Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Sabtu, 16 Juli 2011

Level Komitmen

Lokasi: Restoran Kenanga, Medan

What a great day? Ohh noo... not at all, honestly... I have little bad mood in the morning. Thanks God, I can handle it. Whatever happend in this day, this day is still great, God is good, life is good too :)

Tadi pagi sebelum seminar di mulai, terjadi percakapan kecil antara aku dan temanku. Pertanyaan yang dia lontarkan bukanlah pertanyaan yang baru pertama kali kudengar selama 3 minggu + 1 hari. Pertanyaan yang tidak asing lagi, tapi rasanya aku ga pernah menjawabnya dengan jawaban yang sama. Tapi selalu dengan penutup yang sama. hehe...
temen : "Hai Iyut, gimana rasanya setelah menikah?"
gw     : "Rasanya... hehee... biasa aja, ya gmn orang yang sdh menikah.. gtu"
temen : "Is he treat you well?"
gw     : "begitulah... kadang iya kadang juga ngga :)"
temen : (ga percaya) "masak sihh??"
gw     : "hehe... klo mau tau MENIKAHLAH". (<--- ini penutup yang kumaksud. shrnya penutup, tapi msh ada anti klimaksnya di bawah...hehe)


temen : "haha... harusnya sih gitu, tapi wong pasangannya aja belum percaya dengan lembaga pernikahan"
gw     : (sok nasehati gtu) "sebenernya apa yang kita kawatirkan pada saat mau menikah, ternyata ga gitu koq".
temen : "klo gw mah siap, tapi klo pasangan ga siap ya ga jadi lahh"
gw     : "loh kenapa?"
temen : "yaa... ga tau juga apa masalahnya dia. seharusnya kan klo ada masalah bisa kita doain bareng-bareng ya. tapi dia sendiri ga tau apa masalahnya, dia ga mau share apa inti masalah dia"
gw     : "oouuww.... Menurut gw sihh... ya klo ga setuju ya gpp... Doa itu ga menyelesaikan masalah koq. Tapi doa memberikan kedamaian di hati kita sehingga kita dapat menyelesaikan masalah kita"
*seminar mulai, percakapan berhenti*

Setiap hari kita berdoa kepada Tuhan, karena kita adalah orang beragama. Ya.. seringkali kita berdoa hanya sebatas pemenuhan kewajiban kita harus berdoa. Terbukti dari isi doa kita. Pernahkah Anda memperhatikan isi doamu, bagaimana Anda berdoa?

Saya pernah berdoa begini, "Tuhan kiranya Engaku mengubahkan dia supaya aku bisa tenang. Tuhan selesaikanlah masalahku karena aku tidak bisa berdoa dengan masalah-masalah itu. Ubahkanlah sekelilingku supaya aku bisa blaaa.....blaa..blaa". Perhatikanlah isi doa saya ini. Hal pokok yang saya minta di sini adalah 'supaya Tuhan mengubahkan lingkungan, sekeliling saya'. Itulah inti doa saya.

Suatu hari saya tersadar hanya karena membaca "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa ....", "Maka Allah melihat segala yang dijadikannya itu, sungguh amat baik", "Roh-Ku tidak selama-lamanya tinggal di dalam manusia.." (<--- berarti Allah pernah tinggal dalam manusia), "Karena kami adalah kawan sekerja Allah", "kami ini adalah utusan-utusan Kristus". Perkataan-perkataan Firman ini mengubahkan paradigma ku tentang berdoa.

Inti dari perkataan-perkataan Firman di atas yang menjadi hikmat bagi saya adalah
1. Ketika manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, tujuannya supaya manusia berkuasa, supaya manusia mampu mengerjakan sesuatu. Ada atribut-atribut Allah yang di'embeed' masuk ke dalam manusia. Ada atribut-atribut yang dapat ditunjukkan sama seperti Tuhan. Misalnya:

  • Omnipoten (Maha kuasa). Pada tingkatan tertentu manusia diberikan kuasa/ kemampuan untuk melakukan sesuatu. 
  • Omnipresen (Maha hadir). Fisik manusia memang terbatas oleh ruang dan waktu. Tetapi manusia diperlengkapi untuk dapat merefleksikan diri di masa lampau, masa sekarang dan juga dengan pikiran manusia dapat pergi ke masa depan, mengimajinasikan sesuatu.
by: AR Bernard.


Namun sayang sekali, manusia sering kehilangan gambar dirinya sendiri. Manusia kehilangan arah ketika ia jauh dari Tuhan, karena solusi gambar diri ini harus kembali lagi kepada Allah. Semakin manusia itu dekat kepada Allah, semakin ia dapat mengenali gambar dirinya, sesuatu hal yang khusus yang Allah taruhkan dalam dirinya. Masing-masing individu semasa hidupnya terus-menerus berada dalam proses penyesuaian dengan gambar diri Allah itu. Manusia yang jatuh dalam dosa terus menerus bergumul dengan gambar dirinya, ya.. gambar dirinya yang palsu. Gambar diri ini harus dikembalikan kepada gambar diri Allah sendiri (Imago Dei).

'Konsekuensi' kedekatan kita dengan Tuhan adalah kita semakin mengenali diri kita sendiri. Semakin kita mengenal diri kita sendiri, semakin kita dapat mengenali Tuhan. Terpisah dari Tuhan, kita tak dapat menemukan gambar diri kita. Ini adalah suatu rantai yang tak pernah putus. Ketika kita dapat menemukan gambar diri kita, kita dapat menemukan level komitmen kita terhadap sekeliling kita, keluarga, gereja, teman dan juga komitmen kita kepada Tuhan.

Ketika Yesus hendak ditangkap, kemudian disalib, Ia memberikan warning kepada murid-murid "Kamu sekalian akan tergoncang imanmu". Tetapi respon Petrus, "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engaku, aku takkan menyangkal Engkau". Yesus tidak memberikan respon apapun terhadap Petrus dan lainnya, karena Ia tau level komitmen Petrus belumlah sampai kepada apa yang dia ucapkan.

Kita sering membaca alkitab, merenungkannya, melakukannya (sekali-sekali), tetapi apakah kita berkomitmen untuk terus-menerus melakukan FT? Sampai dimanakah level komitmen kita kepada Tuhan. Sepertinya semua orang masih dalam proses untuk mencapai level berkomitmen kepada Tuhan. Banyak orang yang dapat melayani Tuhan dengan skillnya (levelnya masih sekedar melakukan tugas dengan baik), namun dikemudian hari bermasalah dengan masalah karakternya. (Ada 3 hal yang seharusnya dapat dipenuhi dalam berkomitmen yaitu character, charismatic, competence --- by: AR Bernard).

Level komitmen kita haruslah teruji. Belajarlah dari hal-hal yang dapat menempa karakter kita, karisma, dan kompetensi untuk selalu melakukan hal yang terbaik. Hal simpel yang dapat kita lakukan adalah layanilah orang lain: berikan senyuman, berikan sambutan yang hangat, berikan minum jika ia ingin minum, layani dengan tabah segala complaine-nya, berikan dia kenyamanan. Level komitmen ini tidak hanya berlaku untuk pelayanan di gereja. Namun jika ingin mencobanya di gereja, mungkin Anda boleh mencobanya untuk menjadi seorang usher. :D

2. Roh Tuhan pernah ada dalam tubuh manusia. Tentu saja yang dimaksud manusia adalah manusia yang bersekutu dengan Tuhan. Maksudnya begini... Paulus pernah menegur dengan keras "Hendaklah kamu menjadi pasangan yang seimbang...". Kenapa? Karena Pribadi Tuhan itu terdiri dari tubuh, jiwa dan roh (Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus). Roh adalah tempat persekutuan dengan Allah. Orang yang bersekutu degnan Tuhan itu mempunyai bagian roh dalam dirinya. Jika orang tidak bersekutu dengan Tuhan, dirinya hanya terdiri dari tubuh dan jiwa saja. Makanya tidaklah seimbang jika seseorang yang bersekutu dengan Tuhan mencari pasangan yang tidak seimbang dengan 'orang dunia' yang tidak mempunyai bagian roh, karena tidak bakalan bisa klop.

3. Kita adalah kawan sekerja Allah, dan kita juga adalah utusan-utusan Kristus. Menurut bahasanya Kep.Sek saya waktu SD dulu "Kita adalah dutu-duta...". Ya... walaupun dalam 2Kor 6:2 itu Paulus menunjukkan 'kawan sekerja' itu adalah sesama pemberita injil, namun dari 2Kor 5:20 Paulus menunjukkan bahwa ia dan pemberita injil lainnya adalah utusan Kristus, mendapat tugas dari Kristus, mendapat 'kuasa' dari Kristus. Sama seperti Kej 1:26 "..supaya mereka berkuasa". Jadi berkuasa itu adalah perintah.

Sering saya mendengar cerita tentang Yesus tertidur di buritan, inti ceritanya adalah murid-murid membiarkan Yesus tertidur karena mereka menggunakan kekuatan mereka sendiri. Maafkan saya, tidak bermaksud lancang, tetapi saya pikir itu kurang tepat. Bukankah kita harus menggunakan kekuatan kita? Bukankah kita dapat berkuasa atas angin badai, seperti yang Yesus lakukan? Menurut saya, Yesus harus tetap menjadi leader, kapten, pemimpin dalam hidup kita, namun hal yang harus kita sadari adalah kita tetap bekerja. Dengan menjadikan Yesus sebagai leader kita, tidak melepaskan kita dari tugas kita untuk menggunakan segenap kekuatan kita. Untuk itu kita benar-benar harus mendengar instruksi dari Dia. Lakukan segala instruksi-Nya. Lihat kode tangan-Nya, lihat kecendrungan Ia, lihat gesture-Nya, ketahui mood-Nya, apa respon kita yang seharusnya. Untuk semua hal-hal ini, perlu suatu kedekatan kita kepada Tuhan. Sebelum kita merasa butuh kepada Tuhan, carilah Ia. Bangun hubungan kepada Tuhan.

4. Hal yang saya sadari  (maafkan saya jika Anda tidak setuju), Doa itu tidaklah menyelesaikan persoalan kita, doa justru membuat hati kita tentram dan damai. Banyak orang berkata "Saya sudah berdoa, saya sudah beribadah, saya sudah setia, tetapi kenapa ya Tuhan ga jawab doa saya, kenapa ya saya gini-gini aja. dihh... Tuhan ga adil banget yaahhh...". Tuhan tetap baik, ketika Ia menjawab doa ataupun Ia belum jawab doa. 


Ketika saya mengatakan perkataan ini, pertama kali saya share kepada teman saya dan ia juga adalah mentor saya, Sisil. Hampir ingin menangis saya mengatakannya. Bukan berarti saya tidak berdoa. Saya berdoa. Dan setelah masalah itu berakhir, masih ada masalah lainnya lagi.... Ketika itu saya sakit demam tinggi sampai menggigil, dan tidak ada yan mau tau keadaan itu. Saat itu saya hanya berdoa "Tuhan baik", jika ga lupa saya ga mnta untuk kesembuhan, hanya bilang "Tuhan baik, You are so great God". Tau apa yang saya alami berikutnya? Saya masih menggigil, tulang dan sendi sakitnya mintaampun, tetapi ada suatu kedamaian di hatiku, dan aku bisa tidur nyenyak selama 2 jam. Bangun tidur, sdh sembuh. Praise God.

(Saya tidak bermaksud untuk menghakmi siapapun. Saya juga tidak sedang berusaha mengatakan betapa benarnya saya, ikuti saya. Tidak. Saya hanya ingin berbagi).

Tuhan lebih tertarik kepada kita daripada kepada persoalan yang kita hadapi. Tuhan lebih tertarik mengubahkan hidup kita daripada sekeliling kita. Tuhan ingin kita dewasa. Seperti tujuan kita, "jadilah kamu sempurna seperti Bapamu adalah sempurna". Sempurna di sini adalah dewasa. Jadi jangan takut kepada masalah. Jika kita ingin dewasa, ikuti pelatihan Tuhan, jangan absen. Level komitmen kita membawa kita kepada tahap kedewasaan mencapai kesempurnaan.

Hadapi masalahmu, jadilah kuat, berjalanlah bersama Tuhan, dengarkan instruksi-Nya. Lihatlah... dirimu semakin tangguh, otot-ototmu semakin kencang, dirimu semakin bijak.

1 komentar:

  1. Doa dan tindakan mesti berjalan beriringan. Doa membuka saluran damai sejahtera, lalu menerbitkan ketentraman (benar katamu Yuth) ketika kita tenang, kita bisa berpikir jernih..lalu terjadilah perubahan yang kita harapkan

    Ada juga saat2 DOA mengubah keadaan. Ketika kita berhadapan dengan masalah yang kita tidak tahu bagaimana menanganinya, ketika telinga kita terlalu tuli untuk mendengar. DOA menggerakkan Tuhan supaya tanah diratakan, lalu kita bisa melewati jalan yang harus kita tempuh.

    DOA tetaplah berkuasa untuk mengubah keadaan. sesederhana apapun.

    Nice sharing Yuth, tetaplah menulis dan jadi berkat bagi banyak orang.

    BalasHapus