Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Sabtu, 18 Juni 2011

Laki-laki dan Perempuan

Menjelang hari pernikahan, rasanya berbagai rasa. Ga terasa tinggal menghitung hari. Biasanya calon pengantin membayangkan hari nan bahagia, tamu-tamu yang datang mengucapkan selamat, musik mengiringi masuk ke altar, dan suasana bahagia dimana-mana. Senang sekali dapat bertemu sahabat, teman, orang-orang terhormat, tamu jauh dan dekat. Tebaran senyum dan pesona memenuhi ruangan. Tentu saja membayangkan makhluk-makhluk surgawi turut hadir memenuhi ruangan. Hadirat Tuhan turun. Sukacita, damai terasa di hati. Paduan suara dari berbagai sudut menaikan pujian mereka kepada Tuhan. Dengan pakaian yang indah-indah, pada tamu masuk ke ruangan. Anak kecil membawakan bunga, tawa canda ada di wajah mereka. Janji nikah yang akan diucapkan di hadapan pendeta, orangtua dan jemaat yang hadir. Sungguh... membayangkannya saja sudah membahagiakan hati.

Di atas segalanya, hal yang terpenting adalah bagaimana menjalankan hari-hari setelah pesta pernikahan itu. Dengan janji nikah “hanya maut yang dapat memisahkan”, wew... ada serangkaian waktu yang harus dijalani bersama. Ada yang berkata ketika janji itu diucapkan, bak ada darah dimana-mana, serangkaian pengorbanan telah terjadi. Seperti halnya kata yang dipakai dalam janji nikah adalah “covenant”, beriyth, ada daging yang dikoyakkan, berarti ada darah yang tercurah. Well... terdengar agak horor. Tak terbayangkan bagaimana menjalani waktu-waktu kesesakan bersama. Akhh... pikiranku hanya kubawa kepada rangkaian kebahagiaan yang akan di jalani saja. Tentunya menempatkan Tuhan yang utama, di antara kami.

###


Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambar-Nya (Kej 1:27). Bukan hanya laki-laki yang merupakan gambar Allah, tetapi perempuan juga. Berawal dari ide "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kej 2:18). Memang dalam ayat sebelumnya dikatakan “Beranak cuculah dan bertambah banyak...”, (Kej 1:28), tetapi ayat sebelumnya lagi “Allah memberkati mereka” (Kej 1:27). Allah memberkati laki-laki dan perempuan itu, kemudian barulah diberikan perintah untuk beranak cucu. Walaupun secara tertulis di alkitab kita, Kej 1:27-28 deluan muncul daripada Kej 2:18 (ide penciptaan perempuan), tidak dapat langsung dikatakan sebagai urutan kronologis. Hal yang pasti adalah Tuhan memberkati laki-laki dan perempuan barulah ada perintah beranak cucu, yang berarti perempuannya harus ada dulu. Ide awal pernikahan adalah “tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja” dan kemudian “beranak cucu dan bertambah banyak..”

"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kej 2:18). Kata ‘penolong’ di sini sama seperti kata ‘penolong’ pada Maz 115:9. “Hai Israel, berharaplah kepada TUHAN, Dialah yang menolong dan melindungi kamu”. Kata ‘penolong’ dalam bahasa Ibrani: ‘Ezer, berarti pertolongan. Tuhan lah yang menjadi penolong dan pelindung. Dari Kej 2:18, kita melihat bahwa perempuan menjalankan ‘fungsi gambar Tuhan’ sebagai penolong. Dari Maz 115:9 kita melihat Tuhan itu sangat dekat, hubungan Tuhan dengan umat-Nya bak hubungan laki-laki dengan perempuan dalam lembaga pernikahan. Sangat dekat.

Ide penciptaan manusia, laki-laki dan perempuan menurut gambar-Nya, menyiratkan suatu tugas yang harus dilakukan manusia di bumi. Dalam Kej 2:1 KJV, “Thus the heavens and the earth were finished, and all the host of them”. Host = saba (bhs ibrani) = service, servant (military service). Host, dalam bahasa inggris artinya tuan rumah. Tetapi dalam bahasa Ibrani artinya pelayan. Arti singkatnya orang yang bertanggung jawab. Jadi laki-laki dan perempuan mempunyai tanggung jawab tertentu dalam hal memenuhi bumi. Demikian juga tumbuhan, hewan dan materi lain yang terkandung dalam bumi kita ini. Masing-masing diciptakan untuk memenuhi fungsinya sendiri.

Laki-laki diciptakan Tuhan menurut gambar-Nya.
Ada satu hal yang sangat mencolok ketika Tuhan memperkenalkan diri-Nya, pribadi-Nya kepada manusia “AKU ADALAH AKU”, “I am that I am”, “Eheyeh asher Eheyeh”, “Ego Sum Qui Sum”(Kel 3:14). Tuhan menyatakan keeksistensian-Nya, artinya penyertaan Tuhan yang berlaku selamanya. Apa saja yang kamu inginkan, dimana, kapanpun, Aku ada. Artinya juga, hormat/ respek ada dalam Dia. Dengan tunduk kepada-Nya, maka penyertaan-Nya akan berlaku untuk kita. Puji Tuhan.

Di dalam PB kita melihat jelas, fungsi ini sudah digambarkan/ dituliskan kepada laki-laki. “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu” (Ef 5:22-24). Ayat ini tidak mengenakkan ketika dibaca oleh perempuan. Apalagi yang membacakannya adalah laki-laki. Tetapi marilah kita belajar dari ayat ini. Sebenarnya perintah ini bukanlah perintah yang memberatkan bagi kaum perempuan, tetapi justru mempermudah dan mengenakkan. Dengan tunduk kepada suami, maka kebutuhan laki-laki akan ‘hormat’ itu terpenuhi, maka ia berfungsi sebagai laki-laki.

Laki-laki diciptakan sesuai dengan gambar Allah, menyandang fungsi sebagai pribadi yang memegang hormat. Karena secara naturnya laki-laki diberikan suatu fungsi hormat/ repek dari Tuhan. Ketika ia tercipta/ terlahir, ia telah menyandang ‘hormat’ dari Tuhan, sebagai gambar Allah itu. Gelar ‘hormat’ itu sering disalahgunakan dalam kekuasaan otoriter sebagai laki-laki, baik di pekerjaan ataupun dalam rumah. Ada nasehat yang berkata “jangan gila hormat”. Penggunaan ‘hormat’ yang terlalu diagungkan ketika seorang laki-laki menjadi dewasa, seperti orang baru kenal dunia. Ada baiknya anak laki-laki sejak dini dididik dengan ‘hormat’ juga, agar sejak kecilnya ia berfungsi sebagai laki-laki yang seharusnya. Jika tidak dibiasakan dari kecil, akan terjadi abuse (abnormal use) fungsinya sebagai laki-laki.

Jadi dapat kita lihat bahwa perintah “tunduk kepada suami” sudah ada sejak zaman adam dan hawa. Tuhan lah yang membuat fungsi-fungsi manusia sebagai host di bumi. Gambaran Kristus “Aku adalah Aku” diturunkan kepada laki-laki ssebagai tugas atau fungsi laki-laki sebagai host di bumi. Ketika kebutuhan ‘hormat’ itu terpenuhi, maka fungsinya akan aktif, maka penyertaan akan dicurahkan, keinginan akan terkabulkan.

Perempuan diciptakan Tuhan menurut gambar-Nya.
Bukan hanya laki-laki yang diciptakan menurut gambar Allah, namun perempuan juga. Arti kata perempuan adalah diambil dari laki-laki (Kej 2:23). Seperti menyatakan bahwa ada beberapa fungsi laki-laki yang diemban oleh perempuan. Perempuan juga mendapat ‘hormat’ karena laki-laki, tetapi natur ‘hormat’ sendiri adalah lebih difokuskan kepada laki-laki. Ketika manusia itu jatuh dalam dosa, manusia itu (Adam) memberikan nama Hawa kepada isterinya, sebab dialah yang menjadi ibu dari semua yang hidup (Kej 3:20). Hawa, menurut kamus WordStudy, artinya living (= menghidupkan), making alive (= membuat kehidupan). Dari sini kita melihat fungsi perempuan adalah menghidupkan, atau membuat sesuatu menjadi ada kehidupan, membuat kehidupan.

Amos 5:6 “Carilah TUHAN, maka kamu akan hidup”. Hidup’ di sini menggunakan kada dasar yang yang sama chavah, artinya live = hidup. Yoh 14:6 “Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup”. Kata ‘hidup’ di sini menggunakan zoe, yang merujuk ke chavah. Pada zaman Taurat, Israel melakukan ibadahnya hanya untuk memperoleh ‘hidup’ itu. Dan betapa luar biasanya Tuhan memberikan identitas ini kepada perempuan. Tuhanlah yang menjadikan pribadi perempuan itu menjadi pribadi yang menghidupkan. Fungsi itulah yang Tuhan letakkan kepada perempuan ketika Tuhan menjadikannya, diciptakan menurut gambar Allah. Dalam pribadi yang ‘menghidupkan’ ini juga Tuhan memberikan suatu fungsi sebagai penolong yang sepadan. Bukan hanya itu, jika kita melihat PB, Tuhan membuat pribadi perempuan sebagai pribadi yang special sehingga harus dikasihi. Dan standar kasih yang diberikan haruslah kasih ‘seperti Kristus mengasihi jemaat’. Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (Ef 5:25-27)


Kita melihat fungsi perempuan yang Tuhan berikan adalah ‘menghidupkan’, tetapi di sisi lain Tuhan memberikan keistimewaan lagi, bahwa perempuan harus dikasihi dengan standar kasih Kristus. Bukan hanya itu, jika suami harus mengasihi seperti Kristus mengasihi jemaat, berarti juga harus merawatnya menjadi cemerlang tanpa cacat atau kerut. Ada baiknya juga untuk mendidik anak perempuan dengan penuh kasih. Jika kebutuhannya akan kasih terpenuhi maka ia akan berfungsi sebagai penolong yang memberi kehidupan.

Pada akhirnya, nasehat inilah yang diberikan kepada jemaat di Efesus, “Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya”. (Ef 5:33). Jika tiap orang menjalankan fungsinya maka hidup menjadi harmonis, menjadi seperti yang Tuhan harapkan "sungguh amat baik".

Well.. kami tidak tau tentang hidup pernikahan, karena belum pernah menjalaninya. Kami hanya share sedikit yang dapat kami share. Mungkin ada yang sedang mendehem ketika membaca artikel ini dan berkata “belum tau sihh”, oke dehh… kami hanya berharap kebahagian dalam pernikahan. Ya.. pasti ada tantangan. Dan kami sepakat untuk menempatkan Tuhan menjadi yang utama. Aniway… nasehat ini tidak akan saya lupakan “Jangan cari kebahagiaan dalam keluarga. Tidak bakalan ketemu. Tapi ciptakanlah kebahagiaan di dalam keluarga”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar