Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Jumat, 08 Juli 2011

Kasih Karunia Tuhan

Suatu hari pada saat ibadah doa puasa di suatu gereja yang cukup besar di salah satu kota besar, hadirat Tuhan terasa sangat kencang, setiap orang pasti dapat merasakan kehadiran Tuhan. Tak heran jika kehadiran-Nya disertai oleh beberapa manisfestasi. Semua orang yang hadir setuju atmosfer kehadiran Tuhan sangat terasa.

Anehnya, Tuhan berbicara melalui seseorang yang diberi-Nya kasih karunia, "mereka mencari berkat-Ku, bukan Aku". Terhenyak sejenak sambil menelan ludah, dengan nada yang takut-takut, "Apakah Engkau marah kepada mereka?". Jawab-Nya, "Masih sejauh itulah yang mereka tau", Ia pun tersenyum. Hah... jawaban ini membuatnya lega tapi justru membuatnya bertanya-tanya.


Pada zaman Taurat, kita mengenal Tuhan yang terlihat 'kejam', sangat eksis dan tidak sembarang orang dapat menghampiri-Nya. Tidak sembarangan juga dapat menghampiri-Nya. Nabi-nabi dan imam lah yang pada umumnya dapat menghampiri-Nya. Oleh sebab itulah nabi-nabi menjadi sangat populer, dipanggil ke istana raja untuk menyampaikan suara Tuhan. Dengan demikian pada masa nabi Yeremia banyak bermunculan nabi palsu. Hal ini menimbulkan sakit hati Tuhan, bukan hanya kepada nabi palsu itu tetapi kepada umat yang mengikuti suara nabi palsu itu.


Jer 23:21 - ITB "Aku tidak mengutus para nabi itu, namun mereka giat; Aku tidak berfirman kepada mereka, namun mereka bernubuat". 
Jer 23:22 - ITB  "Sekiranya mereka hadir dalam dewan musyawarah-Ku, niscayalah mereka akan mengabarkan firman-Ku kepada umat-Ku, membawa mereka kembali dari tingkah langkahnya yang jahat dan dari perbuatan-perbuatannya yang jahat". 

Nabi-nabi Tuhan seharusnya bertugas untuk memalingkan manusia dari kejahatan. Tujuannya adalah supaya umat Tuhan itu lebih dekat dengan Tuhan. Sebenarnya Tuhan ingin sekali dekat dengan umat-Nya, tetapi karena ada dosa yang memisahkan umat Tuhan itu dengan Tuhan, maka Tuhan tidak dapat langsung mendekati uamt-Nya. Melalui perantaraan nabi-nabi-Nya lah Ia menyampaikan pesan kepada umat-Nya itu. Ketika umat-Nya itu mendengar nabi-nabi yang tidak seharusnya mereka dengar karena Tuhan tidak mengutusnya, Tuhan menjadi sakit hati. Perbuatan umat-Nya itu menyatakan seolah Tuhan tidak mengetahui situasi mereka, kebutuhan mereka. Seolah umat-Nya itu menanyakan seberapa mampu Tuhan sanggup menolong mereka.

Berbeda dengan zaman kasih karunia setelah Tuhan Yesus datang, sebagai Pribadi yang dijanjikan untuk menyelamatkan. Karena Ia ditolak umat kesayangan-Nya sendiri, Israel, maka kasih karunia itu berlaku untuk bangsa-bangsa lain, sehingga kita pun dapat menikmati kasih karunia itu. Zaman kasih karunia, yaitu sekarang,  zaman yang mana siapa saja dapat mendengarkan Dia berfirman. Syaratnya adalah kasih karunia. Untuk mengenali-Nya hanya butuh kedekatan dan keseringan untuk menghampiri-Nya. 

Hal yang perlu disoroti bukanlah bagaimana cara mendengar suara-Nya. Tetapi jawaban Tuhan yang terdengar aneh. Mengapa Tuhan tidak marah ketika kehendak-Nya tidak terpenuhi? Mengapa Ia seolah membenarkan apa yang seharusnya tidak benar. Ya... Dia membenarkan. Mari kita melihat, dari sejak dulu pun banyak nabi-nabi-Nya yang tidak benar-benar sesuai dengan kehendak-Nya, namun Tuhan sendirilah yang membenarkan mereka.

Abraham
Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Roma 4:16 - ITB
Benarkah iman Abraham tidak menjadi lemah? Bukankah Abraham telah mengambil Hagar untuk menghasilkan keturunan, karena Abraham kurang bersabar terhadap janji Tuhan itu? Parahnya masalah yang dibuat Abraham dapat kita rasakan sampai sekarang. Dan lagi peristiwa di Mesir, Abraham tidak mengakui 
Sara sebagai istrinya karena takut. Perbuatannya ini berlanjut sampe keturunannya Ishak dan Yakub, dan berhenti pada Yusuf yang mempunyai pendiriannya untuk menolak tidur dengan istri Potifar. Walau demikian Paulus menuliskan bahwa 'iman Abraham tidak menjadi lemah'. Paulus yang khatam benar soal Hukum Turat, sejarah Israel, cerita Abraham. Paulus hanya menuliskan Firman Tuhan, idenya adalah dari Roh Kudus sendiri. Jadi adalah ide Tuhan sendiri yang membenarkan Abraham, bukan karena Paulus lupa ingatan dan salah menulis. Abraham dibenarkan oleh Tuhan.

Nuh
Nuh juga adalah seorang pemabok, namun kasih karunia yang berlaku atas dia, maka riwayat Nuh ditulis  Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah. Kej 6:9

Kenyataannya hanya Yesus saja yang hidup benar-benar tidak bercela. Nabi-nabi lain itu dibenarkan oleh Tuhan, mereka sama sekali tidak hidup 'tidak bercela'. Hidup tidak bercela adalah syarat mutlak supaya Tuhan setia kepada kita (2 Sam 22:26), dan supaya Tuhan mau dekat. "Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN, Allahmu". Ul 18:13.

Kasih karunia Tuhan lah yang membuat manusia itu dibenarkan dan dianggap tidak bersalah. Sekalipun kita bersalah, sekalipun kita tidak dapat menuruti kehendak Tuhan, ketika kita hidup dalam lingkup kasih karunia, maka kitapun dibenarkan. Tuhan bisa saja marah atas apa yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya, namun kasih karunia-Nya lebih besar. Tuhan tidak lah kejam. Dia mengerti kita. Dia mengerti sampe sejauh apa pengetahuan dan pemahaman kita akan Firman Tuhan. Bersyukurlah akan kasih karunia-Nya. Hendaknya kita bersyukur bukan karena berkat-berkat yang dapat kita rasakan hari ini, tetapi alasan kita bersyukur adalah karena Tuhan itu baik, penuh kasih karunia. Terimalah kasih karunia Tuhan itu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar