I called it Arcturus. Gugusan-gugusan yang menertawakan dan menari di atas kesederhanaan. Mengapa mereka tidak bisa berhenti, mengapa. Wahai... tembok abu yang tinggi. Ya.. engkau memang akan semakin tinggi tetapi akan semakin sendiri.
Lebih baik diam. Oh no... Aku ga bisa mengatakan apa-apa. *Belajar untuk mengendalikan diri*
Rasanya ga terima diperlakukan begini. Sakit hati, marah, tetapi... Ya kata "tetapi" itu dah pasti arti sebaliknya. Selalu ada kata "tetapi" dalam keadaan yang tidak menyenangkan. Keadaan tidak selalu baik. Perasaan tidak selalu dimanja oleh situasi, tetapi keputusan yang didorong oleh kehendak harusnya melebihi perasaan. Jika perasaan yang mengatur hidup kita, maka tempatnya ada di bagian paling atas dari tubuh manusia. That's why otak ada di bagian paling atas, di situ juga tempat berlogika.
Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu. (Efesus 4:26 ITB)
BE ANGRY, AND yet DO NOT SIN ; do not let the sun go down on your anger, (Eph 4:26 NASB)Minggu lalu di siaran Radio Heartline 100.6 FM, kami bicara soal "marah". Well, sebenarnya ga bermaksud untuk membahas itu lebih dalam, hanya untuk menyinggung sedikit saja, karena kan topik saat itu Efesus 4:16-32. Hmm... memang tidak seenak membicarakannya saat kita ada dalam situasi ini.
Mari kita bahas sedikit saja. Beberapa terjemahan yang harfiah seperti KJV, NASB, menuliskan "Marahlah... dan jangan berbuat dosa". Artinya kita memang boleh marah. Bukan sekadar boleh marah tetapi disuruh marah, saat memang harus marah. Kita tidak boleh menahan-nahan kemarahan sehingga menumpuknya menjadi kepahitan. Hanya dua pilihannya, pertama lepaskan pengampunan dan berdamai atau yang kedua sok cool, menahan amarah, tetapi juga menimbun kepahitan. Akibatnya kita akan membenci lebih dalam. Iblis senang dengan orang yang terperangkap dalam kemarahan.
Saya hanya menasehatkan teman-teman muda, "jangan pernah tidur dalam keadaan marah". Ada ayat yang mengatakan "Tuhan memberkati kita saat kita tidur", tetapi ada juga ayat yang mengatakan saat kita tidur, ada juga yang menaburkan benih yang jahat. Jadi saat seseorang tidur dalam kemarahan, benih jahat yang ditaburkan mendapat tanah yang subur. Bisa saja benih jahat ditaburkan saat tidur, tetapi kalau ia tidak bertemu dengan tanah yang subur, maka benih itu tidak akan bertumbuh.
Beberapa tahun lalu saya pernah berkomitmen untuk ga marah, hmm.. hanya berhasil selama 2 tahun saja, dan akhirnya pecah juga kemarahan itu.. haha. Mulai dari saat itulah saya belajar bahwa marah itu perlu juga ya.
Apa perlunya marah? Sebenarnya marah adalah luapan emosi akibat kekesalan, atau bisa juga untuk memperingati orang. Jika kita menyimpan amarah kita ketika seharusnya memang kita marah, akibatnya anggota tubuh Kristus lain menganggap kita baik-baik saja, padahal kita sedang marah dengan dia. Akibatnya ada "jembatan" yang terputus. pastinya ktia berusaha menjauhkan diri kepada orang yang mengesalkan kita itu. Akibat pastinya adalah tubuh Kristus tidak berfungsi dengan baik. It's bad friends. Padahal tujuan hidup kita kan untuk memenuhi rencana Tuhan. Rencana Tuhan itu pengen klo tubuh-Nya itu berfungsi dengan baik di bumi ini.
Marah di sini bukan berarti teriak-teriak ga karuan. Meluapkan emosi sejadi-jadinya. Ya ga gitu juga kalee. Saya pernah menulis ini di twitter saya... (saya ingat-ingat dulu yaa... so tua lei), "ketika kita marah, orang yang dimarahi itu harus tau tujuan kita marah. Jika mereka tidak mengerti, maka berhenti saja, karena ga guna". Jadi marah itu bukan hanya untuk meluapkan emosi yang terperangkap, tetapi juga menyampaikan maksud, agar apa yang kita kerjakan bisa berjalan seperti seharusnya.
Ya itu saja cerita singkat tentang siaran radio dengan topik "marah". Yups.. kurang heroik sehh. Dan terlihat kurang rohani ya. Koq ada sih orang yang nyuruh "marah". Ya.. silahkan lanjutkan ayatnya "..dan jangan berbuat dosa".
Kemaren, rasanya gw tuh esmosi begete deh. Gw rasanya dicurangi abis. Kesal, pengen meledak. Memang gw ga langsung menyampaikan rasa marah itu ke orang tersebut. Hampir juga terperangkap dalam emosi kemarahan itu. Gw hanya bisa bilang ke Tuhan, "Tuhan gw kesal... marah.. kenapa begini.. kenapa begitu..". You know... doa gw isinya marah2 aja. Tapi thanks God, Tuhan ga mengkotbahi gw dengan segala Firman-Nya yang sudah tertulis. Dia menerima semua keluhan-keluhanku aja. Pffiiuuhh... bersyukur banget punya Tuhan yang sabar banget dan penuh pengertian. Ada ruang kemarahan yang tersedia, tanpa harus dihakimi. Akhirnya gw diem sendiri. Dan mulai klak klik handphone gw yg lumayan smart. Liat-liat fb orang, dan berhenti pada satu status fb kira-kira isinya gini "masalah terbesar sebenarnya bukan masalah itu, tetapi bagaimana kita meresponinya". Ya... gw juga pernah nulis ttg hal itu, dan sekarang diingatkan lagi. Trus gw uraikan lagi masalah yang buat gw marah... deuhh... klo dipikir-pikir ga masalah-masalah banget sih. Tapi karena gw merasa orang ini menusuk gw lah, apalah.. merendahkan gw lahh... nah.. di situlah masalah itu jadi gede.
Kadang-kadang perlakuan jahat yang dilakukan orang yang dekat dengan kita membuat kita merasa lebih sakit daripada yang dilakukan orang yang jauh dengan kita. seperti yang dikatakan dalam Efesus 4:30 ITB "Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan". Roh Kudus berduka karena yang mendukakanNya itu dekat denganNya.
So.. apa yang saya lakukan dengan kemarahan saya tadi? Saya melepaskan pengampunan saja. Saya memang ga mau sok rohani, tetapi ini yang saya lakukan, saya melepaskan pengampunan. Terlepas dari apapun yang orang lain lakukan terhadap saya. Saya terbebas. Respon "marah" itu tidak terperangkap dalam hati saya lagi. Tadinya memang saya mau marah ke orang tersebut langsung, karena secara.. gw yang bener. Gw punya bukti. Tetapi gw inget-inget nih... Yesus aja, Sang Benar, tidak mempertahankan kebenaran itu, toh Ia rela mati di kayu salib demi orang yang ga benar itu. Dan saya juga mengingat bahwa saya belum mampu mengontrol emosi saya, ya.. saya datang saja ke Tuhan dan mengungkapkan semuanya kekesalan saya. Dalam waktu yang sama juga saya minta Tuhan ajarkan saya bagaimana melepaskan kemarahan agar ga terjadi berantakan. Saya juga minta ke Tuhan agar memberikan saya jalan keluar.
Well... saya memang belum melakukannya dengan empurna, aniway.. I'm doing good, right? haha.
Malam ini, yang masih nyimpen kemarahan, jangan bobo dulu yaa... selesaikan dulu kemarahan itu. Jangan berikan lahan subur bagi benih yang jahat untuk tumbuh subur.
Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." Kejadian 4:7 ITB.