Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Jumat, 14 Januari 2011

Pemimpin dan Etika Kristen

Mnrt Dr.J.Verkuyl, 1956, ("Etika Kristen", terj. Sugiarto, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2007, Jilid 1, cetakan ke-21), hal 17: "Etika itu termasuk dogmatika".

Berarti etika kristen masing-masing dogma berbeda, yang artinya juga etika kristen tiap organisasi gereja itu berbeda. Dan jika lebih dikhususkan lagi, etika tiap gereja walaupun dari organisasi yg sama, tetap berbeda. Di sini juga menunjukkan ada ruang gerak bagi para pemimpin gereja lokal untuk menentukan 'nasib' anggotanya. Tanggung jawab tidak diserahkan total kepada pemimpin organisasi gereja, tetapi masing2 pemimpin gereja lokal mempunyai tanggung jawab thd anggota jemaatnya. Pemimpin gereja lokal juga dapat menentukan peraturan-peraturan lokal menjadi etika kristen lokal sebagai pertanggungjawaban pribadinya kepada Tuhan.

Berarti juga anggota jemaat berlindung di bawah payung otoritas penggembalaan. Pemimpin bertanggung jawab atas nyawa anggotanya. (Ibr 13:17).

Domba biasanya mengikuti suara gembalanya, krn hanya suara gembalanya yg dikenalnya. (Yoh 10:26-27). Domba akan tersesat ketika tidak mendengar suara gembalanya. (Atau mgkn gembalanya sedang tdk bersuara ataupun mengayunkan tongkat dan gadanya).

Mnrt John C Maxwell, Maret 2008 ("ETIKA yg perlu diketahui setiap Pemimpin", Libri, Jakarta), hal 5: "Banyak Orang percaya bahwa merangkul etika akan membatasi berbagai pilihan dan kesempatan..". Demikian juga para pemimpin dibatasi oleh sistem dogma yg digemakannya.

Etika kristen sendiri dibentuk para pemimpin gereja dalam suatu organisasi, untuk mengatur (memanajemenkan) urusan perilaku antar anggota, termasuk prilaku para pemimpin. Etika kristen adalah salah satu tools untuk membantu para pemimpin dalam proses kepemimpinannya.

Etika kristen diambil dari alkitab. Namun etika kristen tidak dapat disejajarkan dengan alkitab. Etika kristen itu berdasarkan ayat-ayat alkitab yg ditafsirkan oleh bapa gereja menjadi pedoman untuk menjalankan hidup. Seringkali orang menyebutnya dengan "alkitabiah".

JC Maxwell juga menuliskan (ibid, hal 12) bahwa Etika + kompetensi = faktor kemenangan. Bermain di batas2 Etika tdk akan bertahan utk jangka panjang. Orang yg bersikap etis lah yg akan semakin gemilang. Jalan hidup orang benar akan semakin terang (Amsal 4:18)

Pemimpin sendiri mempunyai dua fungsi utama managing dan leading. Tugas managing diserahkan kepada etika kristen. Artinya pemimpin sendiri bersedia diatur oleh aturan yg telah disetujui atau dibuatnya sendiri. Pemimpin membagi area kerja dan melatih pemimpin2 baru utk membantunya. Tugas leading langsung dipegang oleh pemimpin. Tugas leading adalah berkompetensi. Kompetensi sendiri berkaitan dengan strategi-strategi. Jika para pemimpin mampu berkompetensi di payung etis, maka faktor keberhasilan akan dikalikan kepada kasih karunia Tuhan yg dianugerahkan kepadanya. Tanpa perilaku etis (pembentukan karakter), karunia saja tidak akan mempertahankannya di puncak sukses. Karunia Tuhan memang membuat seseorang melambung tinggi, namun perilaku etisnya yg dilihat orang, yg membuat dia bertahan di puncak sukses, bahkan lebih tinggi lagi.

Maxwell sendiri tidak memisahkan bagian-bagian etis itu (ibid, hal xi): "Jika ingin menjadi etis, Anda harus hidup dengan satu etika untuk setiap aspek kehidupan Anda".

Jadi etika kristen itu akan menjadi pagar bagi prinsip-prinsip kehidupan kita. Jika etika kristen termasuk dogmatika, maka dogma yg kita percayai itu atau yg kita anut itu akan menjadi pagar dalam kita melakukan segala sesuatu, dalam kita memutuskan segala sesuatu.

Jika kita melihat fungsi kita sebagai orang kristen adalah sebagai garam dan terang dunia, maka etika kristen adalah fungsi sebagai garam dunia. Kata "dunia" di sini menunjukkan suatu region, bagian kecil dari keseluruhan, berarti komunitas tertentu saja. Artinya etika kristen adalah aturan untuk ke dalam saja, bukan untuk orang di luar 'komunitas'. Hanya menjadi hakim utk 'komunitas' saja, bkn org yg di luar 'komunitas'. Berarti di sini pemimpin membangun komunitasnya sendiri, memanajemenkannya agar setiap anggota dapat berfungsi dengan baik. Setiap orang seharusnya dapat membuktikan 'rasa'nya, atau 'keasinannya'.

Berbeda dengan fungsi "terang dunia". Kata "dunia" di sini adalah kosmos, yg mencakup banyak region dan bagian2 lain lagi. Di sini tidak berlaku sebagai aturan tetapi show off. Kompetensi yg mengandung penguraian strategi menjadi tindakan nyata supaya dilihat orang. "Supaya orang lain melihat perbuatanmu yg baik (kalos=excellence) dan memuliakan Bapamu yg di sorga". Fungsi leading di sini, pemimpin mengarahkan anggotanya untuk berbuat yang terbaik.

Di zaman demokrasi ini, para anggota berhak menuntut kinerja pemimpinnya. Itulah sebabnya penting bagi pemimpin untuk menjadi "surat Kristus" yg dpt dibaca oleh semua orang (2Kor 3:2-3). Atas asumsi terhadap kesalahan pemimpin, anggota menjadi auditor yg siap menyeret para pemimpin ke pengadilan. Dalam koridor etis tindakan mereka masih dapat dimaklumi, namun jika melebih dari pagar etis, anggota telah menjadi pemberontak yg siap menyingkirkan pemimpin bahkan menggantikannya.

Ada baiknya dalam managing para pemimpin mempunyai data tertulis. Jangan takut membuat perencanaan. Daud dalam membantu mendirikan bait Allah telah menuliskan rencananya dan menyerahkan rencana yg dipikirkannya itu kpd Salomo anaknya untuk mendirikan bait Allah itu (1Taw 28:11-12). Perencanaan yg telah dibuat Daud berdasarkan petunjuk tentang segala pelaksanaan. (1Taw 28:19). Di sini kita dpt melihat bahwa Tuhan memberitahukan bagaimana pelaksanaannya kepada Daud, dan Daud menuliskannya dalam bentuk perencanaan detail. Sebelum Daud meninggal, ia telah membuat sangat banyak persediaan utk Salomo membangun Bait Tuhan (1Taw 22:5).

Ada bagian Tuhan, dan ada bagian pertanggung jawaban Daud. Daud telah melakukan pertanggungjawaban atas apa yg diilhamkan kepadanya. Sama seperti Paulus yg Tuhan pakai berdasarkan berdasarkan hikmatnya. Karya tulisnya masih digemakan dan masih diselidiki oleh theolog kristen maupun non kristen.
2Pet 3:15 Paulus telah menulis berdasarkan hikmat yg dikaruniakan kepadanya.

Tuntutan kepada para pemimpin adalah berdasarkan apa yg ada di tangannya, berdasarkan apa yg Tuhan taruhkan kepadanya, berdasarkan talenta yg Tuhan titipkan utk dikembangkan.

Tipe kepemimpinan tidaklah selalu sama. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yg mampu mengeksplor kekuatan para anggotanya. Kekuatan itulah yg akan menjadi kekhasan suatu komunitas. Pemimpinlah yg seharusnya "membaringkan anggotanya ke rumput hijau", bukan sebaliknya. Kebanyakan pemimpin masa lalu memimpin dengan otoriter. Pemimpin hanya mampu menggerakkan generasinya untuk membaringkannya ke egonya yg hijau. Akibatnya komunitas hanya 'terlihat' berhasil namun pada hakekatnya memunculkan pemberontak-pemberontak yg menghancurkan komunitasnya. Pemberontak di sini tidak selalu bernada negatif, namun mereka adalah orang yg gerah melihat pemimpin yg tidak etis.

Pemimpin yg tidak etis membuat anggota menjadi tidak berfungsi dan fungsi sebagai garam dan terang tak digemakan lagi. Seharusnya anggota tidak dapat menggunakan etika kristen untuk menghakimi pemimpinnya. Pemimpin di atas pemimpin tersebut dan etika kristen lah yg dapat menghakimi pemimpin itu.

Tuhan telah memberikan otoritas kepada pemimpin dan pemimpin harus bertanggung jawab thd nyawa anggotanya. Oleh sebab itu, apapun tipe pemimpin kita marilah kita patuh kepada mereka, karena kita berada di bawah payung otoritas mereka.

Kita adalah calon pemimpin. Jika kita sudah berhasil digembalakan/ dipimpin maka kita juga layak untuk menjadi pemimpin. Persiapkanlah dirimu menjadi pemimpin, jika sudah waktunya nanti, kita sudah benar-benar siap untuk menjadi kepala dan bukan ekor.