Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Rabu, 22 Desember 2010

Makanan dan Pakaian

Keluarga petani harus bekerja untuk hidup. Orang laki2 bekerja di ladang atau di tempat pembuatan kerajinan tangan yang ada di desa itu. Orang perempuan dan anak-anak mengurus rumah-mereka mengambil air dari sumur desa dengan ember kulit kambing, pada pagi hari sebelum udara menjadi terlalu panas. Kemudian gandum serta biji-bijian disortir untukmenyingkirkan "rumput liar" yang beracun. Sebaian dari biji-bijian itu "dipanggang" di atas lempengan logam panas untuk dijadikan semacam berondong, sedangkan sebagian besar di giling dengan gilingan tangan, lalu dijadikan kue pipih yang kemudia dipanggang dalam tungku/ pembakaran. Bahan bakarnya rumput. Rotinya diberi pengembang dengan diberi "ragi", yaitu sedikit adonan dari sehari sebelumnya yang dibiarkan khamir.

Pakaian disesuaikan dengan iklim. Orang-orang menggunakan jubah panjang yang longgar melambai-lambai agar terasa sejuk. Tetapi bahan dan tekstur tenunannya ditentukan oleh kekayaan pemakainya. Petani mengenakan cawat dan/ atau tunik (baju panjang), dan jubah. Tunik kaum pria berwarna putih, panjangnya sebatas lutut. Bila ia bekerja atau berlari, tuniknya digulung atau diselipkan di balik ikat pinggangnya. Perbuatan ini disebut "mengikat pinggang", maksudnya untuk bersiap-siap. Tunik kaum wanita sama seperti tunik kaum pria, hanya mungkin lebih rumit dan berwarna-warni. Bila kedua lengan baju yang lebar itu diikat di kepala dan tuniknya digulung lewat leher, sehingga lenganya bebas, maka ia sudah siap untuk bekerja.

Pakaian luar, atau jubah adalah pakaian panjang dari wol dengan motif garis-garis warna coklat tua dan coklat muda berseling-seling. Pada bahunya ada celah untuk lengan. Karena sebagian besar alat tenun orang Yahudi hanya 3 kaki/ 90 cm lebarnya, maka dua helai kain dijahit menjadi satu pad salah satu sisinya untuk mendapat panjang pakaian yang diinginkan. Jubah Tuhan Yesus yang tidak berjahit merupakan perkecualian.

Orang-orang kaya dapat membeli kain berwarna cerah, dan mengenakan jaket pendek/ rompi di luar tuniknya. Seringkali pakaian menunjukkan profesi seseorang - misalnya pakaian khusus para imam, atau jubah para rabi yang pinggirannya berjumbai biru. Alas kaki orang miskin terbuat dari kulit sapi, diikatkan ke mata kaki dengan seutas tali kulit, yang dilewatkan antara ibu jari kaki dan jari kedua. Tetapi kawannya yang lebih kaya mungkin mengenakan sendal kulit. Karena kepala perlu dilindungi oleh sengat terik matahari, maka mereka memakai sorban, atau secarik kain bujur sangkar yang ditaruh di kepala dan diikat seutas tali seputar dahi. Bagi rakyat biasa tidak ada pakaian tidur karena itu suatu kemewahan. Kalau akan tidur ia hanya melonggarkan ikat pinggangnya, lalu menyelimuti diri dengan jubahnya.

dikutip dari terjemahan "The Lion Handbook to the Bible", thm 1973, Oxford England