. Sehingga walaupun manusia itu jatuh dalam dosa, Yesus rela untuk berkorban untuk menyelamatkan manusia itu. Syaratnya hanyalah mau percaya kepada Yesus.

Kedua: Hubungan antara laki-laki dengan perempuan dalam pernikahan
Jika kita mempelajari hubungan laki-laki dan perempuan dalam pernikahan, kitab Efesus menggambarkannya seperti hubungan Kristus dengan jemaat. Ada banyak hal yang dapat dipelajari di sini.Termasuk bagaimana Krisus meminang gereja, mengangkat cawan dengan darah-Nya sendiri (biasanya anggur), memandikan gereja, kemudian menyediakan tempat untuk gereja agar ketika Kristus datang kembali, Ia dapat menjemput sang mempelai wanita, gereja, untuk bersama-sama dengan Dia di sorga.Tetapi fokus yang mau saya angkat di sini adalah "Hubungan antara laki-laki dengan perempuan dalam pernikahan". Walaupun laki-laki itu disebutkan bahwa ia harus seperti Kristus, namun ia bukan Kristus, artinya ia bukan kasih. Laki-laki hanya bisa mencontoh Kristus untuk melakukan kasih, namun laki-laki bukan kasih itu sendiri. 
Jadi kita melihat di sini bahwa kasih adalah tools untuk melakukan tujuan. Kasih bukan tujuannya. Di dalam berumah tangga, tujuan pengantin untuk bersatu bukan untuk mengasihi. Tujuan utama laki-laki dan perempuan dipersatukan dalam rumah tangga adalah sebagai gambaran Kristus dan jemaat, umat Tuhan dapat melihat Kristus di dalam rumah tangga.
Jika tujuan berumah tangga adalah mengasihi atau memperoleh kasih, maka akan sangat mudah rumah tangga itu pecah, bercerai. Mari kita perhatikan alasan orang bercerai, artis ataupun orang biasa, baik di media televisi atau media lainnya, alasannya adalah "sudah tidak cinta ngapain dilanjutkan". Kalau kita dapat menyadari hal ini, kita ini walaupun kita sudah percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, namun sekali lagi, kita bukan kasih, kapan saja persediaan kasih kita bisa habis. Kita sangat bergantung kepada sumber kasih, yaitu Tuhan Yesus Kristus sendiri, dan sekarang diwakilkan oleh Roh Kudus di bumi. Ketika kita terpisah dari sumber kasih itu maka persediaan kasih itu akan cenderung menurun dan habis. Apa yang dapat kita sombongkan dari tubuh fana ini. Kenyataannya kita tidak dapat terpisah dari Tuhan Yesus Kristus itu. Penterjemah TSI (Terjemahan Sederhana Indonesia) dangat tepat menggunakan kata "bersatu dengan Kristus", ketika kita percaya kepada Kristus. Tentu saja proses "percaya" itu bersifat keep in goingkeep in believing. Ketika seseorang berhenti percaya maka Efesus 5: 32 mengatakan Roh Kudus akan berduka.
Jadi dari kedua contoh di atas kita dapat melihat bahwa "mengasihi" itu bukan "tujuan". "Mengasihi" itu adalah tools untuk mencapai tujuan. Seringkali kita senang dan bangga ketika kita baru akan menggapai toolsnya. Bahkan belum mencapai tujuan sama sekali. 

*artikel ini masih diuji. Saya merenungkan hal ini ketika membaca kitab Efesus, Yohanes dan Roma. I know who I am, jadi jika Saudara pembaca tidak setuju, saya tidak keberatan, jika Saudara ingin mengembangkannya juga silahkan. I don't mind. Artikel ini juga seharusnya sudah diluncurkan 2 hari lalu, but... saya mengalami sakit kaki yang membuat saya ga bisa jalan, sangat mengganggu, dan tidak boleh minum obat. Saya sangat berusaha untuk bisa duduk untuk menuliskan ini, semoga artikel ini tidak sia-sia ya. hehe.