Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Sabtu, 24 Juli 2010

Uncomfortable Zone

Beberapa artikel, perdebatan, buku, diskusi dengan topik yang hangat adalah "keluar dari comfort zone Anda!". Topik yang cukup bagus untuk dibahas namun menimbulkan pertanyaan besar, apakah orang-orang berokoak-koak menyerukannya sudah benar-benar keluar dari comfort zone mereka, zona aman mereka? Apakah ini hanya perkataan bibir tanpa perbuatan apapun?

Betapapun ajakan yg mendengung dengan sangat kencang, "keluar dari comfort zone anda", perlu dipikir berulang kali untuk meninggalkan kebiasaan yang kita lakukan, budaya diri yang kita bangun sendiri, pengertian-pengertian yang ditanamkan keluarga dan lingkungan. Keluar dari zona aman yang dimaksud adalah keluar dari kebiasaan-kebiasaan, aktifitas, suatu area dimana kita sudah merasa semuanya ada, semuanya terpenuhi, aman, puas, tentram. Zona nyaman ini membuat kita malas bergerak, alias stagnan. Zona nyaman sangat didambakan oleh banyak orang, namun setelah memperolehnya, hidup cenderung datar, karena malas berpindah ke next level.

“Keluar dari zona aman”, adalah sepenggal seruan orang-orang yang cinta perubahan, ingin hidup lebih dari ‘sekedar ini’. Bayangkan saja jika para pejuang kemerdekaan Indonesia tidak mau keluar dari zona aman mereka, jika mereka hanya mendekam di kamar mereka tanpa angkat senjata. Bayangkan jika Wright Bersaudara berhenti berkarya saat dicerca orang, bagaimana jika mereka tidak mau keluar rumah saat langit mendung dan udara dingin Kitty Hawk untuk menerbangkan pesawat mereka. Bayangkan jika Thomas Alfa Edison berhenti di percobaan yang keseratus.

Tidak mudah berada di daerah yang terasa tidak nyaman bagi kita. Kita perlu membentuk suatu kebiasaan baru yg sudah pasti bertentangan dengan hati nurani kita secara keseluruhan. Seperti musuh dalam selimut perasaan tidak nyaman itu. Namun jika kita berhasil, berarti kita telah mengalahkan musuh terbesar dalam hidup kita yaitu diri kita sendiri. Kemalasan utk berpikir, kealfaan dalam merencanakan, tidak mau action.

Kenyamanan itu menyejukkan hati, namun ada bahaya yang mengancam jika kita tidak mau melangkah ke daerah uncomfort zone kita, daerah yang baru bagi kita, yaitu next level dalam hidup kita. Area dengan tingkat kesulitan yang lebih dari sebelumnya. Kepuasan sementara itu dapat menghilangkan atau mengkaburkan tujuan (purpose) hidup kita, karena kita sengaja berhenti di tengah kenyamanan yang sudah diperoleh.
Hidup tanpa purpose hanyalah seperti org yg meninggal dini sebelum waktunya. Sepertinya tidak terlalu berbeda dengan orang-orang yang sering kita kecam dengan hebat, yaitu bunuh diri. Namun patut direnungkan, apakah kita sdh menjalankan hidup yang digerakkan oleh tujuan hidup kita?

Mohon direnungkan dengan objektif. Bukankah kita hidup di dunia utk suatu maksud tujuan, yg dalam bahasa rohaninya 'panggilan hidup tertinggi'. Katakanlah tujuan 'besar'nya adalah menyenangkan hati Tuhan, namun tahukah Anda 'kendaraan' yg mana hrs kita pakai utk menyenangkan hati Tuhan? Bagian 'puzzle' mana yg menjadi bagian kita yg harus kita kerjakan? Berapa potong 'puzzle' yg kita terima dari Tuhan. Itulah tujuan hidup pribadi kita. (Jika kita berefleksi dari bible in 2Kor 10:13-15, disebutkan 'batas-batas daerah kerja yg dipatok Allah')
Sering kita mengucapkan “kubri yang terbaik bagiMu”, sudahkah kita memberikan yang terbaik bagi Tuhan? Benarkah?

Sikap utk memberi yg terbaik adalah suatu sikap "saya akan memberikan yg terbaik, apapun yg terjadi". Seringkali kita hanya berhenti di "saya akan memberi yg terbaik" namun saat kita berada di uncomfort zone, dgn ringan kita bisa mengatakan, "kan aku dah buat yg terbaik, gw mah bisanya gini doang". Sikap utk memberi yg terbaik berarti kita bisa sadar dan mengatakan "I can do more better then this, walk with Jesus, I'm sure can do this, jika Allah dipihak kita siapakah lawan kita".
Dan lagi, perkataan "kubri yg terbaik ini" sepertinya hanya milik gereja, rohaniawan, spy dianggap keren, sehingga orang-orang kristen bekerja dengan asal-asal di market place, dan lebih fokus pengembangan gedung gereja. Bukankah gereja yg sesungguhnya adalah anak-anak Tuhan itu? Bukankah seharusnya ‘gereja’ mebangun masyarakat utk menjadi terang di luar gereja? Kadang terlihat sangat ironis ketika melihat seseorang yang baru bertobat, kehidupan jasmaninya, pekerjaan kantor/ sekolah/ kuliahnya semakin bertakan. Padahal Yesus dating untuk member hidup. Kenapa hidup jadi terlihat tak hidup?

Memberikan yang terbaik bagi Tuhan, berarti juga memberikan yang terbaik bagi masyarakat, lingkungan keluarga, sekolah, kuliah, kantor, pergaulan. “Memberikan yang terbaik” bukan hanya bahasa di dalam gereja saja, yang biasa difokuskan untuk kemegahan fisik gereja. Untuk menjadi terang, tentu saja kita bukanlah menjadi termometer, tetapi menjadi termostat yg memberi pengaruh. Itulah salah satu alasan Yesus dpt mengucapkan 'the magic word', "ikutlah Aku". He has influence. Awesome.

Perkataan "kubri yg terbaik" seharusnya dpt menginfluence seluruh hidup kita. Tidak hanya di dalam gereja namun di market place ataupun dimanapun Tuhan menempatkan kita utk mengembangkan talenta kita. Saya inget kotbah dari salah seorg HT yg sy lupa namanya, "dimanapun kita berdiri, di situlah mimbar kita", di sekolah kah, kantor, pergaulan, market place, wherever. Kita tdk bisa komplain mengapa di dunia politik Indonesia, hampir2 tdk ada org kristen di sana, ya krn grj tdk pernah mengutusnya, gereja bahkan melarangnya.

So.. Apa yg hrs kita lakukan di area tidak nyaman kita?
First.. Selamat Anda berani melangkah, krn Anda sedang berada di daerah yg tdk nyaman :). Pastikan Anda tdk menaiki kendaran yg salah. Mari kita sukses bersama, "with God, I can do anything, apapun penghalangnya. Jika Allah dipihak kita siapakah lawan kita".

"Find your need"

Tentukan apa yang menjadi ‘topic’ yang harus diubah dalam hidup kita, jadikan itu menjadi ‘kebutuhan’. ‘Kebutuhan’ itu haruslah dipenuhi. Menemukan ‘kebutuhan’ berarti mengarahkan kita kepada action apa yang harus kita ambil. Apakah actionnya kembali ke 'zona nyaman' atau breaktrough membuat perubahan, supaya kita bisa naik ke next level dari kehidupan. Perubahan adalah ilmu wajib untuk orang yang ingin hidup lebih baik, next level. "If we don't change, we don't grow. If we don't grow, we aren't really living". - Gail Sheehy.

/* break: Pertumbuhan itu adalah salah satu ciri hidup. Pertumbuhan itu mengarah kepada kedewasaan (full grown), dewasa dalam pemikiran, personaliti, umur.
Alkitab menjelaskan kata 'dewasa' ini sebagai 'kesempurnaan' atau full grown
Mat 5:48 "Hendaklah kamu sempurna spt Bapamu sempurna". Sempurna - teleios (kt sifat)= complete. Keutuhan saat 'usia'nya dewasa. 'Sempurna' di sini bukan berarti sempurna tanpa cacat. Ef 4:13
============*/
Back to topic...
Keputusan utk meninggalkan zona nyaman adalah suatu keputusan yg besar, keputusan yg membuat perubahan, bahkan pertumbuhan ke arah kedewasaan. Keputusan ini juga harus diikuti oleh beberapa ciri yg melekat kepada kedewasaan, yaitu bertanggung jawab, setia, penguasaan diri dan pengertian.
Sebagai org dewasa atau org yg sadar pasti akan menuju kepada kedewasaan, haruslah bertanggung jawab. Dari sejak kita diciptakan, Tuhan seperti 'berinvestasi buta' kepada kita. Biasanya org berinvestasi kepada sesuatu yg pasti menghasilkan keuntungan. Apakah kita mau menanamkan sejumlah besar modal kepada jenis usaha yg tidak jelas, belum pasti menguntungkan?

Tetapi Tuhan melakukan investasi itu pada kita. Dia sendiri mempunyai visi yg jelas tentang pribadi kita masing-masing, oleh sebab itu Dia menitipkan beberapa talenta. Dan tentu saja Tuan si Penanam modal ini nantinya akan menuntut kepada kita perkembangan nilai investasinya. Jika tidak berkembang, pantas saja Dia bisa mengambil semuanya dan menyerahkan kepada org yg mau mengembangkannya. Oleh sebab itu, kita bertanggung jawab mengembangkan modal investasi atau talenta yg dititipkan kepada kita.

“Stay focus”

Setialah... Walaupun investasi yg diberikan kpd kita terlihat tidak besar, namun kitalah yg memberikan nilainya.Tambahkan value-nya. Semakin kita menyadari purpose kita, semakin kita dapat narrow our focus. Dan setialah utk perkara kecil itu, narrow focus. Jika kita sdh mampu menentukan focus kita, kendalikan diri utk tetap fokus. Mgkn membutuhkan sedikit waktu lebih lama utk mempertahankan focus. Banyak tawaran indah yg bakalan lewat di depan hidung kita, kita harus yakin apa yg sdh kita jalankan dan tetap fokus. Persahabatan dengan Yang Maha Tinggi, dapat mempertahankan pengendalian diri kita.

/* break: Ada sesuatu hal yg saya pelajari dari 'hidup bersama Tuhan'. Ketika kita sedang melatih orang lain (coaching), yang kita lakukan adalah menjadi pendengar yg baik, "berilah pertanyaan, jangan jawaban. Biarkan orang itu menjawabnya sendiri berdasakan kebutuhan mereka sendri".

Ketika Tuhan melatih kita, terkadang doa-doa kita jauh dari jawaban, atau sepertinya banyak sekali jawabannya, seperti pilihan berganda, dan kita harus memilih. Tuhan memberikan beberapa pertanyaan kepada kita. Ada kalanya kita dapat mendengar Tuhan menjawab dengan pertanyaan. Alkitab juga pernah mencatatan Tuhan bertanya kepada Musa, Abraham, Elia. Bukan berarti Tuhan sedang kehilangan ide atau butuh nasehat, tetapi Dia sedang melatih.

Tuhan adalah pelatih agung kita. Ikutilah petunjukNya, di situlah kita bisa benar-benar merasakan kita sedang berjalan bersamaNya. Jangan pernah melepaskan tanganNya, karena Dia menggenggam tangan kita.
===================== */

Di zona baru yang tidak nyaman itu, kita perlu membangun diri kita, isilah hidup dengan pengertian. "Dengan himat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, dan dengan pengertian kamar-kamar diisi, dengan bermacam-macam harta benda yg berharga dan menarik" Amsal 24:3-4.

Kita perlu banyak belajar untuk membangun "rumah" zona baru kita ini. Zona baru ini pastilah tidak nyaman, namun sifat dasar manusia adalah memenuhi ketidak puasan/ membuat sesuatu yg tdk nyaman menjadi nyaman. Zona yang tidak nyaman ini mempunyai banyak kebutuhan yg harus dipuaskan, sebelum kita melangkah ke another level berikutnya.

Pilihan selalu ada ditangan kita masing-masing, ‘melangkah untuk kembali’ atau ‘berangkat ke next level yg tidak nyaman’. Ketika kita menumpahkan segala isi hati kita dihadapan Tuhan, berharap Tuhan berbelas kasihan dan menolong kita, tdk selalu Dia menjawab saat kita sedang berdoa, kebanyakan Tuhan menjawab saat kita sedang action (melangkah), krn Dia sedang meng-coaching kita. Tuhan sedang melatih tangan kita utk berperang.

“Congruen”.

Di medan perang kita harus melakukan hal-hal yang sudah tertulis dalam perencanaan strategi perang. Itulah congruen, 'sebangun', action harus sesuai dengan perencanaan,perbuatan harus sesuai dengan perkataan. Perencanaan strategi perang kita adalah iman, yang harus menetapkan hasil dulu, baru mengerjakannya. Tuliskan, katakan, bayangkan dan anggap sdh menerimanya, semuanya itu akan nyata dihadapan kita. Perkatakanlah hal-hal postif dan lakukanlah.

Dear friends, our success is in our own hand, our decision. Keputusan ada di tangan kita untuk melakukan apa yang Tuhan telah latih.Tuhan akan melatih tangan kita utk berperang hanya jika kita ijinkan/ kita mau. Tentukan need, take action, focus, congruen. Conquer your uncomfort zone! Ciao!