cerita pribadi
Tapi sayangnya... baru saja bertemu, kami mengalami sedikit masalah dengan parkiran... kemudian akhirnya bokap harus segera menghadiri meeting, yang mana inti dari kedatangannya. Dan akhirnya aku harus menunggunya. Sampai tertidur... bangun lagi... nonton.. belum juga kelar. Akhirnya... jam 6 baru beliau datang, dan kami pun mengobrol.
Begitu masuk kamar, beliau membawa berita duka yang disampaikan dengan biasa saja... so, aku juga menanggapinya dengan biasa "hah..!". Padahal kaget banget, shock dan tidak sanggup berkata-kata. Pengennya diam saja, tetapi kondisinya adalah aku datang bertemu untuk ngobrol. So.... kesedihan apapun disimpan dulu. Rasanya tidak rela menghancurkan momen indah, walaupun terserang berita duka.
Berita dukanya adalah my old maid, ya... dia sudah kami anggap nenek sendiri, she is pass away. Rasanya seperti disamber geledek di tengah lapangan. Nenek ini lah yang merawat kami kakak beradek dari bayi hingga dewasa. Nenek sangat loyal, dia bekerja sudah hampir 50 tahun. Kami tidak pernah tau berapa umurnya, jika dikira-kira mungkin umurnya 70an.
Tahun lalu adalah terakhir kali bertemu dengannya, dan hati ini berkata mungkinkah tahun depan dapat bertemu lagi? Dalam rasa gundah itu, paling ga dua minggu sekali aku menelponnya. Ya... dua minggu lalu terakhir aku ngobrol via telpon. Suaranya masih segar dan sehat. Aku pikir aman. Tetapi.... ternyata... ya perkiraanku tahun lalu benar. Dan aku sangat bersedih karenanya. Apalagi karena dalam 3 hari ini aku berusaha menelponnya tetapi tidak ada yang angkat telpon. Tapi seandainya pun ada yang angkat telpon, ternyata ia sudah tidak dapat berbicara, karena kira-kira seminggu atau dua minggu lalu ia jatuh di kamar mandi.
April lalu rasanya ingin pulang, kangen keluarga dan juga kangen masakannya. Tapi diundur hingga Agustus. Alasannya si jabang bayi belum cukup kuat untuk naik pesawat.
Aku tidak tau harus berkata apa. Aku benci menyesal. Karena itu aku tidak menyesal. Semasa hidupnya aku sudah berusaha lakukan yang terbaik untuknya. Setiap kali pulang, kusempatkan untuk membeli oleh-oleh, ataupun setiap kali ada yang bisa dititipin. Sekarang ia tidak ada lagi..... hikss..
Semasa kecil, nenek yang menjaga, merawat kami. Memasak, mencuci baju, setrika, mendongeng, tak lupa juga omelan-omelannya. Sedari kecil, kami selalu menganggapnya nenek sendiri. Sehingga kami tidak boleh memarahinnya, tidak boleh meneriakin, tidak boleh berkata kasar, harus dengerin apa katanya dan harus sopan.
Hal yang paling diingat dari semasa kecil... setiap lebaran ia pulang kampung, dan ia selalu menyelipkan beberapa puluh ribu di kantong kami untuk jajan. Padahal gajinya tidak besar. Ia mengambil gajinya pertahun. Ia benar-benar perhatian.
Well... dari dirinya aku belajar mandiri, tidak pelit dan tidak sombong. Ya.. dari kecil itu yang selalu didengar dari omelannya. Selamat jalan nenek.. we love you always. Hikss....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar