Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Sabtu, 07 Mei 2011

Permulaan Pengetahuan

Untuk memperoleh ilmu sejati, pertama-tama orang harus mempunyai rasa hormat dan takut kepada TUHAN. Orang bodoh tidak menghargai hikmat dan tidak mau diajar. 

Benar lah perkataan ini, bahwa awal untuk memperoleh pengetahuan adalah rasa hormat dan takut akan Tuhan. Beberapa hari ini topik diskusi dengan teman-teman adalah tentang 'dewasa'. Bagaimana menjadi kristen yang dewasa. Awalnya hanya candaan biasa, tetapi tak dapat menghidar dari pikiran-pikiran yang merindukan perubahan-perubahan yang lebih baik. Berawal dari bahasan tentang 'manusia tidak ada yang sempurna'. Hanya saja saya agak keras kepala mengatakan bahwa manusia harus bisa sempurna. Betul belum sempurna. Tetapi aku lebih suka bersikap seperti Paulus daripada yang lain. Aku lebih suka bersikap seperti Elia daripada Musa. Tetapi sama sekali tak mengurangi kepercayaanku akan totalitas alkitab.

Kembali ke topic ttg 'sempurna' yang akhirnya lari ke topik 'dewasa rohani'. Memang secara bahasa Indonesia, topik bahasannya jadi lari jauh. Tetapi jika kita melihat dari  "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Mat 5:48 terj ITB ). "Be perfect, therefore, as your heavenly Father is perfect." (Mat 5:48, terj NIV).

Kata perfect di sini dalam bahasa Yunani nya adalah teleios yang berarti: 
  • Dapat menguasai diri sepenuhnya
  • full grown = dewasa penuh
  • Kesempurnaan Tuhan itu absolut, tetapi kesempurnaan untuk manusia adalah relatif. Dengan demikian kesempurnaan manusia itu masih 'menuju', dalam bahasa Inggrisnya lebih tepat jika digunakan kata excellent yan g berarti sempurna yg masih berjalan (in progress) berbeda dengan kata perfect (kesempurnaan yang sudah berhenti). 
Berbeda juga dengan perfect yang digunakan dalam Ayub 1:8. Suatu atribut yang sudah pasti, karena Allah sendiri yang memberikan atribut perfect ini untuk Ayub, yang artinya:
  • integritas, komplit
  • saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1, 8)
Tuhan sendiri yang mempromosikan Ayub. Di Perjanjian Baru, Yesus sendiri lah yang mendapatkan promosi dari Bapa itu. Filp 2:9-10 "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan (huperupsóō) Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, ".
  • huperupsoo = (huper) above, high, elevate
Ada banyak kata 'sempurna' di alkitab. Tetapi penulis hanya mengetahui sedikit saja. Wahyu 3:2 "Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku". (Please CMIIW, just learn it)

Jika membaca text bahasa Indonesia ini, sangatlah bahaya keadaan Umat Tuhan. Tapi sebaiknya tidak terburu-buru menyimpulkan. Jika dilihat dari teks yang lain, sempurna di sini berasal dari plero, yang artinya 'membuat menjadi penuh'. Jika dilihat dari tensis nya juga yang memakai tense past perfect. Artinya dari sejak dulu hingga sekarang belum ada yang memulai untuk 'membuat menjadi penuh'. Tentu saja ini adalah warning bagi gereja Tuhan masa kini juga. Di awal kalimat disebutkan bahwa "Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati,". Artinya jika diberi warning, berarti masih ada kesempatan untuk bertindak, berubah. 

Berarti 'sempurna' yang Tuhan harapkan itu bukan sempurna yang sudah berhenti. Bahkan ke'sempurnaan' yang dicari adalah 'sempurna' yang baru dimulai pun sangat dihargai, namun sayangnya 'sempurna' yang baru dimulai pun tak ditemui.

Kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis adalah sempurna itu adalah suatu tindakan untuk menjadi sempurna. Itulah sebabnya penulis menyukai tulisan Paulus, "Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu". Padahal sebelumnya Paulus berkata "Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus". Kata 'sempurna' yang digunakan adalah sama-sama 'teleios' . Jika kita perhatikan kedua ayat di atas, yang pertama seolah-olah Paulus telah sempurna, tetapi yang kedua (yg pertama diucapkan), seolah ke'sempurnaan' belum diperolehnya. Benar adanya kesempurnaan kita belum penuh, tetapi in progress/ in journey. (Ini bukan proses, karena menurut saya proses itu statis, berbeda dengan progress yang terlihat dinamis. Di dalam progress, ada proses. Jika pembaca tidak setuju, I don't mind). Sekarang ini seharusnya kita berada pada jalur yang menuju kepada kesempurnaan. Jika kita tau bahwa kesempurnaan itu blameless (suci),unspotted (tak bercela), baiklah kita bersikap seperti adanya itu. 
Keyakinan untuk memperoleh sesuatu membawa kita ke arah yang dimaksud.

Kembali kepada judul: Permulaan Pengetahuan
Seharusnya dalam mencari ilmu pengetahuan dapat kita awali dengan pengenalan akan Tuhan sebagai dasarnya. Dalam Perjanjian Baru juga dikatakan Carilah dahulu Kerajaan Sorga, Seek first/ dahulu = proton = secara skala prioritas haruslah yang pertama dikerjakan. Makanya berulang-ulang Musa menasehatkan kepada Israel, "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu". 


Pernyataan yang berulang-ulang ini artinya sangat penting. Harus mendapat skala prioritas. Dalam segala hal, mengasihi Tuhan harus mendapat prioritas utama yang tak bisa ditawar (seharusnya).


Anak-anak pun sebelum disekolahkan harus terlebih dahulu mengenal Tuhan daripada mengenal huruf pertamanya. Mengasihi Tuhan harus lah ditanamkan dalam keluarga. Sejak kecil, anak-anak baik dibacakan Firman Tuhan. Mendengar Firman Tuhan adalah baik sebagai dasar hidup. Suatu kali, Firman yang sudah ditanam sejak dini itu akan tumbuh, dan memberikan peringatan kepada anak tersebut.


Benih Firman Tuhan yang ditanam itu akan membawa anak kepada kesempurnaan, kedewasaan penuh yang diharapkan.  







Tidak ada komentar:

Posting Komentar