Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Rabu, 28 Mei 2014

Kehendak Bebas - Free Will

Apa yang akan saya tuliskan di sini tidak bersifat absolut. Saya masih belajar, dan tentu saja saya masih muda, pikiran ini liar dan tidak bisa mempercayai sesuatu tanpa tanda-tanda logis. Dalam hal logis juga masih mempertimbangkan beberapa hal.

Saya belajar dari segala sesuatu yang saya baca, saya lakukan, orang lain lakukan, peristiwa-peristiwa di sekitar saya, peristiwa terhadap orang lain. Saya belajar juga dari para pembicara baik preacher ataupun pembicara motivasi, dari perilaku, diskusi dengan teman-teman dan bagaimana sikap orang menanggapi segala sesuatu. Saya memang bukan pembelajar yang cepat. Mungkin saya harus mengamati sesuatu bertahun-tahun. Namun dalam waktu-waktu itu tidak akan saya biarkan berlalu begitu saja tanpa menghasilkan pernyataan-pernyataan terhadap apa yang saya amati itu.

Ketika saya belum mencapai usia 20 tahun saya sering terlibat perdebatan doktrin, yang sebenarnya adalah sia-sia dan memalukan. Namun bagi saya, sekalipun terhadap teman baik, kita harus punya sikap terhadap pemikiran yang kita punyai masing-masing. Kita berteman bukan karena pemikiran kita sama, tetapi karena kita manusia yang saling membutuhkan. Begitu juga dengan saya dan pasangan hidup saya. Tidaklah harus setiap hari kita bertegang pikiran, karena setiap manusia begitu unik cara berpikirnya. Kadang kala statement awal kita berbeda tetapi kesimpulannya bisa sama. Makanya jangan sering menyerang orang yang berbeda, karena di endingnya belum tentu maksud kita berbeda. Hal yang paling penting adalah bagaimana kita dapat menyampaikan pendapat kita itu dan bersabar terhadap pendapat orang lain. Selama masih ada langit yang kita junjung dan bumi yang kita injak, kita dapat berkomentar apa saja, asalkan tidak agresif. Segala sesuatu yang tidak sama tidak dapat diperdebatkan.

Begitu juga dengan suatu topik di dunia gereja dan teologi yang ga asing lagi di telinga kita, yaitu tentang "kehendak bebas" vs "predestinasi". Atau di dunia sekuler dikenal sebagai "kehendak bebas" vs "determinasi". Topik mengenai "kehendak bebas" ini memang sangat jelimet dan butuh kesabaran. Coba aja kita googling dan berpikir secara netral tanpa memperdulikan diri kita sendiri ada di paham teologia mana. Kita akan menemukan pendapat akhir yang hampir sama, padahal di awal ada yang menyatakan "saya tidak percaya dengan free will, karena Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu", atau pihak yang lain berkata "free will itu ada, karena kita bukan robot". Di satu sisi ada yang bilang "saya tidak percaya dengan free will" --> berarti dia predestinasi, dalam bahasannya mereka membahas free will, dan mengatakan bahwa dengan free will manusia tidak bebas secara mutlak, walaupun ada free will bukan berarti manusia dapat melakukan apa yang dikehendakinya (mis manusia ingin terbang tapi kan ga bisa), walaupun ada free will manusia tidak dapat memilih karena segala sesuatu sudah ditentukan Allah. Semua yang manusia lakukan karena ketetepan Allah melalui keputusannya sendiri (mis klo ditodong, ia harus memilih mau kasih duitnya untuk tetap hidup atau ia mati). Pendapat yang lain berkata "Allah tidak memaksa/ memprogram manusia untuk percaya kepadanya. Dia juga tidak mengatur seseorangpun untuk menolak Allah. Iman/ kepercayaan manusia kepada-Nya sama sekali tidak dipaksakan oleh Allah. Maka, iniah kehendak bebas itu".

Di sini walaupun berbeda ada persamaannya, walaupun dalam bahasa yang berbeda, pada kenyataannya manusia bisa memilih dan membuat keputusannya sendiri. Dan kedua kubu di sini menggunakan kata "robot" dan "memprogram, which is itu merujuk kepada robot juga. Masalahnya adalah istilah "robot" pada saat kedua statement ini dilontarkan berbeda dengan istilah "robot" kita tau sekarang. Untuk mengenal kata "robot" kita harus bersentuhan dengan dunia teknologi informasi. Dulu, perintah kepada robot hanya bisa klo "ya" dan "tidak", atau secara nyata kita lihat pada mobil remote control anak-anak, yang bisa disetir ke kiri atau ke kanan, maju atau mundur. Kenyataannya sekarang di antara "kiri dan kanan" atau "manju dan mundur" banyak sekali opsi yang dapat ditambahkan atau diprogram. Dulu pemrograman sangat sederhana sekali, zaman sekarang lebih kompleks dari itu, dan masing-masing pemrogram harus kreatif sehingga dapat menghasilkan program yang kreatif. Hal nyatanya dapat kita lihat pada film Robocop. walaupun hanya film tetapi hayalan si pembuat film sedang bergerak ke dunia nyata. Bahwa manusia akan mampu membuat robot yang punya kehendak, yang diatur oleh penciptanya. Ada ntah berapa triliun logika yang dapat dihasilkan robot tersebut dengan memasukkan sistem persamaan yang dapat mengatur misalnya seribu input. Sistem persamaan matematika itulah yang menentukan seberapa jauh output robot dapat dihasilkan.

Saya begitu merasa stupid ketika dalam suatu diskusi saat saya melontarkan suatu pernyataan "Saat manusia belum jatuh dalam dosa, free will belum ada", tetapi secara jujur saya menyatakan saya tidak dapat menjawab dan menjelaskan "free will" itu. Karena semua makhluk gerejawi zaman sekarang hanya mikir yang namanya "free will ada karena kita bukan robot". Berarti walaupun di tangan mereka tergolek teknologi masa kini, tetapi pikiran mereka masih program yang hanya bisa menampilkan huruf demi huruf dengan bahasa program segambreng.

Saya mengingat waktu dulu mengerjakan tugas akhir, dengan sok saya menggunakan mikrokontroler, sepertinya canggih namun saat digunakan, baru bisa menampilkan satu huruf saja, rasanya bangga. Untuk menampilkan satu huruf di layar monitor, lumayan panjang bahasa program yang harus dituliskan. Itupun, zaman itu adalah IC yang terbaik untuk dapat membuat tulisan berjalan di layar. Saya juga mengingat waktu pertama kali masuk lab, untuk belajar menggunakan IC yang dapat menyalakan dan mematikan 1 lampu led saja rasanya dah bangga. Namun itulah cara berpikir kita tentang robot, masih ke "kiri kanan", "hidup mati", "atas bawah".

Saat diskusi berlangsung alot, dan saat saya terdiam dan tidak dapat menjawab, ada seorang teman yang menjawab, dan jawabannya sangat bagus sekali, "seperti halnya robocop, saat dia melakukan apa yang ia tidak tau sebenarnya itu hanyalah ilusi".

Diskusi kami ini dimulai dari Eden ada dimana? dibumi atau tidak. Kemudian berlanjut dengan mengapa ada pohon pengetahuan yang baik dan jahat dan juga pohon kehidupan, sementara Tuhan tau kalau manusia jatuh dalam dosa. Umumnya orang akan menjawab "Tuhan mau test Adam apakah Adam menuruti perintahNya atau tidak. Iman harus ada test", ataupun ada yang menjawab "kasih jika tidak dibuktikan, itu bukan kasih". Whatsoever. Tapi, sesuai dengan nama tengah saya "unik" atau "aneh", saya tidak begitu saja ikut arus, saya punya jawaban sendiri. Sesuai dengan Why 2:7, bahwa pohon kehidupan akan diberikan kepada siapa yang menang. Sejak peristiwa Adam dan Hawa makan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat itu, tidak ada lagi riwayat tentang pohon pengetahuan yang baik dan jahat itu di Alkitab. Tapi, riwayat temennya ada, yaitu riwayat tentang pohon kehidupan. Which is I think ya kurang lebih sama lah, daripada jawaban ngarang, lebih baik jawaban sesuai bible toh. Alkitab juga menjelaskan bahwa Tuhan tidak adakan mencobai manusia, tapi ada tertulis Tuhan menguji, dan mengijinkan "pencobaan" --> dengan berat hati. So... ntah karena ini faktor bahasa Indonesia aja, kata "mencobai" lebih ke arah negatif dan kata "menguji" lebih ke positif. Walaupun tertulis juga tentang iblis yang mau mencobai Ayub, asumsi dan intepretasi orang mengatakan bahwa Tuhan mencobai manusia, padahal di sini Tuhan sebenarnya sangat melindungi Ayub sehingga iblis harus kulon nuwon ke Tuhan karena tidak bisa menembus benteng perlindungan dari Tuhan itu. Jadi gw sebenarnya tidak mau terlibat dalam intepretasi lebih jauh jika masih ada ayat lain yang dapat menerangkan alasan yang lebih kuat.

Dari diskusi alot nan panjang itu, gw punya usulan klo "sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, belum ada yang namanya free will". Gw ga asal nyablak. Ini berdasarkan study dari Surat Paulus ke Roma dan Efesus. Banyak sekali kata-kata predestinasi di sana. Dan kita harus menggali dengan hati-hati segala "rahasia" yang sejak dahulu kala itu. Bagaimana caranya? Kita harus liat bagaimana awalnya Tuhan membuat suatu rencana. Rencana Tuhan atas bumi dan manusia itu sudah ada sebelum Lucifer jatuh ke dalam dosa. Tuhan Maha Tau. Sejak itu pun Tuhan sudah menyusun segala rencana. Ia tau kalau Lucifer alias iblis akan mengobrak-abrik apa yang sudah direncanakan itu. Kitab Yehezkiel mengatakan bahwa Lucifer itu putera fajar, sempurna. Predikat itu hanya dimiliki Yesus. So... ada satu waktu predikat kesempurnaan itu melekat di diri Sang Putera, yaitu Yesus, dan juga Lucifer. Mereka seperti bersaudara. Tetapi tentunya Bapa tau ketika Lucifer dipuji karena keagungan dan keberhasilannya, ia ingin lebih tinggi dari Bapa. Sejak saat itu juga atributnya dicopot dan dilemparkan dan diusir keluar dari sorga. (Menurut Pawson,) Yesus, Sang Putera Tunggal Bapa, ingin mempunyai saudara yang banyak di sorga. Bapa kemudian membuat suatu perencanaan, memilih Israel sebagai modelnya. Pastinya di sini tidak ada free will, karena kedaulatan Allah yang berlaku sepenuhnya. Dan Israel sama sekali tidak tau mau memilih hal yang lain di luar kedaulatan Allah.

Ketika Adam dan Hawa ada di taman Eden, mereka sebenarnya tidak punya pilihan lain, karena memang mereka tidak tau. Kehendak yang mereka punyai begitu murni hanya untuk Allah Bapa. Sampai ketika iblis menawarkan suatu "kehendak", yang dapat dipilih. Awal mula manusia mempunyai kehendak bebas adalah ketika manusia sudah jatuh dalam dosa. Awalnya ketika diciptakan mereka sama sekali tidak tau mengapa mereka telanjang, karena tidak ada pembandingnya. Dan sebenarnya mereka tidak telanjang, karena mereka ditutupi oleh kemuliaan Tuhan, saat kemuliaan Tuhan itu diambil atau terlepas dari mereka, mereka mulai dapat membedakan dua keadaan itu, sehingga mereka tau kalau mereka telanjang.

Dalam diskusi kami, Josh sangat membantu saya mengutarakan hal ini, sulit sekali saat itu untuk menjelaskan free will. Ntah karena otakku lagi eror. actually saya ga selalu pintar, saya butuh orang lain untuk membuat saya lebih pintar. Josh bilang gini "iblis berhasil memasukkan sebuah keinginan dalam diri manusia, instead kebutuhan. Seperti halnya manusia di zaman modern sekarang, orang membeli yang mereka inginkan dibandingkan yang mereka butuhkan. Tidak ada keinginan manusia sebelumnya untuk menjadi seperti Allah, tetapi hal tersebut berhasil disusupkan dalam hati Hawa. Dan itulah yang membuat dia memetik dan memakannya". Sebelumnya Josh menjelaskan tentang proses Robocop "Saat visor/ penutup kepada Robocop terbuka, ia sepenuhnya mengendalikan tubuh mesinnya, setelah visornya turun, seluruh kemanusiaannya  ditidurkan. Manusia merasa ia mengendalikan tubuh robotnya, padahal komputer atau mesin meninabobokkan kesadaran manusia. Manusia dibuat seolah-olah mengendalikan mesin (menembak lebih tepat, lebih akurat, membuat keputusan yang lebih cepat, dll). Ini hanyalah ilusi kehendak bebas. Robocop ,erasa ia mengendalikan mesin padahal sebenarnya dialah yang disetir".

Berdasarkan pendapat Josh, sebenarnya dengan konstrusi kepala kita yang di dalamnya ada otak dan neuron-neuron yang terbatas, kita sudah bisa tau bahwa walaupun kita diberikan kehendak bebas namun kita terbatas. Kita terbatas ruang dan waktu. Buktinya nanti ketika mengenakan tubuh kemuliaan, ketika Yesus datang, maka tubuh kita berubah menjadi tubuh kemuliaan yang tidak terbatas ruang (1Tes 4:13-17; 1Kor 15:40-46), seperti ketika Yesus yang baru bangkit, Ia dapat menembus tembok (Yoh 20:19).

Di atas kita telah bahas tentang dua kubu yang percaya free will (alias berpaham predestinasi) dan juga yang tidak percaya free will. Which is keduanya benar, namun pertanyaannya "kapan?"

Saya hanya berpendapat bahwa "ketika manusia belum jatuh ke dalam dosa, free will belum ada, semuanya masih dalam kedaulatan Tuhan. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, free will itu diberikan kepada manusia, dan manusia harus bertanggung jawab penuh". Pertanyaan yang timbul adalah "apakah Adam tidak perlu bertanggung jawab terhadap Firman Tuhan?" Tentu saja harus bertanggung jawab, hanya saja, Adam tidak tau bagaimana caranya untuk tidak bertanggung jawab sampai ia jatuh ke dalam dosa.

Jadi kesimpulannya sampai saat ini, (apakah ini akan menjadi hipotesa atau akan terus menjadi kesimpulan), bahwa kehendak bebas yang kita punya adalah hasil olahan dari input yang kita terima di dalam hidup kita. Begitu juga halnya yang terjadi akibat "kecanduan". Kecanduan karena manusia memasukkan input hal-hal yang membuat nyandu. Bagaimana manusia bisa kecanduan obat terlarang? Bagaimana orang bisa kecanduan pornografi, jika ia tidak tau apa itu obat terlarang, apa itu pornografi. Apa yang sifatnya psikologis akan terus tercatat dalam pikiran dan tidak bisa menghilangkannya. Bagaimana cara memutuskan hubungan atau berhenti dari kecanduan obat terlarang, pornografi, sex bebas, klepto, merokok, gila shopping atau apapun yang menggerus hati nurani kita? Seperti halnya orang yang sakit jiwa tidak dapat disembuhkan, namun bisa dikontrol, sehingga ia dapat hidup normal. Demikian juga hal-hal tersebut di atas memang tidak dapat dihilangkan namun dapat dikontrol agar manusia itu dapat hidup normal. Caranya adalah ganti kebiasaannya, sehingga hal-hal negatif itu tidak perlu dikeluarkan lagi. Cari alasan yang lebih kuat kenapa kebiasaan positif lebih dipertahankan daripada yang negatif.