Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Senin, 14 Januari 2013

Iman dan Pengharapan (cerita pribadi)

cerita pribadi ajah...

Hari minggu, 1 minggu lalu kami ke gereja dan mendengar kotbah. Pesan kotbah yang dibawa pulang adalah tentang iman dan pengharapan. Ya memang judulnya bukan tentang iman dan pengharapan, tetapi ada bagian kotbah yang menjelaskan tentang iman dan pengharapan. Sayang sekali catatan kotbah belum sempat di-save, bb sudah mati. Seperti biasa mencatat kotbah paling praktis adalah di bb. Klo nulis di buku biasanya ga tau akan berakhir dimana tuh buku. Well... memang lebih portable nulis soft, tapi ya resikonya bisa hilang sebelum disave. Bayangkan saja tulisan-tulisanku yang ditulis secara soft aja bisa ga terkumpul, apalagi nulis di atas kertas. Blog ada beberapa, file-file juga ntah ada di kompi mana aja. hihi.. jadi curhat.

Senang rasanya jika mendengar kotbah yang pernah aku pelajari sebelumnya. Jadi kan bisa cek ricek apa yang aku pelajari bener atau ga. Dan hal paling penting adalah bisa belajar lagi, membuat lebih tajam lagi dan pastinya dapat insight baru lagi. Pokoknya.. apapun yang kita pelajari dari FT harus dapat dipraktekkan. Ini dia ceritanya....


Hari minggu seminggu yang lalu aku sedang mendoakan sesuatu selama seminggu. Ga capek? Ya gitulah... tapi klo tujuanku belum tercapai biasanya aku ga berhenti. Berdoa selama seminggu adalah periode yang ga lama klo kita punya tujuan. Minggu itu kami datang ibadah pertama jam 7.30. Sejak sebelum natal my spouse, Pe**** sakit kepala terus. Duh bikin kuatir. Awalnya memang karena flu, tapi flu nya sembuh koq sakit kepalanya ga sembuh-sembuh ya. Lumayan kan 3 minggu sakit kepala terus pasti mengganggu. Minggu ke-3 hmmm kuatir juga, takut ada apa-apa. Tetapi dalam pikiranku tercuplik satu jawaban, "ah pasti karena kacamata". Seperti dulu bokap menjawab klo aku mengeluh sakit, beliau pasti menjawab "ah... itu ga apa-apa". Jawaban itu sangat melegakan, dan kelegaan itu menghilangkan setengah dari sakit. Gw lakukan hal yang sama, dengan yakin berkata "ah.. itu ga apa-apa, itu karena kacamata harus ganti".

Pelajaran pertama adalah "Walau kamu kuatir, jangan tunjukin. Cool ajah... tetep perkatakan kata-kata iman, kata-kata positif, pikirin hal positif, hal yang baik-baik aja". Gw kuatir, tapi gw ga menularkan kekuatiran itu. Dan gw berdoa tentunya.

Minggu itu kami ibadah pertama, tetapi karena sudah janjian sama teman akan datang ibadah ke-4 dan 5 untuk melayani, kami datang lagi, dengan sakit kepala yang masih ada. Sepanjang kebaktian, gw berdoa untuk kesembuhan Pe. Ga lupa selalu checking. Haha... that's my strength "checking". Kadang-kadang sampe jadi konflik... Aniway, aku juga berdoa buat orang lain, yang kebetulan dia duduk di sebelah adek gw. Gw tau dia sedang dalam proses kesembuhan. Btw, waktu lalu aku pernah berdoa buat orang itu di komsel, karena orang itu sakit parah gitu. pas gw doain, seperti ada yang berkata di hati gw "klo dia punya keinginan untuk hidup maka ia akan sembuh". Hmm.. aku harus mengasah pengenalanku akan Tuhan lagi, supaya aku bisa kenali apakah itu suara hati atau suara Tuhan.

Sampai ibadah ke-4, aku masih berdoa dengan topik yang sama. Dan aku meminta Tuhan berbicara sesuatu, what should I do? I did't have any idea. Sampe aku berpikir untuk berpuasa besoknya untuk ingin tau apa yang sedang terjadi. I didn't know... God so good, He answered me. Dengan jawaban sederhana "iya dia akan sembuh". Wow... senangnya... aku percaya dan tersenyum, "yess". Aku ga nanya-nanya lagi. tentu saja aku nanya ke Pe, "dah sembuh?". Belum sembuh sih, but hehe... I knew Tuhan pasti sembuhkan. Di ibadah ke-5, Pe sudah sembuh. Hmmm... senangnya. Besoknya dia memang harus mengganti kacamatanya.

Ini dia Iman dan Pengharapan. Seringkali isunya bukan soal iman. Iman kita tidak hilang tetapi pengharapan itu sering pergi ntah kemana. Seperti orang lumpuh di Yoh 5, dia ada di pinggir kolam itu menandakan bahwa dia punya iman, tetapi pengharapannya baru tumbuh lagi ketika Yesus berkata kepadanya "bangun, angkatlah tilammu".  Pengharapan kita sering hilang karena keadaan. Iman adalah dasar untuk meletakkan pengharapan. Ketika gw meminta kesembuhan tentu saja karena gw beriman kepada Tuhan Yesus, tetapi ketika Tuhan berkata "iya dia akan sembuh", pengharapanku muncul lagi dan ga pusing lagi. Aku berhenti meminta, dan menggantinya dengan ucapan syukur. Pengharapan membuat kita bersyukur dan ga kuatir.

Minggu kemaren kotbahnya seperti kotbah bersambung walaupun pastornya beda. Kotbah minggu kemaren adalah tentang respon. Bagaimana respon kita terhadap FT? Ketika Tuhan berkata "iya dia akan sembuh", respon gw adalah percaya. Respon kita menentukan akan bagaimana masa depan kita. Ngebayang jika gw ga percaya, gw pasti menghabiskan 3 jam ke depan dengan kuatir. Kuatir bisa mematikan sel-sel kita, katanya (karena gw blm bisa membuktikannya).

Well.... bahasan ini sangat sederhana, tetapi iman dan pengharapan adalah dasar kekristenan yang kudu ada. Thanks buat pastor yang sudah mengkotbahkan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar