Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Kamis, 29 Desember 2011

More Than Just Life (part2)

ditulis 27 nov 2011

Pernahkah kita merasa tidak nyaman karena ketidak adilan? Atau merasa tidak nyaman karena kita sadar bahwa kita belum melakukan sesuatu yang maximal dari benih baik yang kita punyai?

Pada kenyataannya saat kita merasa tidak nyaman atau merasa resah karena belum melakukan sesuatu atau ingin melakukan hal yang lebih maksimal, apakah dalam hal kita mengasihi, mencintai pasangan hidup, anak, orang tua ataupun merasa resah ingin melakukan sesuatu untuk tetangga kita yang berkekurangan, saat itulah kita siap untuk melangkah ke level berikutnya.
 
Ada satu hal yang penting dari hal “zona nyaman” dan "zona tidak nyaman", yaitu melangkah kepada kedewasaan. Menjadi dewasa adalah hal alamiah, hanya jika kita bertumbuh dengan baik. Syarat utamanya adalah mendapat asupan makanan yang bergizi, udara dan tempat untuk berisitirahat. Kita tidak bisa memaksa seorang anak untuk cepat dewasa. Waktulah yang menentukannya. Tidak ada orang tua manapun juga yang menarik-narik tubuh anaknya utk segera menjadi tumbuh besar dan dikatakan dewasa.

Bicara soal “zona nyaman” dan “zona tidak nyaman”, saya teringat kepada pelajaran manajemen tentang inovasi. Bicara soal manajemen, lebih mudah jika kita langsung melihat pada penerapan manajemen itu, yaitu perusahaan atau katakana saja sebuah lembaga organisasi. Pada umumnya, di awal suatu organisasi perusahaan itu butuh inisiasi, yaitu menentukan pemilihan jenis usaha, kemudian menentukan tujuannya, bagaimana proses produksinya, dll. Pada suatu periode hal yang diharapkan perusaahaan adalah suatu kestabilan. Supplay barang yang stabil, proses yang stabil dan penjualan yang stabil juga. Dengan demikian keuangan juga stabil, karyawan dapat dibayar, proses produksi dapat dibayar dan keuntungan juga pasti di dapat. Saat di “zona nyaman” itu perusahaan di sebut dewasa. Tetapi biasanya saat perusahaan menjadi dewasa, perusahaan mulai dapat membaca peluang-peluang untuk memperbesar usahanya. Perusahaan mulai memikirkan peluang mana yang akan diambil. Saat seperti itu mulai masuk ke “zona tidak nyaman”. Saat-saat memikirkan strategi baru, bak perusahaan sedang mengandung dan menunggu waktu untuk melahirkan. Saat waktunya tiba bagi perusahaan melahirkan, itulah saat inovasi, bisa dalam kondisi produk baru atau produk lama yang diperbaharui. Contohnya seperti blackberry yang baru saja mengeluarkan onyx 3.

Demikian juga dalam hidup kita. Saat kita mencapai suatu titik jenuh (mentok di suatu level hidup), kita perlu berinovasi. Tetapi bukan berarti kita harus selalu menghindar “zona nyaman”. Tidak mungkin kita dapat hidup di “zona tak nyaman” terus-menerus. Yak 1:8 berkata “Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya”. Inilah pengertian “zona tak nyaman”.

Terkadang kita merasa ada di “zona tak nyaman” saat melihat ketidak adilan. Di satu sisi kita mempertahankan “zona nyaman” kita, dengan menutup mata dan tidak mau berbuat apa-apa. Dan di satu sisi, ada juga orang yang merasa resah dan ingin berbuat sesuatu dan masuk di “zona tak nyaman”. Ketidaknyamanan itu akan lenyap seketika ketika kita mulai melakukan sesuatu.

Kadang kala Roh Kudus masuk di “zona nyaman” kita dan mulai mengatakan sesuatu, dan seolah-olah kita di bawa kepada “zona tak nyaman”. Kita mulai memikirkan tentang isu pendidikan, membantu sesama yang kurang mampu, atau para pendeta yang mulai memikirkan tentang kotbah yang lebih baik untuk member nutrisi kepada jemaat, atau mulai memikirkan tentang keselamatan jiwa-jiwa. Atau ada yang mulai memikirkan harus membuat makanan sehat untuk jajanan anak sekolah, atau mulai berpikir untuk membuat panggung hiburan untuk anak-anak di pedesaan.

Seorang teman yang sudah mempunyai pelayanan yang baik di kota, tiba-tiba terusik hatinya. Dan mulai memikirkan tentang pendidikan anak-anak di Papua. Cukup lama ia mengandung “ketidaknyamanan” ini dan terus-menerus berdoa menunggu konfirmasi dari Tuhan. Dalam waktu beberapa tahun ia tidak tahan untuk segera ke Papua jika mendengar berita tentang Papua.

Zona tak nyaman itu muncul dari hati. Biasanya Tuhan lah yang menaruhkan sesuatu di hati kita. Hanya ketika kita sudah nyaman. Tuhan tidak akan menaruhkan sesuatu keresahan dalam keresahan. Dan benih “ketidaknyamanan”, jika itu berasal dari Tuhan maka ia akan terpelihara sampai ia dilahirkan.

Masuk ke “zona nyaman” tidak bisa dipaksakan, karena belum tentu lawan bicara kita sudah dewasa semua. Haya orang dewasa yang dapat melangkah ke “zona tak nyaman”. Itupun harus berasal dari hati. Tuhan lah yang menaruhkannya dalam hati kita. Mungkin ada yang terpengaruh ketika membaca artikel ini, ya tentu saja karena pembaca sudah dewasa dan tentu saja karena Tuhanlah yang mengusik “zona kenyamanan” kita. Ketika Tuhan sudah menaruhkan benih “ketidaknyamanan” itu bersiaplah untuk tidur kurang nyenyak, kebingungan, dan bersiaplah untuk mengandung dan menunggu waktu sampai saatnya untuk melahirkan. Segala keanehan yang tidak biasa bisa saja terjadi, karena Anda sedang berjalan bersama dengan Yang Luar biasa.

Jika Anda sudah memikirkan tentang “ketidaknyamanan”, minta Tuhan untuk berbicara secara khusus. Hidup bukan hanya sekedar bernafas, makan dan minum, membuang zat sisa, tidur, bangun lagi. Ada suatu alasan mengapa kita harus hidup di zaman ini. Pasti ada sesuatu yang harus kita lakukan.

bersambung....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar