Siapa yang tak senang mendengar ayat ini, dan belum selesaipun ayat ini dibacakan, teriakan "Amin" sudah melimpah ruah. Apalagi si pendengar adalah "korban", maka rasanya ayat ini sangat meresap, menenangkan jiwa, mengajak adrenalin tuk menghasilkan kegembiraan. Dalam penderitaan yang kita alami, reaksi kita kebanyakan berharap supaya orang yang melakukan kejahatan kepada kita segera dihukum Tuhan, sebab memang banyak sekali yang dapat mendukung kita supaya Tuhan mau melakukan pembalasan. Kita anak Tuhan, Tuhan berperang ganti kita, Jika Allah di pihak kita siapakah lawan kita, dan ayat-ayat lain.
Ketika kita menjadi percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, saat itu kita menjadi orang benar. Artinya kesalahan kita dihapuskan, kita dibenarkan oleh Kristus, kita dijadikan orang benar. Jika kita orang benar, maka apa yang dikatakan Petrus, berlaku untuk kita, "mata Tuhan tertuju kepada orang-orang benar" dan "telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong". Bukan berarti orang benar ini sendiri tidak mengalami kemalangan. Maz 34:20 mengatakan bahwa "kemalangan orang benar itu banyak". Mungkin kemalangan untuk mempertahankan kebenaran dari pada nama baik, mungkin kemalangan untuk menjaga lidah dan tetap takut akan Tuhan, atau kemalangan ketersiksaan jiwa akibat ketidakadilan dimana ia tinggal.
Sementara di sisi lain, kepada orang jahat "wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat". Kepada orang jahat, Tuhan memberi penghukuman (punishment). Artinya, baik kepada orang benar atau orang jahat, tak luput dari pemandangan Allah. Tuhan tetap melihat apa yang dilakukan setiap orang, hanya saja 'perhatian-Nya' hanya tertuju kepada orang benar saja. Anyway, we know now, 'mata Tuhan' yang melambangkan perlindungan (protection) hanya untuk orang benar, yaitu orang yang dibenarkan itu. Idiom dari kata 'wajah' berarti melambangkan suasana hati atau perilaku pemiliknya. Jika dikatakan 'wajah Tuhan menentang' berarti Tuhan sedang memperlihatkan isi hati-Nya yang tidak menyukai orang jahat. Tentu saja Tuhan lebih memilih menghabiskan waktu-Nya untuk memperhatikan orang benar dibanding harus melihat kelakuan orang jahat yang sudah pasti memedihkan hati-Nya. Seolah-olah Tuhan menginvestasikan waktu-Nya yang sangat berharga itu lebih banyak kepada orang benar, dan menaruh kepercayaan atau tanggung jawab kepada orang benar untuk selalu melakukan hal-hal benar yang menyenangkan hati-Nya. Perhatian-Nya tak lepas dan selalu tertuju kepada orang benar, mungin Dia memperhatikan sambil tersenyum dan berkata "kamu sangat berharga bagi-Ku".