*artikel ini hanya diary hari ini...
Mengisi malam minggu dengan mengetik sebuah artikel. Sebenarnya badan ini lelah, ngantuk, kepala pusing tapi rasanya kekuatan masih ada, mau dikemanakan adrenalin yg berlebih ini klo ga mengerjakan sesuatu yang disukai.
Hari ini sangat luar biasa. Rasanya puas bisa berbagi dengan anak-anak sekolah. Bangun kepagian, membangunkan alrm yang jam 4an itu. Kemudian cerita ini dimulai....
Kami memberikan training leadership di satu sekolah internasional, dan saya nyempil menggantikan beberapa teman yang ga bisa keluar rumah karena kebanjiran. Pengalaman yg luar biasa. Memang bagi sebagian orang bukan sesuatu yang luar biasa banget tetapi bagiku pengalaman ini luar biasa. Dengan latar belakangku yang pelit bicara di depan public, hari ini jadi pribadi yang berbeda dari biasanya.
Saya kebagian di "Post Pancasila". Bukan post yang membuat "wow", saat mendengarnya. Tugas anak-anak hanya menyusun kata-kata yang dipotong2 menjadi susunan butir-butir pancasila. Hmm... ga nyangka klo mereka bias menyelesaikannya hanya dalam waktu 2-3 menit saja. Kemudian kami berdiskusi tentang Pancasila. Jawaban dari anak-anak SMU yang ga pernah disangka-sangka. Sebelumnya kami mendengar bahwa biasanya anak-anak internasional mempunyai semangat nasionalisme yang payah banget. Tetapi di sini kami dapat menyaksikan mereka punya semangat nasionalisme yang lumayan okey. Dari mulut anak-anak muda ini (*perasaan dah tua), saya bias mendengar opini mereka tentang negeri ini. Karena waktu masih tersisa banyak, sementara permainan sebenarnya sudah berakhir, maka saya pun berimprovisasi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan provokasi kepada mereka. Tujuan saya hanya mengajak mereka berpikir. Misalnya "apa yang ingin kamu sampaikan kepada Pak Jokowi klo kamu bertemu dengan beliau?". Jawaban-jawaban simple yang mereka lontarkan "Pak terima kasih", atau ada juga yang bilang "Pak tolong dong kemacetannya dikurangi". Kemudian saya tanya lagi "kamu punya ide apa untuk mengurangi kemacetan?". Ada jawaban yang sangat bagus "pengguna mobil dikurangi, harga mobil dimahalin, trus pada naik bus aja". Trus saya tanya kepada seluruh peserta yang ada di dalam grup (1 grup 10 orang), "emangnya kamu mau pergi ke sekolah naik bus?". Haha... 80% menjawab "mau". Wow.... luar biasa kan.
Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang provokatif untuk mengajak mereka berpikir, tentang banjir, korupsi, dunia, dll. Dari jawaban mereka membuat saya belajar dan berefleksi diri. Anak muda butuh teman untuk berpikir. Mereka sangat suka untuk diajak berpikir oleh orang dewasa. Mereka hanya butuh dianggap dewasa, mereka ingin didengerin aja.
Kamis lalu, ketika komsel, ada pertanyaan yang bagus dari seorang teman "siapa sih next generation itu?". Sebelum pertanyaan itu dilontarkan, kami sudah berdiskusi tentang apa yang kita lakukan sehari-hari yang berdampak bagi the next generation. Menurut saya next generation adalah generasi yang akan menggantikan posisi kita nantinya. Well mungkin saudara ga setuju dengan saya, it's ok.
Tiga hari lalu saya merayakan 11 tahun datangnya saya ke kota ini (haha.. ga penting ya). Pesen gembala saya sebelum pergi "tetap ke gereja ya". Tetapi sebelumnya beliau bilang, klo mau pergi harus siapin dulu orang pengganti kamu sebelum kamu pergi. Artinya saya harus nyiapin pengganti saya sebelum pergi. Well... saya termasuk orang yg ga berhasil mempersiapkan secara langsung pengganti saya. Paling ga saya berhasil mempromosikan beberapa orang untuk "naik" supaya mereka bisa lebih gila lagi dalam berprestasi. Intinya saya berhasil mempromosikan mereka (di kota asal saya) agar saya juga bisa mengejar mimpi saya. So... paling ga di kota asal saya, saya telah melihat my next generation (in music, banner dance, dll), bahkan mereka bisa lebih baik dari saya, membuat saya bahagia. apakah dengan demikian saya mendapat penghargaan, I don't care.
Mari kita melihat dunia, sekeliling, semua sedang sibuk mempersiapkan generasi baru, tunas muda. Lihat saja di tv. Mari kita membantu generasi di atas kita agar hikmat mereka bisa tersalur (dan tetap hidup) di generasi berikutnya. Jangan pernah takut kehilagan ide, jangan pernah takut kehilangan power. Justru ketika kita merasa kehilangan power, segera... sesegera mungkin membangun generasi yang melanjutkan power itu. Dengan membangun generasi baru, mereka akan menghormati kita, sehingga power itu tetap ada. Hal yang saya titipkan kepada teman-teman anak-anak SMU, saya katakan "kita orang muda harus mengembangkan kreatifitas kita". Karena saya selalu belajar kreatifitas dari orang muda, dan belajar hikmat dari orang tua. Saya sering mengamati bagaimana kreatifnya anak2 belasantahun ini. Makanya saya sangat bersemangat ketika diajak untuk memfasilitasi anak SMU.
Saya adalah produk "generasi baru" dari generasi sebelum saya. Saya sangat berterima kasih kepada mereka yang ga menolak saya ketika saya datang ke beliau-beliau dan saya katakan saya mau belajar. Sampe sekarang pun ada generasi sebelum saya yang mau ditanya, mau mementori, dengan senang hati berbagi ilmu. Kamsia bapa-bapa katua. hehe.
Ok deh... saya hanya ingin bilang please... kiranya kita tidak menolak the next generation yang sksd (sok kenal sok dekat), yg ingin belajar dari kita. Kita harus mengingat tujuan besarnya... God's purpose. Semoga saya berkenan mengajak saudara-saudari untuk mempersiapkan generasi berikutnya... hanya dengan sekadar mendengar, berbagi, menyemangati, bercerita "uhuukk..uhukk... opa dulu.. berjuang.... tapi Tuhan tolong... uhukk..uhuukk". Hehe.