Hanya pikiran spontan... hanya belajar...

Senin, 31 Januari 2011

Kita di Mata Tuhan

"Sebab mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat." 1 Pet 3:12

Siapa yang tak senang mendengar ayat ini, dan belum selesaipun ayat ini dibacakan, teriakan "Amin" sudah melimpah ruah. Apalagi si pendengar adalah "korban", maka rasanya ayat ini sangat meresap, menenangkan jiwa, mengajak adrenalin tuk menghasilkan kegembiraan. Dalam penderitaan yang kita alami, reaksi kita kebanyakan berharap supaya orang yang melakukan kejahatan kepada kita segera dihukum Tuhan, sebab memang banyak sekali yang dapat mendukung kita supaya Tuhan mau melakukan pembalasan. Kita anak Tuhan, Tuhan berperang ganti kita, Jika Allah di pihak kita siapakah lawan kita, dan ayat-ayat lain.

-000-

Ketika kita menjadi percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, saat itu kita menjadi orang benar. Artinya kesalahan kita dihapuskan, kita dibenarkan oleh Kristus, kita dijadikan orang benar. Jika kita orang benar, maka apa yang dikatakan Petrus, berlaku untuk kita, "mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar" dan "telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong". Bukan berarti orang benar ini sendiri tidak mengalami kemalangan. Maz 34:20 mengatakan bahwa "kemalangan orang benar itu banyak". Mungkin kemalangan untuk mempertahankan kebenaran dari pada nama baik, mungkin kemalangan untuk menjaga lidah dan tetap takut akan Tuhan, atau kemalangan ketersiksaan jiwa akibat ketidakadilan dimana ia tinggal.

Sementara di sisi lain, kepada orang jahat "wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat". Kepada orang jahat, Tuhan memberi penghukuman (punishment). Artinya, baik kepada orang benar atau orang jahat, tak luput dari pemandangan Allah. Tuhan tetap melihat apa yang dilakukan setiap orang, hanya saja 'perhatian-Nya' hanya tertuju kepada orang benar saja. Anyway, we know now, 'mata Tuhan' yang melambangkan perlindungan (protection) hanya untuk orang benar, yaitu orang yang dibenarkan itu. Idiom dari kata 'wajah' berarti melambangkan suasana hati atau perilaku pemiliknya. Jika dikatakan 'wajah Tuhan menentang' berarti Tuhan sedang memperlihatkan isi hati-Nya yang tidak menyukai orang jahat. Tentu saja Tuhan lebih memilih menghabiskan waktu-Nya untuk memperhatikan orang benar dibanding harus melihat kelakuan orang jahat yang sudah pasti memedihkan hati-Nya. Seolah-olah Tuhan menginvestasikan waktu-Nya yang sangat berharga itu lebih banyak kepada orang benar, dan menaruh kepercayaan atau tanggung jawab kepada orang benar untuk selalu melakukan hal-hal benar yang menyenangkan hati-Nya. Perhatian-Nya tak lepas dan selalu tertuju kepada orang benar, mungin Dia memperhatikan sambil tersenyum dan berkata "kamu sangat berharga bagi-Ku".





"haruslah engkau melakukan apa yang benar dan baik di mata TUHAN, supaya baik keadaanmu dan engkau memasuki dan menduduki negeri yang baik, yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu," Ul 6:18


Ini mungkin dasar dari ide Tuhan yang mengatakan "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, jiwamu dan akal budimu". Tuhan ingin interaksi dari kita, menyambut perhatian-Nya dengan kasih kita kepada-Nya. Karena kita sangat berharga bagi-Nya. Tuhan menginginkan hubungan yang harmonis antara kita dan Dia, untuk itulah Yesus rela memperbaiki hubungan yang telah rusak oleh dosa itu. Pantas saja kalau Dia menjadi sangat marah, atau sakit hati terhadap kelakuan orang benar yang menyimpang."...dengan melakukan yang jahat di mata TUHAN, sehingga mereka menimbulkan sakit hati-Nya." (2raj 17:17). Seolah-olah ayat ini berkata bahwa manusia dapat berbuat jahat di hadirat-Nya, sehingga Ia menjadi sakit hati.

Ketika kita diselamatkan oleh Kristus, tanda pengenal kita berubah, nama kita pun berubah, nama "Kristus" disematkan di nama kita. Kita menjadi anak-Nya, identitas Bapa melekat pada kita. Untuk itu kita perlu taat kepada Bapa, sebagai anak (secara keturunan).Hiduplah sebagai anak-anak (teknon) yang taat, 1Pet 1:14. Dan jika kita adalah anak (teknon), berarti kita harus mengikuti peraturan Bapa itu, standar-standar yang diberlakukan di rumah Bapa. Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia 1Pet 1:17. Artinya kita bernaung, berpayung di bawah aturan-aturan Bapa. Ada kewajiban yang harus kita lakukan, yaitu mentaati standar-standar, protokol, peraturan, hukum-Nya, dan ada hak yang akan kita peroleh yaitu berkat-berkat, kita sebagai ahli waris, dll. Ketika kita berjalan dalam aturan-aturan-Nya, tidak ada masalah antara kita dan Tuhan. Ketika kita mentaati hukum-Nya kita disebut takut akan Tuhan. Tuhan senang, kita diperkenankan. Tetapi ketika kita tidak taat terhadap peraturan Bapa (berulang kali tidak taat, bahkan sengaja melanggar), seolah-olah kita ingin memberontak dan keluar dari 'rumah Bapa'. Itulah yang memedihkan hati-Nya. Seolah-olah manusia itu ingin bernegosiasi terhadap hukum lain yang bukan hukum Allah, dan keluar dari naungan Allah, dan bernaung di bawah hukum lain. Itulah yang memedihkan hati Allah.

Nuh memilih untuk hidup bergaul dengan Allah (walked with God), sama seperti kakek buyutnya Henok yang bergaul dengan Allah. Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah. Kata yang digunakan juga sama 'halak'. Bahkan Allah menyebutnya Nuh perfect diantara orang sezamannya. Tapi Allah harus menunggu 69 tahun setelah menemukan Henok yang dapat hidup berjalan bersama-Nya. Metusalah dan Lamekh tidak dikatakan demikian. Perilaku yang berbeda itu, seolah-olah membuat Nuh menjadi golden boy nya Tuhan.Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. Kej 6:8. Padahal Tuhan tidak mempunyai anak emas. Tuhan mengasihi semua orang. Tuhan adalah Bapa atas segala ciptaan-Nya, Dia adalah Elohim. Tetapi kasih karunia tetap menjadi hak Dia, yang tidak dapat kita defenisikan harus diberikan kepada siapa.


-000-

Tentang kata 'halak', menurut Word Study: pergi, datang, berjalan. Ide dasarnya adalah movement = pergerakan, gerakan, irama. Seperti sungai yang mengalir, surutnya air banjir, angin yang bertiup, gelora laut, ular yang merayap. Secara metafora, berarti perilaku yang sama, mengikuti jalur, cara yang sama.


-000-

Seseorang yang hidup 'berjalan bersama Tuhan' dapat dilihat dari sikap hidupnya, selalu terrefleksi ke kehidupan yang kelihatan. Cara, prilaku dan segala sesuatu impact dari pergaulan tersebut. Dalam pergaulan dengan Tuhan, seseorang itu dapat ngeblend dan menerima pengaruh, dan pastinya prilakunya semakin baik dari hari ke sehari. Perubahan hidupnya disebabkan karena cinta kepada Tuhan saja, dan membutuhkan proses yang berulang-ulang dan intensif. Sudah pasti membutuhkan waktunya yang lama untuk dapat mengerti apa yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan. seperti halnya Henok, hidup bergaul dengan Tuhan tercatat selama 300 tahun. Jadi jika kita ingin bergaul dekat dengan Tuhan, kita harus mengusahakannya, menyediakan waktu, menyediakan telinga, merelakan diri untuk mengikuti-Nya. Tidak mudah namun bukan hal yang mustahil. Hidup 'berjalan dengan Tuhan' bukan berarti kita terus-menerus harus berdoa dan melalaikan tanggung jawab lainnya. Tetapi dalam seluruh hidup kita, kita sadar bahwa kita berjalan bersama-Nya, sehingga kita dapat mengenali suara-Nya, sentuhan-Nya, hardikan-Nya, hal-hal khusus yang hanya untuk kita saja. Masing-masing orang di'latih' dengan cara yang berbeda, jadi kita harus mengenalinya sendiri.

Tuhan sangat menginginkan kita untuk dapat berjalan bersama-Nya, mengalir bersama-Nya. Itulah sebab-Nya mata Tuhan selalu diarahkan kepada orang benar. Tuhan lebih senang jika kita dapat memberikan respon sebagai rasa cinta kita kepada-Nya daripada harus diarahkan dengan hukum atau aturan-aturan. Hukum Taurat seolah memaksa umat Tuhan untuk taat. Orang Israel harus mentaati hukum taurat, untuk dapat berkenan di hadapan Tuhan, tetapi lama kelamaan nilai-nilai yang seharusnya untuk menyenangkan hati Tuhan, malah menjadi aksi yang harus dilihat orang dan menjadi tren supaya dikatakan hebat. Kita mengenal sebutannya dengan agamawi. Mungkin hal ini didorong, banyak nabi-nabi yang diundang ke istana raja. Nabi-nabi yang dilihat hebat lah yang diundang. Undangan tersebut sudah pastilah disertai dengan 'salam tempel'. Dan lama kelamaan motivasi 'salam tempel' lah yang menjadi tujuan. Tak beda dengan zaman sekarang, ada juga beberapa orang yang melayani Tuhan dengan motivasi cinta uang. Cinta Tuhan sudah digeser menjadi cinta uang.
Marilah kita hidup benar di mata Tuhan. Jangan lah kita tega mendukakan hati-Nya lagi. Ketika Yesus dikirim ke dunia, Ia menjadi Imanuel bagi kita. Artinya Dia sangat dekat dengan kita, kita dapat langsung datang padanya tanpa harus dikendalikan oleh aturan ini dan itu. Melakukan taurat Tuhan itu baik, karena Hukum Taurat adalah penuntun (paidagogos) kepada Kristus, tetapi Kristus lah yang menyelamatkan bukan perbuatan melakukan hukum Taurat. Perbuatan Kristus datang ke dunia membuktikan Dia serius menunggu respon kita, Dia sudah lebih dekat lagi. Mencintai Tuhan berarti ada kesadaran untuk memberikan respon datang pada-Nya, bukan karena peraturan-peraturan, tetapi hasrat dalam hati yang sungguh ingin delalu dekat dengan Tuhan. Menjadikan Tuhan menjadi Imanuel bagi kita bukan berarti kita tak perlu waktu intimasi, waktu kita dapat menyembah-Nya tanpa permintaan. Sediakan lah waktu untuk datang kepada-Nya tanpa permintaan tetapi hanya membawa ucapan syukur saja, arahkan lah mata kita hanya kepada Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar