Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Sabtu, 18 Januari 2014

Generasi Baru

*artikel ini hanya diary hari ini...

Mengisi malam minggu dengan mengetik sebuah artikel. Sebenarnya badan ini lelah, ngantuk, kepala pusing tapi rasanya kekuatan masih ada, mau dikemanakan adrenalin yg berlebih ini klo ga mengerjakan sesuatu yang disukai.

Hari ini sangat luar biasa. Rasanya puas bisa berbagi dengan anak-anak sekolah. Bangun kepagian, membangunkan alrm yang jam 4an itu. Kemudian cerita ini dimulai....

Kami memberikan training leadership di satu sekolah internasional, dan saya nyempil menggantikan beberapa teman yang ga bisa keluar rumah karena kebanjiran. Pengalaman yg luar biasa. Memang bagi sebagian orang bukan sesuatu yang luar biasa banget tetapi bagiku pengalaman ini luar biasa. Dengan latar belakangku yang pelit bicara di depan public, hari ini jadi pribadi yang berbeda dari biasanya.

Saya kebagian di "Post Pancasila". Bukan post yang membuat "wow", saat mendengarnya. Tugas anak-anak hanya menyusun kata-kata yang dipotong2 menjadi susunan butir-butir pancasila. Hmm... ga nyangka klo mereka bias menyelesaikannya hanya dalam waktu 2-3 menit saja. Kemudian kami berdiskusi tentang Pancasila. Jawaban dari anak-anak SMU yang ga pernah disangka-sangka. Sebelumnya kami mendengar bahwa biasanya anak-anak internasional mempunyai semangat nasionalisme yang payah banget. Tetapi di sini kami dapat menyaksikan mereka punya semangat nasionalisme yang lumayan okey. Dari mulut anak-anak muda ini (*perasaan dah tua), saya bias mendengar opini mereka tentang negeri ini. Karena waktu masih tersisa banyak, sementara permainan sebenarnya sudah berakhir, maka saya pun berimprovisasi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan provokasi kepada mereka. Tujuan saya hanya mengajak mereka berpikir. Misalnya "apa yang ingin kamu sampaikan kepada Pak Jokowi klo kamu bertemu dengan beliau?". Jawaban-jawaban simple yang mereka lontarkan "Pak terima kasih", atau ada juga yang bilang "Pak tolong dong kemacetannya dikurangi". Kemudian saya tanya lagi "kamu punya ide apa untuk mengurangi kemacetan?". Ada jawaban yang sangat bagus "pengguna mobil dikurangi, harga mobil dimahalin, trus pada naik bus aja". Trus saya tanya kepada seluruh peserta yang ada di dalam grup (1 grup 10 orang), "emangnya kamu mau pergi ke sekolah naik bus?". Haha... 80% menjawab "mau". Wow.... luar biasa kan.

Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang provokatif untuk mengajak mereka berpikir, tentang banjir, korupsi, dunia, dll. Dari jawaban mereka membuat saya belajar dan berefleksi diri. Anak muda butuh teman untuk berpikir. Mereka sangat suka untuk diajak berpikir oleh orang dewasa. Mereka hanya butuh dianggap dewasa, mereka ingin didengerin aja.

Kamis lalu, ketika komsel, ada pertanyaan yang bagus dari seorang teman "siapa sih next generation itu?". Sebelum pertanyaan itu dilontarkan, kami sudah berdiskusi tentang apa yang kita lakukan sehari-hari yang berdampak bagi the next generation. Menurut saya next generation adalah generasi yang akan menggantikan posisi kita nantinya. Well mungkin saudara ga setuju dengan saya, it's ok.

Tiga hari lalu saya merayakan 11 tahun datangnya saya ke kota ini (haha.. ga penting ya). Pesen gembala saya sebelum pergi "tetap ke gereja ya". Tetapi sebelumnya beliau bilang, klo mau pergi harus siapin dulu orang pengganti kamu sebelum kamu pergi. Artinya saya harus nyiapin pengganti saya sebelum pergi. Well... saya termasuk orang yg ga berhasil mempersiapkan secara langsung pengganti saya. Paling ga saya berhasil mempromosikan beberapa orang untuk "naik"  supaya mereka bisa lebih gila lagi dalam berprestasi. Intinya saya berhasil mempromosikan mereka (di kota asal saya) agar saya juga bisa mengejar mimpi saya. So... paling ga di kota asal saya, saya telah melihat my next generation (in music, banner dance, dll), bahkan mereka bisa lebih baik dari saya, membuat saya bahagia. apakah dengan demikian saya mendapat penghargaan, I don't care.

Mari kita melihat dunia, sekeliling, semua sedang sibuk mempersiapkan generasi baru, tunas muda. Lihat saja di tv. Mari kita membantu generasi di atas kita agar hikmat mereka bisa tersalur (dan tetap hidup) di generasi berikutnya. Jangan pernah takut kehilagan ide, jangan pernah takut kehilangan power. Justru  ketika kita merasa kehilangan power, segera... sesegera mungkin membangun generasi yang melanjutkan power itu. Dengan membangun generasi baru, mereka akan menghormati kita, sehingga power itu tetap ada. Hal yang saya titipkan kepada teman-teman anak-anak SMU, saya katakan "kita orang muda harus mengembangkan kreatifitas kita".  Karena saya selalu belajar kreatifitas dari orang muda, dan belajar hikmat dari orang tua. Saya sering mengamati bagaimana kreatifnya anak2 belasantahun ini. Makanya saya sangat bersemangat ketika diajak untuk memfasilitasi anak SMU.

Saya adalah produk "generasi baru" dari generasi sebelum saya. Saya sangat berterima kasih kepada mereka yang ga menolak saya ketika saya datang ke beliau-beliau dan saya katakan saya mau belajar. Sampe sekarang pun ada generasi sebelum saya yang mau ditanya, mau mementori, dengan senang hati berbagi ilmu. Kamsia bapa-bapa katua. hehe.

Ok deh... saya hanya ingin bilang please... kiranya kita tidak menolak the next generation yang sksd (sok kenal sok dekat), yg ingin belajar dari kita. Kita harus mengingat tujuan besarnya... God's purpose. Semoga saya berkenan mengajak saudara-saudari untuk mempersiapkan generasi berikutnya... hanya dengan sekadar mendengar, berbagi, menyemangati, bercerita "uhuukk..uhukk... opa dulu.. berjuang.... tapi Tuhan tolong... uhukk..uhuukk". Hehe.

Kamis, 09 Januari 2014

"ONE" Efesus 2

Suatu hari, beberapa saat setelah siaran selesai mengudara, ada sms masuk yg mengatakan "thanks buat siarannya, gw jadi mau ke gereja lagi". Begitulah kira-kira isi smsnya. Kami jadi saling bertanya "emangnya kita blg apa ya?". Kami tidak tau apakah sms itu beneran atau fiktif,tapi apapun itu artinya ada respon yg mau sms. That's great.

Hari itu kami siaran tentang Efesus 4. Dan saya tutup dengan ayat favorit saya dalam versi TSI, Ef 4:16 "Dialah yang mengatur supaya semua anggota disusun dan disatukan dengan sempurna, supaya kita seperti tubuh yang bisa bergerak dan bertumbuh karena ada sendi-sendi dan anggota-anggota tubuh yang lain. Ketika tiap-tiap anggota berfungsi dengan teratur, kita seperti tubuh yang sehat, karena saling menguatkan dan saling mengasihi".

Sayang sekali belum menjelaskan secara jelas, siaran sudah berakhir...

Efesus 4 adalah bagian dari pengaplikasian dari doktrin. Ef 1-3 adalah doktrin/ dasar, sementara Ef 4-6 adalah bagian dari pengaplikasian. Pada bagian Ef 2, dalam dua sesi kami membahas tentang kesatuan. Ada hal yang sangat mengantol di pikiran saya, dan membuat saya berpikir bahwa kesatuan itu tidak mudah. Kita berpikir kesatuan adalah ngumpun-ngumpul antar denominasi, atau paling ga satu youth dalam satu gereja bisa ngumpul bareng, ntah nonton bola bareng, ntah buat acara KKR, atau doa bareng. Saya agaknya kurang setuju dengan defenisi seperti itu. Sudah sejak lama. Namun karena sulit untuk menjelaskan alasannya, saya tidak bisa menerompetkan pendapat saya. Setelah baca EFESUS, banyak paradigma saya yang terbuka. Saya menemukan dasar-dasar untuk berpijak, menemukan alasan-alasan yang tepat. Tidak salah para sarjana teologi mengatakan bahwa Efesus adalah queen of epistle. Suratan ini tidak hanya menggambarkan kekinian, tetapi juga membeberkan tujuan penciptaan dunia, sehingga kita tidak mengatakan bahwa "Yesus lahir untuk mati bagi kita". Jika Anda setuju bahwa "Yesus lahir untuk mati bagi kita", itulah yang membuat Anda hidup sembarangan ketika Anda sudah yakin Anda diselamatkan. Sadarkah Anda bahwa orang yang buat rusuh di dunia justru orang Kristen yang mengatakan bahwa mereka anak Raja? Ya benar kita diadopsi menjadi anak Raja, dengan demikian kita seharusnya sadar tanggung jawab sebagai anak raja, bukan justru sebaliknya hidup asal-asalan.

Kesatuan yang dibahas di EFESUS adalah tentang satu tubuh, satu darah, satu bangunan, dan satu pengharapan. Pernahkah kita renungkan bagaimana orang di sebelah Anda menjadi orang yang sedarah, artinya menjadi saudara serumah. Bagaimana dengan rekan bisnis Anda yang menyebalkan itu menjadi teman satu rumah?? Saya sering mendengar seorang yang sangat cantik dipuji-puji orang. Hmm... pujian itu bagus. Saya hanya bergumam dalam hati bukan karna iri lohh "dia cantik kalau ga serumah dengan Anda, kalau dia serumah dengan Anda... silahkan nikmati lah". Kita memnag hanya tau tampilan orang dari luar. Ketika kita dekat dengan mereka kita mulai merasakan sifatnya, karakternya, kemarahannya, kekesalannya. Coba bayangkan bagaimana orang dengan temperamen tinggi dapat serumah, sedarah dengan Anda, mampukah Anda? Bukankah kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik, bukan karena kecantikan, kebodohan, kemalasan, ketidaktelitian, dll.

Bagaimana dengan menjadi satu bangunan? Dalam bangunan berarti masing-masing bagian haruslah berfungsi. Bagaimana jika semen kehilangan fungsinya sebagai perekat? Atau bagaimana semen dapat merekatkan tanpa air? Coba perhatikan saudara-saudara kita serumah, apakah mereka semua berfungsi? Mungkin Saudara yang ga berfungsi. Bagaimana jika adik/kakak/abang kita bermalas-malasan di atas sofa sambil nonton tv, sementara Anda berjuang mati-matian membersihkan ruang tamu, dapur, mencuci baju, mencuci mobil, setrika, dll. Kenyataan kecil yang kita hadapi dalam keluarga kita saja rasanya sudah membuat kita mau meledak. Bagaimana kita mampu  meresponi keadaan ketika kita harus bekerja keras, sementara teman serumah Anda tidak melakukan apa-apa? Marilah kita sadari diri kita masing-masing agar kita berfungsi sesuai tujuan keluarga kita masing-masing.


Kenyataan yang paling nyata, manusia tidak suka melihat orang yang hanya bisa ngomong, tetapi ingin melihatnya untuk action juga. Ketika kita mendengar kotbah Pak Pendeta bahwa kita semua harus saling mengasihi, kita ingin melihat beliau memberi makan anak yatim atau membantu korban banjir atau paling ga kita melihatnya senyum kepada semua orang setiap saat. Namun, kita harus sadari bahwa ada beberapa orang yang sangat berusaha untuk tersenyum, ketika ia lelah, ia tidak tersenyum lagi.

Bagaimana seharusnya kita bersikap, ketika teman-teman, keluarga atau orang-orang di sekitar kita (ring 1) tidak berfungsi? Mari kita memulai dari diri kita untuk berfungsi untuk mengurangi kekesalan orang-orang dekat kita. Kadang-kadang memang kita harus bersabar terhadap orang dekat kita yang tidak berfungsi semestinya, beri kesempatan kepada mereka, tolong mereka membuat perubahan kecil, hargai perubahan itu. Tidak mudah memang, tetapi kita diselamatkan tidak sampai di situ aja, tetapi kita didesign untuk melakukan perbuatan baik. Look... ketika kita diselamatkan, seketika itu kita menjadi keluarga kerajaan sorga, kita boleh duduk disorga, namun untuk memperoleh warisan kerajaan sorga itu kita harus melakukan perbuatan baik yang telah Allah tetapkan bagi kita. Seorang anak dalam kerajaan mempunyai tanggung jawab menjadi duta bagi kerajaan tersebut. Secara sikap, karakter, performance, semuanya dilihat orang. Mereka tidak mampu melihat hati Saudara yang bersinar, mereka hanya mampu melihat perbuatan Saudara saja. Seseorang bisa keluar masuk hotel, tetapi untuk diwariskan hotel, mereka harus mengerjakan tanggung jawab mereka. 

Memang sulit bagi kita untuk mengerti ini, karena zaman sekarang, seorang anak tidak melakukan pekerjaan bapaknya aja bisa mendapat warisan. Saya tidak habis pikir ketika mendengar jawaban seorang anak SMU yang ditanya "mau jadi apa nanti klo sekolah aja malas", dia menjawab "mau nerusin usaha papa". Bahkan apa yang dikerjakan bapaknya aja dia tidak tau. how come? Zaman sekarang itu sepertinya sudah umum jika kekayaan itu hancur ditangan cucu, atau bahkan anak.

Bersatu di sini adalah ketika masing-masing orang dapat berfungsi dengan baik, bukan seragam, tetapi justru dalam perbedaan tugas itu dapat mencapai tujuan. Mari kita membantu orang-orang didekat kita agar mereka mau berfungsi. Dan yang paling penting... mari kita masing-masing berfungsi!

Minggu, 05 Januari 2014

Refleksi diri dan Rencana

"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana" 
Psa 90:12

Selamat Tahun Baru para pembaca yang budiman! Saya senang blog saya masih ada pengunjungnya. Tidak jarang rasanya saya ingin melenyapkan blog ini dan membuat yang baru. Tetapi seperti ada suara dari dalam hati yang berkata "jangan, supaya kamu bisa belajar". I think it's God voice. Karena saya agaknya terobsesi untuk mendengar suara Tuhan, saya akan memulai dengan menghargai suara hati nurani.

Senang sekali rasanya bisa sampai ke tahun 2014. Tahun 2014 adalah tahun yang banyak ditakuti oleh para pelaku bisnis. Bagaimana tidak, wong belum belum juga dolar sudah melambung tinggi. Ga lama lagi juga akan diadakan pemilu. Belum lagi isu "pemotongan" rupiah. Tanda-tanda ini terbaca oleh para pelaku bisnis, sehingga mereka tidak terburu-buru melakukan investasi. Akibatnya harga barang pada naik. Baru saja memasuki tahun baru, ibu-ibu rumah tangga sudah dikagetkan dengan biaya kebutuhan rumah yang meningkat drastis. Seperti keluhan seorang teman yang tinggal di Aceh, gas tabung 12 kg sudah mencapai 150rb rupiah. Di Medan, biasanya harga gas hanya 75rb, sekarang sudah 95rb. Kondisi ini menakutkan. Belum lagi jenis barang yang lainnya.

Kadang saya suka memperhatikan orang-orang. Semakin ia tahu dan dapat membaca keadaan, semakin ia takut. Kalau kita perhatikan, hanya anak-anak dan orang-orang yang ga berpikir yang tidak merasakan ketakutan. Lihat lah anak-anak yang riang menikmati momen natal. Mereka lari ke sana-sini, mereka tertawa gembira, mereka bersukacita menerima kado tahun baru dan kado natal.

Ada kelompok ketiga yang ga merasakan ketakutan. Seharusnya kelompok anak Tuhan, yang mengaku sudah berada dalam Kristus, orang-orang yang bersatu dengan Kristus dapat mengatasi ketakutannya atau kekuatirannya. Bukan berarti kelompok ketiga ini tidak takut. Ketakutan/ kekuatiran kadang merupakan suatu warning untuk antisipasi terjadinya sesutau. Walaupun ketakutan itu seperti orang yang kuatir terhadap akan terjadinya sesuatu, padahal hal itu belum tentu terjadi. Klo dilihat dari gambaran besarnya, ketakutan sebenarnya hanya menghabiskan waktu dan mengikis perasaan saja. Tapi... harus kita akui, kita juga punya ketakutan ataupun kekuatiran. Hanya saja, orang yang bijak menjadikan kekuatiran itu sebagai suatu masa persiapan dan dapat mengatasi/ menguasai kekuatirannya itu, karena tau rasa aman itu ada dimana. Kita dapat berharap kepada Kristus. Dengan bersatu dengan Kristus, kita punya harapan baru.

Tanggal 31 Desember 2013 lalu, saya pulang kampung. Di gereja, di kota saya dibesarkan, mempunyai tradisi untuk keluarga2 datang ke gereja berdoa bersama, setelah itu kami dapat mencabut ayat. Sebelumnya tentu saja, Pak Pendeta berkotbah singkat dulu. Dalam kotbah Pak pendeta di gereja, dibacakan Mazmur 90, dan diberi penekanan pada ayat 12 "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana". Seperti kebiasaan orang Berea (Kis 17:11), saya tidak menerima begitu saja, tetapi membaca berulang dan memeriksa beberapa kata Yunani dalam ayat tersebut. Upss.. bukan berarti saya tidak percaya apa kata Pak Pendeta lohh... tapi saya percaya pasti ada hal istimewa lain yang tersirat di dalam ayat ini. Sesuatu yang sangat istimewa. Tentu saja saya menemukannya. Saya menjadikan hal-hal tersebut seperti pesan Tuhan yang khusus buat saya, dan juga untuk saya tuliskan di sini.

Kalau kita memeriksa akar kata dari "menghitung hari-hari", dalam Ibrani-nya digunakan kata manah, yang bukan saja berarti  menghitung, menandai momen-momen berharga, tetapi mengatur, mengatakan, mempersiapkan hari-hari. So... di sini bukan saja berarti kita bersyukur akan apa yang telah terjadi tetapi mempersiapkan hal-hal yang akan terjadi. Kita tidak hanya larut dalam apa yang akan terjadi tetapi kita mempersiapkan diri akan apa yang akan  terjadi. Pada umumnya manusia tidak tau apa yang akan terjadi, tetapi manusia dapat belajar dari sekitarnya. Sebenarnya kita dapat mempersiapkan diri, ntah kita tau membaca kondisi, ntah kita tidak tau membaca kondisi (tetapi lebih baik jika kita paham membaca situasi dan kondisi).

Mengerti situasi dan kondisi, apalagi mengetahui masa depan tidak lah selalu enak. Itulah sebabnya tidak banyak orang-orang yang mengetahui tentang masa depan. Tuhan tidak memperlihatkan masa yang akan datang, (atau Tuhan memperlihatkannya juga tetapi dalam bentuk yang tersirat) supaya kita tidak menjadi kuatir dan tidak tau apa yang harus dilakukan. Ada orang-orang tertentu yang diberikan gift untuk bisa melihat masa depan, dan mereka juga diberi kekuatan extra supaya mereka bisa bertahan.

Saya dapat membayangkan bagaimana Rasul Yohanes ketika ia mendapatkan penglihatan di Pulau Patmos. Mungkin ia menjadi tidak enak makan, tidak enak tidur. Itulah sebabnya kitab Injil Yohanes dituliskan setelah kitab Wahyu ditulis. Injil Yohanes mempunyai kekhasan sendiri, di situ ada tertulis apa yang tidak ada di ketiga injil sinopsis, seperti "Pernikahan di Kana". Konsep pernikahan Anak Domba di Wahyu diadopsi dan dituliskan dalam bentuk yang lebih ringan agar orang-orang percaya dapat mengerti konsep tentang pernikahan. Selain itu, Yohanes juga menulikskan 3 surat (1Yohanes, 2Yohanes dan 3Yohanes), kita dapat melihat kesamaan kekhasan surat Yohanes dengan Injil Yohanes melalui tema "kasih". Injil Yohanes bukan hanya bertemakan "percaya" tapi juga tentang "kasih". Makanya jika kita membaa terlebih dahulu surat Yohanes kemudian baru Injil Yohanes kita mendapat fokus yang benar dari Yohanes 3:16. Sering kali kita mendengar bahwa orang memfokuskan Yoh 3:16 pada "kasih Allah akan dunia", di sini fokusnya adalah dunia. Padahal klo kita meneruskan pembacaan sampai Yoh 17, Yesus tidak berdoa untuk dunia. Kemudian kita jadi berpikir apakah ini kontradiksi. Tentu saja menjadi kontradiksi jika kita memfokuskan "kasih Allah akan dunia". Pahadal yang sebenarnya Allah memfokuskan kasihnya pada Yesus Kristus, Anak-Nya yang dikasihi-Nya, sehingga Allah Bapa mau mengasihi dunia. Allah mau mengasihi dunia karena Yesus mengasihi dunia. Dunia ini identik dengan dosa, sedangkan Allah tidak dapat bertemu dengan dosa. Nah... oleh karena itu, manusia yang berdosa harus lah bersatu dengan Kristus, jika ia ingin diselamatkan. Kebenaran kita, kelakuan kita, kesabaran kita, kebejatan kita, kelemahlembutan kita tidak akan mampu membawa kita ke sorga, karena kita manusia yang tidak sempurna. Allah mau menyelamatkan dunia, hanya jika "dunia" mau bersatu dengan Kristus, sehingga Allah melihat Kristus yang sempurna dan tidak melihat noda "dunia". (Dunia yang dikutip di sini hanya orang-orang yang mau percaya kepada Kristus).

Mari kita kembali ke kondisi, situasi...
Ternyata... bisa mengetahui ending cerita tidaklah selalu baik. Hal paling penting adalah dengan siapa kita menjalani cerita itu.

Jika pembaca belum juga memahami hal ini, saya akan menceritakan cerita sederhana... Beberapa kali saya mendapatkan pewahyuan tentang hidup orang-orang. Tidak mudah bagi saya untuk menerima hal ini. Menerima kenyataan bahwa saya "akan" kehilangan teman baik, orang-orang yang saya kenal baik, itu tidak mudah. Bahkan saya dapat mengetahuinya jauh sebelum orang yang bersangkutan mengetahuinya. Rasanya ga enak. Pernah saya tidak tidur beberapa hari karena hal ini. Kepada beberapa orang yang pernah saya "lihat" ini saya sampaikan secara terus-terang kondisi hidupnya, kepada yang lain saya hanya doakan saja, atau memberitahukan kepada mentor saya aja, atau kepada orang-orang yang saya hormati. Untuk menyampaikan berita yang kurang bahagia, itu tidak mudah bagi saya. Bahkan saya harus bergumul dan ingin membantah kenyataan. Pada akhirnya apa yang saya "lihat" itu terjadi, membuat saya menjadi lemas dan tidak tau harus berkata apa. Well... tidak terus-terusan saya mendapat penglihatan, hanya ketika gift itu aktif saja saya harus taat. (Dan saya tidak menganggap diri lebih rohani dari orang lain, justru saya sedang mencari orang yang lebih rohani agar saya tidak tersesat... haha).

Okelah... di tahun yang baru ini, marilah kita merefleksikan diri akan apa yang sudah terjadi dan mempersiapkan diri akan apa yang akan terjadi. Terhadap keluhan-keluhan hidup, marilah kita pelajari apa yang membuat kita mengeluh, apa sih yang kurang. Mari kita memperbaiki diri untuk lebih baik lagi.

Beberapa hari ini, secara tidak sengaja saya mendengarkan keluhan-keluhan tentang pelayanan, ada juga keluhan tentang kesehatan, ada keluhan tentang disiplin, dll. Saya tidak dapat memberikan solusi apapun, karena sebenarnya orang yang mengeluh itu pada umumnya dia tau solusinya. Mereka hanya perlu telinga yang mau mendengarkan. Kemudian saya berpikir, orang yang berdoa juga seperti orang yang mengeluh, curhat. Orang yang berdoa sebenarnya mengajukan solusinya kepada Tuhan. Kalau gtu... kenapa berdoa klo dah tau solusinya? Berarti orang yang berdoa hanya memerlukan keamanan untuk bertindak. Ia butuh dukungan dari Tuhan untuk melakukan sesuatu. Berarti juga berdoa itu membuat orang yang berdoa menjadi damai dan tentram. Saya tidak bermaksud menyalahkan orang yang berdoa dengan model yang demikian. Saya hanya mengidentifikasikan. Tuhan juga tidak menyalahkan orang yang berdoa dengan menawarkan solusinya kepada Tuhan. Tetapi doa yang dijawab Tuhan adalah doa yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Jadi kita perlu mengetahui kehendak Tuhan agar doa kita dijawab.

Sebelum saya bercerita terlalu jauh, sementara artikel ini berjudul "Refleksi Diri dan Rencana", saya mengajak pembaca untuk mengingat-ingat peristiwa-peristiwa apa yang membuat diri kita menjadi lebih bijaksana. Keluhan-keluhan apa yang membuat kita tampak bodoh? Mari kita belajar dari keberhasilan dan kegagalan kita. Hendaklah kita ga terlalu membanggakan keberhasilan dan menyalahkan diri atas kegagalan tetapi kita bisa bersyukur atas penyertaan Tuhan dalam tahun 2013 ini.