Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Jumat, 21 Januari 2011

Identity, Please..!!

artikel ini adalah sambungan dari artikel sebelumnya “Bayar Harga” yang dapat dilihat pada http://motivationarea.blogspot.com/2011/01/bayar-harga.html
anyway.. ga terlalu nyambung :D but better read "Bayar Harga" then this. have fun.

-000-


”kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” Im 19:18; 19:34; Mat 19:19; 22:39; Mar 12;31; Luk 10:27; Rm 13:9; Gal 5:14; Ef 5:33; Yak 2:8

Sebagai orang kristen, kita sudah sering mendengar tentang kasih. Sayangnya semua hal yang kita dengar tentang kasih adalah selalu mengarah ke orang lain. Selalu mendahulukan orang lain daripada diri kita sendiri. Apakah karena kita hidup di kultur Indonesia, yang sejak kecil diajarkan pelajaran pendidikan moral. Di sekolah, pasti pertama kali yang diajarkan adalah bagaimana dapat bertoleransi kepada orang lain. Bagaimana kita hanya bersopan santun kepada orang lain dan agaknya menyingkirkan kepentingan kita sendiri, sehingga tidak ada waktu untuk diri kita. Bahasanya “mengutamakan orang lain di atas kepentingan kita sendiri”. Wow... ini benar.


Jika kita berani mengkritisi hidup kita berdasarkan FT, maka kita harus berani berkata bahwa diri kita ini juga perlu dikasihi. Kata “seperti” di sini berarti ada kondisi sebelum kita mengasihi orang lain, kita wajib mengasihi diri sendiri. Ada patern atau contoh. Mengasihi diri sendiri adalah patern dalam mengasihi orang lain. Di sini bukan bicara soal ‘pity’ atau mengasihani diri sendiri, atau dengan bahasa lain disebut ‘sayang diri’, “ah.. saya beginilah, tidak ada yang perduli... tapi puji Tuhan, Tuhan tidak memandang rupa, tidak pilih kasih, Dia mengasihi semua orang, Amin?”. Ya ... amin lah. Tuhan memang benar mengasihi semua orang, baik yang pity, rendah hati, sombong, di kota, di desa, anywhere and whoever. Seolah-olah bahasa ini sangat rendah hati, sayang sekali ini rendah diri. Jika memang Tuhan mengasihi tanpa memandang rupa, apa tidak lebih baik jika kita improve diri, dibandingkan dengan ‘begini-begini saja’? Sayang sekali tidak semua umat Tuhan dapat mengasihi diri sendiri.


Orang yang belum mengasihi diri sendiri, tidak dapat mengasihi orang lain

Sebelum kita mengasihi orang lain, kita harus mengasihi diri kita sendiri. Sebelum kita mengasihi diri kita, kita harus mengenal diri kita yang kita kasihi ini. Kita harus tau siapa kita, identitas kita. Sering kali kita mendengar kata ‘mengenal identitas’ hanya untuk kaum abg (anak baru gede) alias remaja, usia 12 sd 21 tahun saja. Tetapi perlu kita sadari setiap kali kita merasa putus asa (dalam waktu lama), kita kehilangan identitas kita, hanya karena kita tidak mengenal diri kita lagi. Kita yang sudah ditebus dengan darah Kristus, kita yang dipandang begitu berharga di mata-Nya.


Ada acara TV swasta yang bertajuk “Extreme Dream”, tentang tantangan fisik, mental dan emosi untuk menyusuri hutan lebat di tempat tertentu bagian bumi. Peserta tidak dibatasi umur. Dan hampir semua pesertanya adalah orang-orang yang ingin membangkitkan semangatnya lagi, memperbaharui jati dirinya, memvalidasi ulang hidupnya, mengembalikan harga dirinya, Semua peserta melakukan tantangan ini demi dirinya sendiri. Ada yang sudah 2 tahun divonis kanker. Ada yang ingin mengalahkan ketakutannya, dsb.


Artikel ini akan membahas 2 tokoh alkitab yang harus mempertanggung jawabkan identitas dirinya sendiri. Setiap orang diberi identitas tertentu oleh Tuhan. Itulah yang menjadi ciri khas dia untuk menjalani hidup dan terlebih lagi untuk melayani Tuhan. Dan identitas ini harus dipertanggung jawabkan untuk meyakinkan dirinya bahwa ia mampu mengerjakan tugas yang akan diberikan padanya, baik di dalam pelayanan, pekerjaan, bisnis atau apapun.


Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" Kej 3:9

Apakah Tuhan tidak tau dimana Adam berada ketika Ia menanyakan “Dimanakah engkau?”, bukankah Tuhan Maha Tahu? Adakah Tuhan kurang pengetahuan tentang keberadaan kita?
Tuhan tidak sedang bertanya tentang lokasi geografis dimana Adam berada. Ini juga bukanlah pertanyaan retoris yang tidak membutuhkan jawaban. Pada kenyataannya pertanyaan ini membutuhkan jawaban dari orang yang diberi pertanyaan. Pertanyaan ini diajukan kepada Adam, setelah Adam jatuh ke dalam dosa. Tuhan sedang bertanya “apakah kau puas dengan apa yang kau lakukan? Bagaimana perasaanmu setelah engkau memakan buah yang tidak seharusnya engkau makan?”. Tuhan sedang memastikan keberadaan Adam, pertanggung jawaban terhadap identitas pribadinya, apakah Adam masih bisa melanjutkan hidup, setelah ia melakukan apa yang tidak seharusnya ia lakukan. Tuhan ingin Adam merestart identitasnya lagi. Tuhan ingin memvalidasi ulang hidup Adam. Walaupun Adam telah jatuh, Tuhan lah yang pertama berinisiatif untuk menemukan kembali, sehingga ada darah yang harus tertumpah, demi Adam, untuk membuat pakaian bagi Adam dan Hawa. Darah tertumpah, tanah pun terkutuk. Bukan Adam dan Hawa yang kena kutuk, tetapi tanah. Bukankah Tuhan begitu mengasihi manusia, Amin?


Seringkali kita juga merasa jetleg sehingga kita tidak mampu menjawab pertanyaan krusial yang seharusnya kita tau pasti tentang hidup kita, siapa kita, apa yang kita lakukan, apakah kita berada pada saat dan tempat yang tepat. Apakah seharusnya saya di sini, atau bagaimana jika saya berada di sana. Kita kehilangan identitas diri. Kita terhilang sejenak. Dan kondisi ini bisa lebih parah jika kita tidak berbuat apa-apa untuk mengatasinya. Adakah Tuhan sedang bertanya padamu, “Where are you?”. Apakah engkau sedang melakukan pekerjaan yang seharusnya? Bagaimana perasaanmu ketika melakukannya?


Seungguhnya Tuhan baik, Ia mendidik kita, mengajar kita bagaimana seharusnya kita berpikir. Pikiran kita akan menentukan langkah yang seharusnya kita ambil. Nasehat Firman Tuhan bagi kita agar kita melakukan hal-hal yang baik dan mulia. Pikiran kita menentukan bagaimana kita menjalani kehidupan. Pendeskripsian tentang diri kita membuat kita semakin mengenal diri kita. Gambar diri dan harga diri adalah hal yang pertama Tuhan berikan kepada kita.


Pengidentifikasian diri dapat dilakukan dengan merefleksikan gambar diri kita kepada gambar diri Tuhan

Yoh 1:1 berkata “pada mulanya adalah Firman..” atau Kej 1:1 “Pada mulanya Allah...”. Yohanes langsung mengidentifikasi bahwa Firman itu adalah Allah sendiri. Jika pada mulanya adalah Allah sendiri, maka Allah lah yang mengetahui validasi awal hidup kita itu. Dialah yang mengetahui seluruh hidup kita. Jika kita diciptakan sesuai dengan gambaran Allah maka pengidentifikasian itu harus menjadi gambar Allah itu. Celakanya banyak orang yang mau menjadi Allah, bukan menjadi gambar Allah.


Dr. J. Verkuyl (Verkuyl, “Etika Kristen”, hal 77), berkata “Ketika manusia hanya mau menjadi gambar Allah saja dan tidak mau menjadi sama seperti Allah, maka terdapatlah di antara Tuhan dan manusia suatu persekutuan yang tidak terganggu, yakni perjanjian yang erat, suatu hubungan kasih, berkasih-kasihan.”


Ketika kita berpisah dengan Tuhan, maka kita berpisah dengan gambardan harga diri kita sendiri, akibatnya kita mencari-cari gambar diri kita. Oleh sebab itu siapa yang ada dalam Kristusadalah ciptaan baru. Identitas inilah yang harus kita pertahankan dan kita dapat berkata dengan yakin.


Untuk apakah Pengidentifikasian Diri itu?

Sebelum kita bertemu dengan orang lain, kita harus tau bagaimana kita akan mengenalkan diri kita kepada orang lain. Bagaimana kita dapat mengenalkan diri jika kita tidak mengenal diri sendiri? Diri kita harus bebas untuk menyatakan siapa diri kita. Kita harus tau atribut kita dan fungsi kita.


Hanya orang bebas yang mampu mengidentifikasikan diri

Tuhan Yesus sebelum melayani, sebelum bertemu dengan calon murid-murid-Nya, sebelum melakukan misi Bapa-nya, Tuhan Yesus diuji identitas diri-Nya. Bujukan iblis dimulai dengan pernyataan yang benar, “... Engkau Anak Allah”. Tetapi iblis juga mencoba merancukan pertanyaannya menjadi “jika Engkau Anak Allah...”. Untuk menjawab pertanyaan ini, agaknya mempertaruhkan harga diri si penjawab. Untuk pertanyaan ini butuh sikap tegas dan pengetahuan yang benar tentang diri sendiri. Tuhan Yesus sangat tahu siapa diri-Nya, apa tugas-Nya atau misi-Nya di bumi, bagaimana kekuatan-Nya, siapa yang mengutus-Nya, dimana posisi-Nya, gambar dan harga diri-Nya. Dengan identitas-Nya Yesus mengusir iblis, "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!". Dan kemudian malaikat-malaikat datang melayani Dia.


Malaikat-malaikat tidak segera datang ketika Yesus dicobai, karena Yesus tidak memanggil mereka. Yesus tahu posisi-Nya di bumi adalah sebagai anak manusia. Dan malaikat-malaikat meghormati batas-batas kekuasaan. (Tentang para malaikat dapat dilihat artikel di blog www.motivationarea.blogspot.com , “Tentang Malaikat” di Menu “activity”). Yesus juga mengambil sikap independent, bukan berarti dia tidak mau menghormati Bapa-Nya, tetapi megajarkan suatu sikap dewasa yang bertanggung jawab terhadap identitas pribadi-Nya.


Bagaimana kita dapat Mengasihi Diri Sendiri

Setelah kita mampu mengidentifikasikan diri kita, maka kita mampu juga untuk mengasihi diri kita sendiri. Dalam mengasihi diri sendiri, bukan berarti kita bersikap egois dan tidak perduli orang lain, tetapi menyediakan waktu untuk diri sendiri. Kita mengasihi diri kita yang terlalu berharga, karena Tuhan sendiri memberi nilai yang tinggi kepada kita. Seharusnya kita mampu berkata dengan tegas tentang siapakah diri kita dengan segala kekuatan yang Tuhan titipkan kepada kita. Bukan berarti mengumbar kesombongan. Dalam mengidentifikasikan diri tetap diperlukan sikap rendah hati takut akan Tuhan.


Sebagai orang yang independent kita dapat menyatakan menyatakan identitas kita dan mempertanggungjawabkannya, kita tau apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan kita, sehingga kita bisa improve kelebihan kita dan tidak fokus pada kelemahan kita. Mengasihi diri, tentunya kita tidak memasukkan kepada diri kita hal yang merusak diri kita, seperti percabulan (1Kor 6:15-18), kekejaman (Amsal 11:17), kuatir (Luk 10:38) dan cinta uang (1Tim 6:9) . Tentunya kita dapat sadar menjaga kesehatan kita, mengarahkan masa depan kita untuk menjadikan diri kita terbaik bagi kita sendiri. Jika kita sudah tau apa yang terbaik bagi diri kita, maka kita dapat melakukan hal yang baik kepada orang lain, partner kita, teman kerja, rekan bisnis kita, teman pelayanan kita.


Jika kita sadar akan identitas kita, bahwa kita adalah gambar Allah, kita dapat menguatkan diri kita kembali kembali kepada-Nya. Ada saat-saat sulit di dalam hidup kita yang membuat kita menjadi lemah, cepat datang kepada-Nya, Ia akan memperbaiki kerusakan-kerusakan kita. Bukankah segala ketidaktahuan kita dapat menjadi alasan kita sering-sering untuk datang kepada-Nya? Datang lah pada-Nya, sebelum engkau menanyakan pertanyaan-pertanyaan sulit dalam hidupmu, Ia sudah menunggu dengan segenggam jawaban. Bahkan sebelum kita sadar bahwa kita jatuh, Ia sudah mencari kita, “Where are you?”


Dear Friends, Tuhan sedang mencari kita. Setiap kali kita lupa kalau kita sedang berjalan bersama-Nya, Ia berusaha mencari perhatian kita. Berikanlah respon kepada-Nya, Ia sedang mengalihkan perhatianmu kepada-Nya. Tuhan tidak mau kita berlama-lama hilang identitas. Tuhan mengasihi kita. (segera hubungi kantor polisi terdekat... lohh... itu klo ktp :D )


Carilah Tuhan sebelum kita dicari-cari oleh-Nya, karena kita tidak tahu kapan lagi ada kesempatan kedua bagi kita.

1 komentar:

  1. Shalom bapak, ibu dan saudara/i yang dikasihi oleh Tuhan. Apakah ada diantara bapak, ibu maupun saudara/i yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael dan V'ahavta? Kalimat pernyataan keesaan YHWH ( Adonai/ Hashem ) dan perintah untuk mengasihiNya yang dapat kita temukan dalam Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 6 yang juga pernah dikutip oleh Yeshua/ ישוע/ Yesus di dalam Injil khususnya dalam Markus 12 : 29 - 31, sementara perintah untuk mengasihi sesama manusia dapat kita temukan dalam Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18. Mari kita pelajari cara membacanya satu-persatu seperti yang akan dijabarkan di bawah ini :

    Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 - 6, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃. וְאָ֣הַבְתָּ֔ אֵ֖ת יְהֹוָ֣ה אֱלֹהֶ֑יךָ בְּכׇל־לְבָבְךָ֥ וּבְכׇל־נַפְשְׁךָ֖ וּבְכׇל־מְאֹדֶֽךָ׃. "

    Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " Shema Yisrael! YHWH [ Adonai ] Eloheinu, YHWH [ Adonai ] ekhad. V'ahavta e YHWH [ Adonai ] Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol me'odekha

    Imamat/ ויקרא/ Vayikra 19 : 18, " וְאָֽהַבְתָּ֥ לְרֵעֲךָ֖ כָּמ֑וֹךָ. "

    Cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku, " V'ahavta l'reakha kamokha "

    Untuk artinya dapat dilihat pada Alkitab LAI.

    Terkadang pula ada sisipan kalimat Barukh seperti ini setelah diucapkannya Shema

    " . בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד. "
    ( Barukh Shem kevod malkuto, le'olam va'ed, artinya Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya )

    Semoga bermanfaat.
    🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️❤️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🦁🦅🐂🐏🐑🐎🦌🐪🕊️🐍₪🇮🇱

    BalasHapus