Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Rabu, 10 April 2013

Sesama Manusia

"Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN". Imamat 19:18

Ayat ini sangat mengagetkan saya. Betapa tidak, hanya karena sepenggal kata "sebangsamu", bisa membuat kita terlihat kristen atau hanya pengikut kristen. Dan kata ini benar-benar aneh, ya... mungkin hanya menurut saya. Ketika saya membaca ayat ini (bukan untuk yang pertama kali), namun mataku hanya tertuju pada "sebangsamu". So... berarti kita mengasihi hanya untuk teman-teman sebangsa kita saja kah? Benarkah ayat ini benar-benar tertulis dalam kitab Taurat?

Beberapa waktu aku hanya bisa diam dan merenungkan ayat ini. Bukan saja karena makna sebenarnya dari ayat ini tetapi juga seperti senggolan keras di masa pergumulan yang kami hadapi beberapa waktu ini. Pikiran ini sudah nyeracau kemana-mana, dan tak sanggup unutk melawan, hanya bisa diam. Dan terbukalah pengertian-pengertian yang tidak pernah aku sadari sebelumnya. Amazing!

Kata "sebangsa" di sini menunjukkan satu bangsa, yaitu Israel pada masa itu,.Tetapi seiring berjalannya waktu, "sebangsa" bisa saja merujuk ke "bangsa yang lebih spesifik". Seperti halnya Israel pada zamannya Rehobeam pernah terpecah menjadi Israel, yang dipimpin oleh Yerobeam, sang pemberontak, dan Yehuda yang dipimpin oleh Rehobeam. Yehuda hanya terdiri dari suku Yehuda dan suku Benyamin, sedangkan yang dimaksud Israel di sini adalah 10 suku sisanya. Kemudian Raja Omri, Raja Israel membeli suatu gunung yang kemudian ia namakan Samaria, sesuai dengan nama penjualnya, Semer (1 Raj 16:24). Kemudian dalam tahun kesembilan zaman Hosea, raja Asyur merebut Samaria (sepuluh suku) dan membawa mereka ke pembuangan (2 Raj 17:6). Dalam masa pembuangan mereka kawin campur dengan bangasa Asyur. Bukan hanya itu tetapi mereka menyembah berhala juga. (Itulah sebabnya orang Yahudi bermusuhan dengan orang Samaria, karena mereka dari benih yang tidak kudus. Orang Samaria, bagi orang Yahudi adalah orang yang benar-benar najis).

Kata "sebangsa" itu semakin ke sini semakin meluas hingga kepada pengertian "sesuku".  Dapatkah kita bayangkan jika kita hanya mengasihi orang-orang sesuku saja? Tentu tidak mengherankan jika praktik nepotisme sangat didukung. Tidak mengherankan, ketika aku berjalan-jalan melewati daerah yang kering di negeri ini tetapi pembangunannya sangat maju, dipelosok pun rumah gedong, jalan aspal. Ketika kumelintasi daerah hijau, mempunyai penghasilan alam yang melimpah ruah tetapi pembangunannya terkebelakang, jalan berlobang, tidak ada rumah gedong di pelosok, apalagi jalan aspal. Sangat ironis.

Kata "sebangsa" itu pun merasuk kemana-mana, rasanya tidak menjadi tuan di negeri sendiri. Dan sayangnya, gereja juga menjadi sasaran empuk nepotisme. Kata "sebangsa" ini sering didengungkan walau tak langsung. Perbedaan warna kulit, dialek, logat. Bagi yang tidak "sebangsa" sebaiknya disingkirkan dengan dalil attitude kurang lah, tidak pas lah, apalah.. apalah... Ya tergantung siapa yang di atas. Padahal Tuhan menciptakan keunikan agar sesama manusia dapat bekerjasama.

Apakah ini artinya "sebangsa"?

Dalam Lukas 10:25-37, seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus bagaimana cara memperoleh hidup yang kekal. Aneh banget kenapa seorang ahli Taurat bertanya bagaimana cara memperoleh hidup yang kekal. Bukankah tujuan hidup mereka hanya untuk hari kebangkitan, yaitu untuk memperoleh hidup yang kekal? Kemudian Yesus menjawab dia dengan tepat, "apa yang tertulis dalam kitab Taurat". Jawaban Yesus tidak seperti kita pada umumnya jika ditanya pertanyaan yang sama. Yesus hanya mengingatkan kembali pengertiannya tentang hidup yang kekal. Yesus tidak narsis dan berkata "Akulah jalannya".

Dan orang itu menjawab di ayat 25 "Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.". Ayat ini juga dicatat oleh Matius 22:37-39; Markus 12:29-30, yang sepertinya sealur. Seharusnya Lukas mencatatnya di Lukas 20, tetapi Lukas menyusunnya dalam Lukas 10:25 tepat di dalam kisah "Orang Samaria yang baik hati".

Pertanyaan ahli Taurat berikutnya membuat cerita ini menjadi klimaks  di ayat 29 "Dan siapakah sesamaku manusia?". Awalnya aku pikir ini pertanyaan bodoh. Tetapi...mari kita lihat. Orang Yahudi suka bersoal-jawab di pasar, di tempat-tempat pertemuan mereka lainnya. Untuk 'mencari pengikut' mereka harus menaklukkan. Caranya adalah mereka akan menyuruh murid mereka ke guru 'yang akan ditaklukkan'. Jika orang yang mendapat pertanyaan tidak dapat menjawab, maka orang itu sudah ditaklukkan dan orang yang ditaklukkan harus melakukan semua prinsip-prinsip yang menaklukkan. Itulah sebabnya banyak dari kaum-kaum Yahudia yang berlomba untuk memberi pertanyaan kepada Yesus. Mereka ingin membuat Yesus tampak bodoh, sehingga mau menjadi pengikut prinsip mereka. Hingga ahli Taurat ini melontarkan pertanyaan yang sepertinya tidak penting ini.

Atas pertanyaan ahli Taurat ini, Yesus mengkisahkan seorang Yeriko yang baru turun dari Yerusalem, which is dari Bait Suci. Seperti halnya kita sekarang, baru pulang gereja. Kemudian ia dirampok habis-habisan, dan dipukul. Kurang lebih kondisinya tidak dapat berjalan, lebam sana sini, sehingga benar-benar membutuhkan pertolongan. Tidak lama imam yang baru berkotbah lewat, orang Lewi yan baru saja melayani dia di gereja lewat juga, tetapi mereka hanya lewat tanpa menolong. Kemudian orang Samaria, which is yang sebenarnya musuh, najis, justru orang Samaria itu yang menolong orang yang baru pulang gereja itu. Orang Samaria itu membalut lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan anggur dan minyak. (anggur, minyak dan gandum adalah 3 hal penting yang sering disebut-sebut dalam kitab nabi-nabi kecil). Bukan hanya itu, orang Samaria itu juga menitipkan orang ini ke penginapan agar dirawat.

Yesus bertanya kepada ahli Taurat itu, "siapa sesama manusia dari orang yang kerampokan itu?". Pastilah jawabnya orang Samaria yang baik hati itu. So... dari sini kita dapat melihat bahwa siapakah sesama manusia itu, apakah orang yang "sebangsa" dengan kita? Ternyata Imamat 19:18 itu dialamatkan kepada orang Israel agar tidak bergaul dengan para penyembah berhala, sehingga dapat membela teman-teman sebangsanya.

Di zaman sekarang, siapakah sesama manusia itu?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar