Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Sabtu, 05 Maret 2011

Biru Blue Tekhelet: Tzitzit

Aktivitas di kala NyepiDay adalah menatap layar laptop, browsing ga jelas, hmmm... chatting juga, sampai akhirnya dapet sesuatu yg menarik hati, "blue is blue". Ok duueehhh gw ceritain, but cmiiw yaa... just learning this topic and againnn... I am amaze.

Bil 15:38
"Berbicaralah kepada orang Israel dan katakanlah kepada mereka, bahwa mereka harus membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, turun-temurun, dan dalam jumbai-jumbai punca itu haruslah dibubuh benang ungu kebiru-biruan."
Daber el-Benei Yisrael veamarta alehem veasu lahem Tzitzit al-kanfei vigdeihem ledortam venatnu al-Tzitzit hakanaf petil tekhelet


Tzitzit


-000-

Kitab Bilangan menggambarkan tuntutan Allah akan iman dari umat-Nya, balasan dan hukuman-Nya atas pemberontakan, dan bagaimana maksud-Nya yang berkelanjutan itu akhirnya diwujudkan. Kitab Bilangan adalah "Kitab Disiplin Ilahi" yg menunjukkan bahwa Allah memang mendisiplinkan dan menghukum umat-Nya sendiri ketika mereka terus mengeluh dan tidak percaya (Bil 13:1 -- 14:45). Kitab bilangan adalah kitab iman. Tanpa iman tidak mungkin kita berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6). Israel tidak beriman, memberontak dan tidak berterimakasih atas mujizat-mujizat dan pemeliharaan Allah. Kitab Bilangan yang berbahasa Ibrani dikenal dengan nama "Di Padang Gurun". (copied from http://sabdaweb.sabda.org/study/)
-000-


Kata Tzitzit sendiri secara harfiah berarti "kepang, anyaman". Dengan demikian desain Tzitzit harus seperti yang dari jalinan / mengepang rambut yang desain sama dengan link di rantai. Mengenakan tzitzit adalah perintah Alkitabiah, dalam Bilangan 15:38 dan juga dalam Ulangan 22:12, "Anda harus membuat diri benang memutar, pada empat sudut pakaian Anda dengan yang Anda menutup sendiri." Menurut Taurat, tujuan mengenakan tzitzit adalah untuk mengingatkan orang-orang Yahudi dari kewajiban agama mereka. Selain itu, ia berfungsi sebagai pengingat keluar dari Mesir (Bilangan 15:40).

Rumbai-rumbai (tzitzit) pada setiap sudut terbuat dari empat helai, yang ketika benang dan lilitan menggantung tampaknya delapan (dikenal sebagai shemoneh kaful)


Cara untuk mengikat jumbai


Bahasa Inggris Alkitab Terjemahan biasanya menerjemahkan kata Ibrani tekhelet, yaitu warna "biru". Tetapi lama kelamaan perintah ini tidak lah dilakukan sepenuhnya karena ada tzitzit yang hanya berwarna putih tanpa ada benang berwarna biru-nya. Alasan untuk meninggalkan perintah untuk menempatkan benang berwarna biru pada Tzitzit adalah bahwa pewarna yang diperlukan untuk biru telah hilang.

Dr Koren, menemukan bahwa pewarna yang digunakan dalam sampel Masada, sepotong benang bordir kebiruan-ungu, berasal dari keturunan dari siput Murex trunculus akrab bagi Israel modern. warna seperti pada tekstil jarang ditemukan karena mereka biasanya dipakai secara eksklusif oleh royalti atau bangsawan. (Warna "biru" dianggap yang paling penting dari tiga warna ritual dikutip dalam Alkitab. Dua lainnya argaman, berwarna ungu kemerahan, dan shani, yang dikenal sebagai merah). Beberapa saat setelah orang-orang Yahudi diasingkan dari Israel pada tahun 70 M, pengetahuan tentang bagaimana untuk menghasilkan pewarna tekhelet hilang. Pewarna ini juga mahal untuk membuatnya dibutuhkan ratusan siput yang digunakan untuk membuat bahkan batch kecil, dan beberapa di zaman kuno menyatakan itu senilai 20 kali berat emas.

"Blue" mungkin terjemahan bahasa Inggris yang paling sederhana dari istilah tekhelet, tetapi seperti yang sering terjadi dalam menterjemahkan bahasa Ibrani, sesuatu nuansa yang hilang. "Tekhelet adalah warna langit," kata Dr Koren di laboratoriumnya. "Ini bukan warna langit seperti yang kita tahu itu. Itu warna langit di tengah malam, ketika kita sendirian di malam hari, kita dapat menjangkau Allah, dan itulah yang tekhelet yang mengingatkan kepada Allah.

Benang berwarna biru yang ikut terjalin dalam kepangan tzitzit, melambangkan kehadiran Allah dalam kehidupan yang mentaati perintah Allah. Perintah ini sepertinya sepele dan terkesan sangat religius yang statis, tetapi Tuhan benar-benar serius dengan Bangsa Israel. Perintah yang dibuat bukanlah untuk menyusahkan hidup Israel itu sendiri tetapi justru untuk memudahkan Israel untuk mendapatkan perhatian dari Allah. Kitab Bilangan adalah kitab iman, dimana Tuhan mengajarkan iman kepada bangsa Israel. Artinya Tuhan mengajarkan kebergantungan Israel kepada Tuhan sendiri melalui mentaati perintah-Nya itu. Walaupun Bangsa Israel memberontak terhadap Tuhan, sepertinya Tuhan masih saja memberi peluang 'reward' bagi siapa yang mentaati Dia. Natur Allah adalah diberikan penghormatan. Ketika kita dapat menghormati Allah, seperti kita menekan tombol yang benar untuk membuat Allah mengarahkan mata-Nya kepada kita dan memberikan apa saja yang kita minta.

-000-

Secara kronologis, Bilangan merupakan sambungan sejarah yang dicatat di kitab Keluaran. Setelah tinggal di Gunung Sinai selama sekitar satu tahun -- ketika itu Allah menetapkan perjanjian dengan Israel, memberikan hukum Taurat dan pola Kemah Suci kepada Musa, serta memberikan pengarahan mengenai isi kitab Imamat -- bangsa Israel bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju tanah yang dijanjikan Allah kepada mereka sebagai keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub. Akan tetapi, sejenak sebelum meninggalkan Gunung Sinai, Allah menyuruh Musa membuat sensus menghitung semua laki-laki Israel yang sanggup berperang (Bil 1:2-3). Sembilan belas hari kemudian bangsa itu berangkat mengadakan perjalanan singkat ke Kadesy (Bil 10:11). Bilangan mencatat pemberontakan serius Israel di Kadesy dan hukumannya di padang gurun selama 39 tahun, sehingga Allah membawa suatu angkatan orang Israel yang baru ke dataran Moab, yang terletak di seberang Sungai Yordan dari Yeriko dan tanah perjanjian.
(copied from http://sabdaweb.sabda.org/study/)
-000-


Tuhan ingin kita aman di bawah perlindungan hukum-hukum-Nya itu. Penyebab manusia jatuh dalam dosa adalah keinginan manusia untuk keluar dari perlindungan hukum Allah itu, manusia merasa tidak 'aman' berada di bawah hukum Allah dan mencari perlindungan yang baru, yang dia pikir dapat membuat 'aman' hatinya. Manusia memilih hukum lain yang bukan hukum Allah untuk 'merasa aman' di situ. Jika sudah keluar dari hukum Allah, maka manusia tak perlu taat kepada hukum Allah itu tetapi hukum lain yang baru dianutnya itu. Ini membuat Allah marah terhadap manusia, oleh sebab itu manusia dikatakan telah memberontak terhadap Allah. Dosa ini seperti dosa perselingkuhan, umat-Nya telah berselingkuh dan meninggalkan Dia. Tak sadar manusia telah tergadai dan menjadi budak pada majikan barunya yang mempunyai hukum lain itu. Oleh sebab itu Allah mengirimkan Anak-Nya sendiri untuk menebus, mengambil kembali umat-Nya yang telah tergadai itu. Tebusannya tidak tanggung-tanggung, darah Anak-Nya sendiri. Allah harus relakan Anak-Nya disembelih demi untuk mendapatkan kembali umat-Nya itu.

Tzitzit atau fringes/ tassel = pinggiran/ rumbai, dapat juga kita lihat di Perjanjian baru dalam Luk 8:44, disebut kraspedou = the fringe of a garment = pinggiran/rumbai baju
Mari kita bandingkan:
Luk 8:44 --> he slipped in from behind and touched the edge of Jesus' robe (kraspedou). At that very moment her hemorrhaging stopped. (The Message)
Bil 15:38 --> "Speak to the People of Israel. Tell them that from now on they are to make tassels (tzitzit) on the corners of their garments and to mark each corner tassel with a blue thread. (The Message)

Perempuan pendarahan yang menyentuh jumbai/ rumbai/ ujung jubah Yesus lalu menjadi sembuh


Ketika perempuan yang pendarahan itu menyentuh ujung jumbai (tzitzit/ kraspedou) jubah Yesus, seketika itu juga ia menjadi sembuh, dan Yesus merasakan seperti ada kuasa yang keluar dari diri-Nya, "Siapa yang menjamah Aku..... Ada seorang yang menjamah Aku, sebab aku merasa ada kuasa yang keluar dari diri-Ku". Ketika kita berani datang kepada Allah dan menyentuh-Nya dengan hormat (dengan iman), maka perhatian-Nya akan tertuju kepada kita. Apa yang kita minta segera mengalir untuk kita. Asalkan kita mau tunduk dan bernaung dalam hukum-Nya, maka berkat itu akan tercurah. Perintah-Nya itu bukanlah untuk menyulitkan kita tetapi justru memudahkan kita mendapatkan apa yang kita minta. Yesus berkata "mintalah maka kamu akan diberi", sederhana dan tidak terdengar religius. Sebenarnya murid2 meminta hal yang religius, berpola, dan sistematik "ajarkan kami berdoa seperti Yohanes mengajarkan murid-muridnya". Yesus tidak menolak untuk menjawab permintaan mereka, Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami, yang sampai saat ini masih diliturgikan di beberapa gereja, that's good, karena ini adalah ajaran Yesus sendiri. Namun kia dapat melihat di Luk 11, bahwa Yesus mengajarkan hal lain yang lebih simpel dan ga religius sama sekali, dan memberikan penekanan khusus, sampai memberikan ilustrasi supaya murid-murid mengerti, "mintalah maka akan diberi".

Beriman kepada Tuhan Yesus Kristus berarti, bersandar pada-Nya, bersedia hidup di bawah Firman yang Dia ucapkan. Jubah yang berbeda, yang ber-'tzitzit' itu membuat orang yang memakainya menjadi berbeda. Orang yang taat akan Firman terkadang (tapi ga selalu lohh) akan terlihat lebih aneh, nyentrik, berbeda, "gw beda", namun esensinya adalah ketaatan kita akan hal-hal yang terlihat sepele menentukan hal-hal besar yang akan diberikan-Nya sebagai tanggung jawab. Kekristenan akan menjadi lebih masuk akal ketika kita mau taat terhadap hal kecil (tidak menunggu hal besar dulu -- menghadapi hal yg terlihat mustahil baru kelimpungan cari Tuhan, makanya terlihat jadi lebih aneh dan freaky). Jika kita sudah terbiasa mentaati perintah Tuhan yang terlihat sepele/ kecil/ sederhana banget (melalui hati nurani -- oleh Roh Kudus), maka kita tidak perlu mengeluarkan usaha yang terlalu besar untuk menghadapi perkara yang terlihat lebih besar. Otot dan insting dan intuisi kita pastinya sudah lebih terlatih.

Ketaatan adalah kunci iman