Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Minggu, 02 Juni 2013

Berjaga dan Berdoa

Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah." Mark 14:38
Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." Mat 26:41

Minggu ini bukanlah minggu yang mudah untuk dilalui, rasanya seperti melalui bara api dengan kaki telanjang. Sebenarnya sudah bermula dari sabtu 18 Mei lalu. Kadang hanya bisa terdiam dan berusaha menerima keadaan saja.

Bulan Mei adalah bulan yang paling kutunggu kehadirannya untuk setiap tahun. Pada awal Mei, seperti biasanya setiap tahun, aku merayakan ultahku. Ya.. memang agak berlebihan, karena kami biasa merayakannya selama sebulan penuh. Budaya yang tidak biasa ini sudah dimulai dari kecil. Biasanya aku sering menyanyikan “lagu-lagu permintaan”, ini dan itu. Nenek selalu mengabulkan apa saja yang diinginkan, terutama soal makanan. Semua masakan kesukaan disediakan setiap hari, selama bulan Mei. Tetapi tahun ini, ultahku tidak dirayakan sama sekali. Hanya sms dari Bokap yang masuk, untuk mengucapkan selamat. Hah… terpaksa kuumumkan sendiri ultahku ke teman-teman di satu group bbm, agar aku bisa sekadar berbagi kesenangan. Tidak ada hadiah. Sebenarnya aku ga terlalu menggubris siapapun yang perlu mengingatku ataupun tidak mengingatku. Tetapi rasanya kali ini terlalu melankolis, dan ingin mengeksperesikan kesenangan saja.


Cerita ini bermula dari…. Dua bulan lalu, kami ke dokter kandungan dan menemukan di dalam rahim ada sesosok bayi yang hidup, masih berusia 5 minggu 5 hari. Rasanya senang sekali. Dengan bekal sukacita ini, kami tidak terlalu peduli soal kekurangan, kesakitan, masalah, atau apapun juga. Janin itu tidak pernah membuat sang ibu sakit, sekalipun pilek, batuk, pegel, pusing kepala atau apapun. Namun kesenangan itu berhenti ketika sebulan kemudian (ketika sang jabang bayi seharusnya berusia 9 mingguan), ketika jadwal periksa rutin bulanan tiba, sang jabang bayi tidak berkembang, alias sudah tidak ada. Anehnya sang janin sudah tidak berkembang sejak 7 minggu 5 hari, which is itu tanggal 15 Mei. So… ia tidak ada sebelum nenek pass away.

Rasa sedih itu tidak dapat terekspresikan. Walaupun kesedihan memuncak, namun air mata tertahan. Terdiam dan terpaku. Ketika dokter menyatakan “bayi tidak berkembang”, aku mengerti maksudnya.
Sempat aku menyalahkan Tuhan, ya… aku menyalahkan Tuhan, tetapi puji Tuhan, tidak sampai 5 menit, pikiran ini seperti di-switch untuk berpikir “Tuhan tidak punya sesuatupun yang jahat untuk diberikan kepada anak-anak-Nya. Tuhan itu hanya mempunyai kebaikan, Tuhan itu baik adanya”. So… dengan bekal pikiran ini, hati ini menjadi lega. Walaupun tetap aku bersedih.

Minggu lalu aku mendengar kotbah di gereja. Salah satu ayat dalam kotbah, ada Mark 14:38. Sejak pulang dari gereja aku tetap memikirkan ayat ini. Di waktu yang lalu, aku pernah mempelajari tentang “berjaga-jaga dan berdoa”. Ketika kata ini adalah kata penting. Kata ‘Berjaga-jaga’, maksudnya tetap terjaga, dalam keadaan sadar, tidak mabuk. Kata ‘berdoa’ maksudnya adalah menjalin hubungan dengan Tuhan. Sedangkan kata sambung ‘dan’ adalah kata sambung yang menyatakan bahwa kata sebelumnya dengan kata sesudahnya adalah setara. Kita tidak dapat menemukan mana yang lebih penting dari kedua kata itu, keduanya penting. Kalimat ini adalah kalimat majemuk setara.

Kita dapat melihatnya juga pada Kis 1:8 “dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”. Yerusalem menggambarkan keluarga, Yudea menggambarkan tetangga, Samaria adalah musuh. Tetapi hal yang perlu kita perhatikan adalah penggunaan kata sambung ‘dan’. Kata sambung ‘dan’ di sini sama seperti penggunaan kata sambung ‘sambil’. Jadi karena Yerusalem, Yudea, Samaria adalah sama pentingnya, maka harus dilakukan secara sekaligus. Orang tidak dapat berkata, “saya yang penting melayani Tuhan saja”, tetapi rumah-tangganya berantakan. Atau orang tidak dapat berkata “saya yang penting melayani keluarga saya saja”, atau orang tidak dapat berkata “saya tidak dapat melayani karena saya berasal dari keluarga berantakan”.

Nasehat untuk berjaga-jaga adalah memaksudkan agar kita sadar siapa diri kita. Kita mengenal identitas diri kita, kita sadar betul kalau kita adalah anak Tuhan sehingga dapat menikmati hak sebagai anak Tuhan. Tuhan adalah Bapa kita. Bapa adalah sumber pertolongan kita.

Nasehat untuk berdoa, bukan karena Tuhan kurang informasi tentag diri kita, tetapi supaya kita dekat dengan Tuhan. Supaya kita menjalin hubungan yang erat dengan Tuhan. Ketika kita berdoa, hal yang terpenting bukan menyatakan keinginan-keinginan kita, karena Tuhan tau isi hati kita. Doa itu membangun hubungan dengan Tuhan, sehingga kita dapat mengenal Bapa.

Kita tidak dapat memilih mana yang lebih penting “berjaga-jaga” atau “berdoa”. Keduanya setara pentingnya. Dengan mengenal Tuhan lebih baik dan membangun hubungan dengan Tuhan, kita tidak akan terhanyut dalam kelemahan daging kita. Tetapi justru sebaliknya toh kita semakin dikutkan.
Cerita sedih ini tidak berhenti hanya sampai pada nenek yang pass away dan bayi yang lethal, namun sebelum ke dokterpun kami sudah mendengar berita duka. Orang tua dari adik ipar juga pass away. Setelah mengalami tindakan kuret, untuk mengeluarkan bayi yang lethal dari rahim, juga terdengar berita duka lainnya. Teman misionari dari seorang teman juga meninggal dunia dalam usia muda. Hari kamis, kami juga mendengar sahabat dari seorang anggota komsel juga meninggal dunia. Tadi, juga terdengar berita duka, kalau anjing galak di rumah tante, juga pass away. Wow… banyak sekali berita yang tidak menyenangkan ya…

Dalam kondisi duka, biasanya orang tidak dapat lagi untuk berdoa. Kondisi ini bukanlah kondisi sadar sepenuhnya. Dengan demikian perlu kondisi kita sadar. Ketika kita sadar dan berdoa roh kita dikuatkan. Jika kita tidak mampu membangkitkan diri kita untuk tetap tersadar, kemungkinan besar kita dapat terjebak di kesedihan masa lalu terus menerus.


Orang yang tidak punya visi cenderung untuk hidup dalam masa lalunya. So… kita harus memilih pada hari ini apakah kita mau bersuka cita atau tetap tinggal dalam kesedihan kita. Ketika kita bersukacita maka damai sejahtera dapat tinggal dalam hidup kita, sehingga kita dapat melanjutkan hidup. Damai sejahtera diberikan ketika kita memposisikan diri menerima damai sehatera itu. Jika kita tidak mau menerima damai sejahtera itu maka damai sejahtera itu akan kembali kepada si pengirimnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar