Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Senin, 14 Februari 2011

Sorry I'm still in progress


Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,
teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.


Dalam hidup kita, kita selalu dituntut untuk mencapai suatu kesempurnaan. Tetapi sering kali kita menyatakan diri bahwa kita bukan orang sempurna, sayangnya kita cenderung menuntut kesempurnaan orang lain. Saat kita menuntut orang lain, masuk ke area privasi orang lain, mengganggu masalah orang lain, di situlah persoalan mulai timbul. Kita mendengar Firman Tuhan, tetapi kita tidak mau menerima Firman itu untuk kita sendiri melainkan untuk menghakimi orang lain, "ah.. ini buat dia nih cocoknya", dan kita merasa benar sendiri. Paling tidak enaknya jika kita diperlakukan demikian dengan orang lain. Tuntutan untuk kesempurnaan ini tentu saja membuat orang merasa tidak nyaman. Ada yang menghasilkan hal positif dan tidak sedikit juga yang justru menghancurkan suatu hubungan.


Ada dua hal penghancur hubungan yang paling populer, yaitu asumsi dan tidak berkomunikasi. Asumsi ini muncul karena ketidak tahuan, ketidak jelasan dan saat itu tidak dapat bertanya. Asumsi yang dibentuk menjadi suatu titik awal untuk tindakan selanjutnya. Biasanya sudah enggan untuk berkomunikasi karena sudah ada jarak. Padahal asumsi itu belum tentu benar.

Ada 2 hal (dari sekian banyak) kebutuhan dasar manusia yang paling penting untuk diperhatikan yaitu LOVE dan ACCEPTANCE. Baik di keluarga, di komunitas, di lingkungan kerja. Kedua kebutuhan ini jika terpenuhi, akan membuat seseorang itu dapat mengeluarkan segala potensi yang masih terpendam. Seringkali seseorang itu menuntut pasangannya ataupun teman sekelompoknya atau sekomunitasnya untuk melakukan sesuatu untuk dirinya, disebabkan oleh tong kasihnya sedang kosong atau dalam kondisi setengah penuh. Ia haus untuk dipenuhkan, dengan menuntut orang lain berbuat sesuatu untuk dirinya. Bahayanya jika partner konfliknya itu tong kasih nya juga sedang kosong, sehingga menimbulkan pertengkaran.

Jika kita kekurangan kasih, hendaklah datang kepada Yesus. Yesus adalah kasih itu, yang mau memenuhi kita dengan kasihNya. Yesus juga menerima kita apa adanya. Ada kalanya ketika kita sedang bekerja di bawah tekanan, kita menjadi dehidrasi kasih, mari datang pada Yesus. Ada kalanya juga seseorang yang sdang tertekan lupa untuk datang kepada Yesus. Oleh sebab itu, ketika kita kuat, marilah kita membantu teman-teman kita yang sedang lemah. Share our love and give other acceptance. Pinjamkanlah bahumu, sediakan waktu untuk mendengarkannya, karena kita tidak tau apakah kita akan terus menjadi kuat atau ada masa-masa dalam kekelaman.

Ada kalanya dalam hidup, kita sudah melakukan hal yang benar tetapi justru kita tidak diterima dan dianggap salah. Kita merasa dirugikan, tidak seharusnya demikian. Berarti di sini terjadi kesalahan komunikasi. Diperlukan komunikasi yang baik dalam hubungan apapun juga. Hubungan takkan terjalin jika tidak ada komunikasi. Kebersamaan tidaklah menjamin terjalin dengan baiknya suatu hubungan itu. Seringkali kita terperangkap dalam hubungan kebersamaan tanpa komunikasi. Sikap ini terbawa-bawa ketika kita berhubungan dengan Tuhan. Kita berpikir sudah cukup datang ke gereja tanpa mengenal Tuhan lebih dalam.

Atau dalam hubungan (let say pacaran) kita berpikir sudah cukup menggandeng tangannya, jalan berdua, nonton bareng tanpa komunikasi, sibuk dengan bb sendiri. Waktu habus terbuang hanya untuk kebersamaan saja, namun tidak ada komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah berbicara saling menggali untuk saling mengenal. (Tentunya dalam koridor batas-batas pacaran).

Ada kalanya orang yang kita anggap paling mengenal kita pun tidak mengenal kita lagi, atau sebaliknya kita menganggap kita mengenal dia namun ternyata kita tak mengenalnya lagi. Apakah lantas kita berharap supaya dia berubah?? Perlu kita ingat, kita manusia tdak dapat mengubah orang lain. Doa yang paling egois adalah ketika kita menginginkan orang lain berubah tanpa kita tidak mau mengubah hidup kita lebih dahulu. Adalah kasih karunia jika seseorang yang kita doakan itu bisa berubah, itu bukan karena seharusnya demikian, bukan karena hebatnya kita berdoa, bukan karena siapa kita, hanya karena kasih karunia Tuhan Yesus saja. (Well... daripada kita nantinya menghabiskan waktu untuk mendoakan pasangan kita untuk berubah, mendingan dalam mencari pasangan hidup yang dapat kita terima sebagaimana dia walaupun dia tidak berubah. klo gitu jgn cari yg dah jelas2 ga boleh dunks.. jgn cari perkara dueehhh)

Dalam suatu hubungan kita perlu saling mengenal, apakah hubungan keluarga, pacaran, pernikahan, berkomunitas. Kita harus mengenali apa yang disukai dan tidak disukai partner kita itu. Seringkali tindakan yang benar itu menjadi salah karena salah penempatannya. Ketika kita mengatakan "I love you" berarti pada saat itu kita rela untuk memberikan bahasa kasih yang dia butuhkan, bukan versi bahasa kasih kita sendiri. Hal-hal seperti inilah yang harus ditanya, digali agar tak menimbulkan asumsi. Dari sini juga kita dapat belajar untuk melayani teman-teman di komunitas kita, "bersedia mendengar" dan bersedia memberikan kebutuhan orang yang dilayani itu (tentunya dalam batasan norma). Itulah esensi melayani. Kita melayani karena ada kebutuhan dan didorong oleh reward yaitu kasih yang telah kita terima dari Tuhan Yesus.

Kita memang belum sempurna, still in progress. Seperti Paulus berkata "aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus" . Paulus berkata seolah-olah ia telah mencapai kesempurnaan itu, namun ia berkata bahwa ia belum sempurna.

Teman-teman, I'm not perfect yet. But I want do like Paul did, Forgetting the things that are behind and reaching out for the things that are ahead. Sorry I'm still in progress.


"Happy Valentine"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar