Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Selasa, 12 Juli 2011

Kalau Bukan Kawan, ya Lawan

Kemaren saya membaca suatu pertanyaan "mengapa kita harus mengasihi musuh?". Ya.. respon pertamaku adalah "ya karena memang harus lah demikian". Tapi lama-kelamaan pertanyaan ini bak mendominasi hariku, maka kurenungkanlah pertanyaan ini.

Sering kita berkata "agar kita dapat mengasihi diri sendiri, orang lain, apalagi musuh... haruslah lebih dahulu kita mengasihi Tuhan". Benarkah?? Mengasihi adalah keputusan. Orang yang kita kasihi belum tentu mempunyai respon yang sama dengan kita yang mengasihinya. Jadi, mengasihi pertama kali haruslah berasal dari diri sendiri. Kasih yang Tuhan berikan itu adalah anugerah. Anugerah adalah hadiah. Sama seperti ketika kita memberi kasih kepada orang lain, berarti kita memberikan hadiah kepada orang itu. Kita tidak dapat berharap agar orang lain memberikan hadiah kepada kita terus menerus. Jika kita tau mengasihi itu baik, baiklah kita mengasihi. Jadi mengasihi adalah keputuan dari diri kita. Tuhan tidak pernah mengontrol kita supaya kita dapat mengasihi orang lain, tetapi Tuhan membuka pikiran kita, memulihkan 'saluran kasih' kita sehingga kita dapat mengambil keputusan untuk mengasihi.


Trus apa hubungannya dengan mengasihi musuh?? Kita sadari atau tidak, kita lebih sering melawan Tuhan daripada mengikuti-Nya. Seperti ada tertulis "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku". Adakah kita terus- menerus mengikuti Tuhan atau bersama dengan-Nya? Yang ada kita lebih sering excuse "ampun Tuhan aku harus lakukan ini..itu..." untuk menggunakan cara kita. Keseringan kita menggunakan cara kita sendiri tanpa kita membicarakannya dengan Tuhan, dan Tuhan menyetujuinya. Artinya saat itu kita sedang 'tidak bersama Tuhan', ya kan? Dengan kata lain saat itu kita agaknya melawan Tuhan.

Tuhan melatih kita terlebih dahulu untuk mengasihi musuh, yang jelas-jelas dapat terjangkau dengan mata jasmani kita, dan secara langsung dapat kita senggol, bisa kita timpuk, bisa kita teriakin. Tetapi mengajar kita untuk mengasihi orang yang 'tidak bersama kita'. alias musuh. Jika kita tak mampu mengasihi musuh, bagaimana mungkin mengasihi Tuhan?

Kita selalu berharap Tuhan dapat mendengar suara Tuhan secara audibel, tetapi Firman-Nya yang sudah tertulis jelas, kita sering alfa untuk mengikutinya. Kenyataannya jika kita tak mampu menaklukkan diri di bawah perinta Tuhan, maka kita adalah lawannya. Jika kita tak mampu mengasihi perintah2-Nya yang frontal dengan kita, berarti kita tak mampu mengasihi Tuhan. Apa yang terikat di bumi, terikat juga di surga. Jika kita  mampu mengasihi makhluk2 Tuhan yang 'amat baik', baik yang mendukung kita ataupun yang jelas-jelas adalah lawan kita, maka kita pun mampu mengasihi Tuhan. Mengasihi Tuhan yang tidak kelihatan, berawal dari mengasihi manusia yang kelihatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar