Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Senin, 24 Juni 2013

Dimanakah Yesus Ketika Berusia 13 sd 30 Tahun?

Tulisan ini tidak cukup ilmiah, namun jika Anda mau dapat menjadikannya sebagai bahan pertimbangan. Sebenarnya artikel ini ditulis karena seorang teman yang bertanya. Ia sudah pernah bertanya pada waktu percakapan tidak resmi, “dimanakah Yesus ketika berusia 13 sd 30 tahun?”, ya.. saya pikir hanya sekadar mencairkan suasana atau ya pertanyaan iseng saja. Tetapi ketika kami berkunjung ke rumahnya, ia bertanya lagi pertanyaannya yang sama. So… I think ga mungkin dijawab dengan jawaban bakusedu (baca: bercanda). Sebenarnya ketika kami berkunjung ke rumahnya, saya langsung menjawab pertanyaannya itu, tetapi tampaknya dia tidak puas. I’m sorry my friend, I’m still in progress, gw ga pinter-pinter amat, juga ga bego-bego amat. Haha… (Kalau bilangin diri sendiri bego, berarti menghina ciptaan Tuhan lohh.. hati-hati!).  

Beberapa hari ini saya sering ditemani oleh buku-buku dan speech audio, karya Philip J King, David Pawson, Bill Johnson, James Goll, John (Injil Yohanes), dan kitab-kitab lain di Alkitab. Pastinya dalam penulisan ini saya terpengaruh dengan apa yang saya baca dan dengar. Tentu saja ketika membaca dan mendengar karya-karya mereka masih terngiang-ngiang pertanyaan teman tadi, mana tau menemukan jawaban tak terduga sebelumnya. Hmm.. tentu saja saya mendapatkan beberapa jawaban. But… bukan mereka yang menyatakan demikian,  ini hanyalah perspektif saya saja. Semoga, teman-teman pembaca yang sudah merelakan waktu membaca blog ini, cukup puas dengan jawaban saya.


Jawaban yang langsung terlontar saat pertanyaan itu diberikan adalah berdasarkan injil Tomas. Namun tentu saja jawaban itu tidak akurat karena injil Tomas sendiri tidaklah masuk dalam kanonisasi.  Dan juga masih ada alasan lain sehingga injil Tomas ini tidak dapat dijadikan acuan jawaban. Hal ini juga ditentang oleh Pawson. Tetapi saya tidak akan membahas ini lebih lanjut, karena ini bukan fokusnya.

Berikut adalah petikan injil Tomas yang saya dapat dari browsing internet, from The Complete Gospels. Annotated Scholars Version. Revised and Expanded Edition, yang disunting oleh Robert J. Miller (Sonoma, California: Polebridge Press, 1992, 1994) hlm. 369 ff.
Ketika kanak-kanak Yesus berusia lima tahun, dia bermain-main di arungan arus air yang mengalir. Dia membendung aliran air ini lalu mengarahkannya ke kolam-kolam dan segera membuat airnya bersih dan bening. Dia melakukan hal ini hanya dengan satu kali perintah. Kemudian dia mengambil tanah liat dan membuatnya lunak, lalu dari tanah liat ini dia membentuk dua belas ekor burung pipit. Dia melakukan hal ini pada hari Sabat, dan banyak anak lelaki lain bermain bersamanya.

Tetapi ketika seorang Yahudi melihat apa yang dibuat Yesus pada waktu dia sedang bermain-main di hari Sabat, segera orang ini pergi menjumpai Yusuf, ayah Yesus, lalu berkata, “Mari lihat, anakmu sedang berada di arungan air dan telah mengambil lumpur lalu membuat dua belas burung-burungan darinya, dengan demikian dia telah melanggar hari Sabat.”

Maka Yusuf mendatangi anaknya, dan segera setelah dia menjumpainya, berteriaklah dia, “Mengapa engkau melakukan hal yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Tetapi Yesus hanya menepuk-nepuk kedua belah tangannya dan berseru kepada burung-burungan itu, “Terbanglah jauh-jauh, hiduplah, dan ingatlah aku!” Seketika itu juga semua burung pipit itu melambung dan terbang jauh dengan sangat ribut.

Orang-orang Yahudi memperhatikan semua hal ini dengan keheranan, lalu meninggalkan tempat itu untuk melaporkan kejadian ini kepada para sesepuh mereka tentang apa yang mereka lihat telah dilakukan Yesus.

Kisah lain, dari injil Arabik mencatat ketika Maria sedang memandikan Yesus, datanglah seorang ibu yang membawa anaknya yang sedang sakit, kemudian air mandi Yesus dipercik kepada anak yang sedang sakit itu, kemudian anak itu menjadi sembuh. Dan juga buku yang ditulis  tahun 1907 oleh Nicolas Notovich, “The Unknown Life of Jesus Christ”, mengisahkan tentang keberadaan Yesus di Himalaya ketika berusia 13-30 tahun dan juga setelah penyalibanNya, dan akhirnya Ia dikuburkan di Kashmir pada usia 120 tahun. Katanya kisah ini sudah difilmkan “Jesus in The Himalaya”. Tulisan non kanonik ini juga tidak dapat dijadikan dasar karena tidak ada yang dapat membuktikannya. Dan banyak sekali bermunculan tulisan-tulisan non kanonik pada abad ke-2, seperti injil Yudas, Maria Magdalena, Injil Petrus, Filipus dll. Bapa-bapa gereja saja tidak menggunakan sumber-sumber ini, karena mereka hanya tertarik pada apa yang tercatat dalam alkitab (tulisan yang sudah dikanonkan).

Pendapat lain datang dari Philip J King dan Lawrence E Stager, penulis buku “Kehidupan Orang Israel Alkitabiah”, bahwa orang Israel pada masa Perjanjian Lama tidak begitu menaruh nilai kepada kehidupan anak-anak. Menurut Philp, masa remaja pun masih dianggap sebagai masa kanak-kanak, mereka hanyalah orang dewasa yag masih kecil. Kita dapat melihat di sini fokusnya bukan pada anak-anak tetapi pada orang tua dan bagaimana orang tua mendidik anak-anak mereka sesuai dengan Taurat Tuhan. Didikan kepada anak-anak itu penting, tetapi anak-anak hanyalah objek. Anak-anak harus menghormati orang tua mereka. Bahkan pengertian hormat yang berlebihan itupun disamakan dengan taat. Padahal perintah dalam Taurat “Hormatilah orang tuamu..”, bukan “Taatilah orang tuamu..”. Pengertian itupun masih berlanjut sampai zaman sekarang, melampaui benua dan samudera. Orang tua adalah fokusnya.

Menurut pengertian saya, kemungkinan murid-murid Yesus mengusir anak-anak yang dibawa kepada Yesus, hanya karena kebiasaan mereka pada saat itu yang menganggap anak-anak tidak begitu penting dalam tatanan masyarakat (Mark 10:16). Anak-anak dianggap pengacau saja, dan sebaiknya mereka di rumah saja dan tidak member pendapat apa-apa. Yesus lah yang memberi nilai kepada anak-anak. Kemudian ketika peristiwa 5 roti dan 2 ikan, Yohanes menyebutkan dan menuliskan dengan jelas bahwa peristiwa memberi makan 5000 orang laki-laki (kemungkinan ada 15.000 orang) berasal dari bontot seorang anak kecil. Seorang anak kecil yang tadiny tidak dianggap menjadi begitu penting karena hanya dia pada waktu itu yang membawa bontot. Dan Yesus member nilai kepada bontot anak kecil itu. Ia memberkatinya, memecahkannya dan membagikan kepada murid-murid, dan murid-murid membagikan kepada orang banyak. Bayangkan, bontot seorang anak kecil dapat memberkati 15.000 orang.

Yesus, hidup di zaman akhir Perjanjian Lama dan awal Perjanjian Baru. Sama seperti sepupunya Yohanes Pembaptis yang dikenal sebagai nabi terakhir dalam Perjanjian Lama dan nabi pembuka dalam Perjanjian Baru. Walaupun mereka sepupuan, agaknya mereka tidak saling kenal, sampai peristiwa baptisan Yesus (Yoh 1:32-34). Yesus hidup dalam asuhan Yusuf dan Maria sebagai orangtua-Nya. Sejarah hidup Yesus terhenti sampai Ia berumur 2 tahun (Mat 2:16), orang Majus datang menyembah-Nya membawa persembahan-persembahan mereka. Gembala-gembala menjenguk-Nya ketika Ia baru saja dilahirkan, kemudian Ia disunat pada umur 8 tahun, dan Hana, seorang nabiah dari suku Asyer, berusia 84 tahun sangat bersukacita karena telah melihat Yesus. Kemudian Alkitab hanya mencatat dalam Luk 2:40 “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada pada-Nya”. Kemudian Alkitab mencatat lagi saat Yesus berusia 12 tahun (Luk 2:42). Yesus sedang tidak merayakan Bar Mitzvah di sana, karena usianya masih 12 tahun. Tetapi ini adalah kunjungan rutin setiap tahun untuk mengadakan perayaan di Yerusalem. Jadi kita mendapatkan clue lain, Yesus mengunjungi Yerusalem setiap tahunnya bersama orang tua-Nya.

Hal lainnya dapat kita perhatikan dari Luk 2:40, bahwa Yesus bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah. Berarti ada proses didikan yang terjadi dalam diri-Nya.

Menurut Kenneth O Gangel & Warren S Benson, dalam buku CHRISTIAN EDUCATION: ITS HISTORY & PHILOSOPHY, mengatakan bahwa
·         Sejak awal manusia ada di Taman Eden, keluarga adalah agen pendidikan terpenting di bumi. Tuhan lah yang membentuk pendidikan dalam keluarga, orang Ibrani tidak pernah jauh dari sentralitas rumah dalam pengalaman pendidikan. Para orang tua Ibrani harus melatih, megajar anak-anaknya walaupun mereka hidup berpindah-pindah di bawah terik matahari, tanggung jawab terhadap kewajiban untuk takut akan Tuhan itu harus dikomunikasikan, diajarkan.
·         Ketika Israel ada di padang gurun, mereka dipimpin langsung oleh Tuhan dalam proses pengabdian kepada kebenaran. Memang peran pengajaran dalam keluarga muncul sangat kuat di dalam kitab Ulangan (6:7-9). Para orang tua harus secara berulang-ulang mengajarkan Torah, mengasah selera untuk mendapatkan intelektual dari anak-anak mereka

Yesus menjadi penuh hikmat karena didikan dari rumah. Yusuf dan Maria sebagai orang tua Ibrani yang taat pastinya mengajarkan Taurat berulang-ulang kepada Yesus. Dan ada kemungkinan juga Yesus mengikuti pendidikan formal Ibrani, beth sefer – house of book, usia 6 sd 13 tahun. King dan Stager dalam bukunya member bukti ditemukan dokumen tentang beth midrash – house of allusion pada tahun 6 M, yang merupakan pendidikan tingkat akhir sebelum menjadi rabi (ada 3 tingkatan: Beth Sefer, Beth Talmud dan Beth Midrash). Juga dari tulisan Kenneth O Gangel & Warren S Benson “Pendidikan house of book dilakukan pertama kali pada abad pertama untuk menyediakan pendidikan formal di luar rumah”. Menurut sumber lain juga (salah satunya Powson), mengatakan bahwa sejak zaman Maleaki, Tuhan berdiam diri selam kurang lebih 400 tahun. Dan juga setelah pembuangan Babel, anak-anak Yahudi/ Ibrani harus belajar bahasa Ibrani kembali untuk membaca kitab sucinya, dan belajar Talmud. Kemungkinan pada tahun-tahun itu sudah dimulai pendidikan formal. Pada pendidikan beth sefer, anak-anak Ibrani harus menghafal kitab Taurat (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan).

Sebelum anak-anak berusia 6 tahun, mereka harus melewati proses didikan di dalam rumah, ibu yang menjadi penanggung jawab atas proses situ. Tetapi setelah anak masuk ke sekolah di luar rumah, ayah menjadi penanggung jawab atas anak itu. Pawson mengatakan bahwa umur 12 tahun masih menjadi peralihan antara tanggung jawab dari ibu kepada ayah. Itulah sebabnya peristiwa Yesus tertinggal di Yerusalem (Luk 2:43 “…tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui oleh orang tua-Nya”). Ayah-Nya berpikir ibu-Nya telah mengetahui keberadaan-Nya, sebaliknya ibu-Nya berpikir ayah-Nya telah mengetahui keberadaan-Nya. Mereka hanya berasumsi bahwa Yesus ada dalam rombongan. Mereka tersadar ketika mereka sudah berjalan sehari perjanlanan, mungkin saat mereka akan beristirahat. Sehingga mereka harus balik lagi mencari di antara rombongan apakah Yesus ada di sana atau tidak.

Petunjuk lainnya dapat kita peroleh dari jawaban Yesus kepada Yusuf dan Maria “… tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada dalam rumah Bapaku?” Luk 2:49. Mari kita melihat dalam versi lainnya:

And he said unto them, How is it that you sought me? knew you not that I must be about my Father's business? - KJV2000 (2003)
And he said to them, How is it that you sought me? knew you not that I must be about my Father's business? - American KJV
And he said to them: How is it that you sought me? did you not know, that I must be about my father's business? - Douay-Rheims Bible
And he said to them, Why is it that ye have sought me? did ye not know that I ought to be occupied in my Father's business? - Darby Bible Translation
And he said to them, How is it that ye sought me? knew ye not that I must be about my Father's business? – Webster Bible

Anak-anak Yahudi/ Ibrani mempunyai kebiasaan membantu orangtua mereka. Hingga Yesus disebut anak tukang kayu (Mat 13:55). Mereka terbiasa untuk melakukan their father’s business. Dari sini kita dapat melihat apa saja yang Yesus lakukan pada masa remaja-Nya, Ia menjadi tukang kayu seperti ayah-Nya, Yusuf, sehingga Ia dapat menjadi kuat (Luk 2:40). Orang tua-Nya memang tidak mengerti apa maksud jawaban Yesus itu, tetapi Maria menyimpan itu dalam hatinya kemudian mereka pun pulang ke Nazaret dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka (Luk 2:51). Biasanya Yesus melakukan pekerjaan Yusuf sebagai tukang kayu, namun sekarang Yesus bermaksud melakukan pekerjaan Bapa-Nya yang di sorga.

Pekerjaan sebagai tukang kayu bukanlah pekerjaan terendah dalam tatanan masyarakat Yahudi. Kemungkinan pekerjaan terendah adalah orang yang bekerja di kebon, ntah sebagai kuli panggul atau sebagai penggembala domba atau apalah itu yang hanya dibayar 1 dinar per hari, yang menjadi UMR mereka pada saat itu.

Ketika seorang pendeta pernah berkata bahwa Yesus seharusnya bukan orang miskin, hmm… saya dapat mempercayai hal itu, bahkan membuktikannya. (Silahkan dilihat pada http://motivationarea.blogspot.com/2010/07/follow-me.html ). Pendeta itu memberikan perspektif dari sisi Yesus dan Yusuf kemungkinan menjadi penyuplai pembangunan kota Sepporis. Dalam artikel “Follow Me”, saya membahas dari sisi yang agak berbeda sedikit. Silahkan dibaca J.

So… akhirnya.. my friends, artikel ini mungkin kurang berbobot, but I’m happy. Guru saya bilang, tidak semuanya pertanyaan kita dapat dijawab dengan begitu mudahnya. Dengan tidak ada jawaban kita justru menggunakan iman kita agar tetap percaya kepada Tuhan. Tetapi apa yang sudah dinyatakan, haruslah kita kerjakan. Yuk… kita baca Ulangan 29:29.

The secret things belong to the LORD our God, but the things revealed belong to us and to our children forever, that we may follow all the words of this law. - NIV
Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."- ITB

Ada beberapa hal yang dirahasiakan TUHAN Allah kita; tetapi hukum-Nya telah dinyatakan-Nya kepada kita, dan kita serta keturunan kita harus mentaatinya untuk selama-lamanya." - IBIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar