Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Rabu, 21 Juli 2010

Bukan Bekerja Keras tetapi Bekerja Smart

Yes 40:30-31 “Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”.

Di paruh semester kedua tahun 2010 ini, para pengusaha, pekerja lebih giat bekerja, apalagi untuk mengejar setoran liburan lebaran nantinya. Event lebaran akan segera disusul oleh natal, yang pastinya seluruh dunia memburu uang demi kenyamanan saat liburan tiba. Banyak orang bekerja keras, lupa waktu, lupa makan, lupa keluarga. Kalau ditanya mereka bekerja untuk apa dan siapa, jawaban tertinggi adalah untuk keluarga, namun pada prakteknya mereka bekerja sampai lupa keluarga. Jawaban berikutnya adalah untuk makan, tetapi bekerja keras sampai lupa makan, kesehatan pun terancam. Jawaban berikutnya adalah untuk menikmati waktu liburan, dll, padahal mereka bekerja sampai lupa waktu.

Hidup ini hanya sekali, haruslah kita ukir dengan berbagai prestasi, dan yang paling penting adalah kita harus dapat menikmati hidup. Namun tak selamanya manusia itu dapat menikmati hidupnya, tekanan dari luar hidup kadang menggencet kehidupan sehingga terasa tidak hidup. Kita melihat dan mendengar banyak berita tentang keputusasaan sehingga orang nekat untuk mencuri, berbuat jahat, bahkan ada yang sampai bunuh diri. Berita bunuh diri banyak berasal dari anak-anak yang tidak lulus sekolah, tidak sanggup untuk melanjutkan hidup, seakan-akan mereka melihat masa depan mereka sangat kelam. Anak remaja saja, yang terkenal sangat kuat dan sangat hijau dalam kehidupan, mereka putus ada dan menyerahkan hidup kepada maut.

Zaman kita sekarang mirip dengan zamannya Yesaya, krisis terjadi dimana-mana. Sampai-sampai orang-orang muda (dalam terjemahan lain disebut na’ar, sering digunakan pada anak usia remaja) menjadi lelah lesu, kehilangan semangat dan kemungkinan mereka ini ingin mati saja. Dan di zaman ini kita dapat melihat langsung anak-anak yang bunuh diri. Anak-anak ini berada di bawah kuasa si iblis. Melihat dari modus operandi yang sama, sepertinya pekerjaan ini sudah terstruktur dan tersistem dengan baik, sudah melampaui beberapa zaman. Si iblis yang hidup purna waktu itu, seperti sudah membangun suatu sistem teratur, sehingga tidak perlu bekerja lebih keras.

Teruna-teruna jatuh tersandung. Anak-anak Tuhan juga tidak terluput dari krisis, mereka terjatuh juga, tidak ada yang tau tentang ketidak pastian yang dapat terjadi di depan. Namun kekuatan baru dapat diperoleh saat menantikan Tuhan.

Saat menanti atau menunggu mempunyai suatu rentang waktu yang tidak pasti. Apa yang seharusnya dilakukan? Apakah kita diam saja atau haruskah kita bekerja? Di dalam penantian itu kita tidak bisa hanya diam saja. Bayangkan saja di dalam penantian itu ada hasil yang luar biasa “mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”

Orang yang menanti-nantikan Tuhan, tidaklah berdiam diri dalam penantiannya, marilah kita lihat ayat 31 ini, “mereka seumpama rajawali yang naik terbang…” berarti sebelum mendapat kekuatan baru, mereka sedang ‘terbang’, mereka berlari dan tidak menjadi lesu,” berarti pada saat penantian akan Tuhan, mereka sedang berlari. “mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”, berarti saat menantikan Tuhan mereka sedang berjalan.

Ada 3 hal yang dapat kita perhatikan di sini: Terbang, berlari, berjalan. Ada 3 gaya/ cara orang yang menantikan Tuhan, ada orang yang ‘terbang’ melesat cepat sekali ke atas, orang yang cepat sekali mencapai puncak sukses namun mudah sekali jatuh. Ada orang bertype ‘berlari’, orang yang terburu-buru, sangat bersemangat, sangat perhatian terhadap janji Tuhan, tetapi di tengah permasalahan cepat down juga. Dan ada yang bertype “berjalan” lebih santai tetapi lebih stabil, walaupun demikian bisa merasa lelah juga.

Kita dapat melihat bahwa hidup di dalam penantian akan Tuhan berarti hidup di bawah sistemnya Tuhan juga, sistem smart. Hidup dalam sistem smart berarti tidak perlu “bekerja keras”, artinya kita tidak perlu melakukan “pekerjaan yang berlebihan” atau "pekerjaan yang sudah dipatok" bagi kita, hanya kerjakanlah bagianmu. Sebagian dari kita mungkin hanya bisa ‘berjalan’, namun tidak perlu stres akan hal itu, dalam penantian akan Tuhan kita tidak menjadi lelah. Orang yang 'berlari' tidak perlu iri kepada orang yang 'terbang'.

Memang suapaya terlihat lebih "bright" kita harus melakukan lebih, sehingga dapat mencapai excellence, namun kita harus mengingat bahwa anugerah "porsi"/ "bagian"/ "kekuatan" setiap orang itu berbeda. Janganlah kita mengambil porsi orang lain. lakukanlah "lebih" di area kita masing2. "Berjalan"lah lebih jauh, berlarilah lebih lama, "terbang"lah lebih tinggi. Jika Tuhan menambahkan 'area kerja' mu lagi, bersyukurlah, dan kerjakanlah itu. Bekerjalah dengan smart. (2 Kor 10:13).

Bersambung….