Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,
teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.
Dalam hidup kita, kita selalu dituntut untuk mencapai suatu kesempurnaan. Tetapi sering kali kita menyatakan diri bahwa kita bukan orang sempurna, sayangnya kita cenderung menuntut kesempurnaan orang lain. Saat kita menuntut orang lain, masuk ke area privasi orang lain, mengganggu masalah orang lain, di situlah persoalan mulai timbul. Kita mendengar Firman Tuhan, tetapi kita tidak mau menerima Firman itu untuk kita sendiri melainkan untuk menghakimi orang lain, "ah.. ini buat dia nih cocoknya", dan kita merasa benar sendiri. Paling tidak enaknya jika kita diperlakukan demikian dengan orang lain. Tuntutan untuk kesempurnaan ini tentu saja membuat orang merasa tidak nyaman. Ada yang menghasilkan hal positif dan tidak sedikit juga yang justru menghancurkan suatu hubungan.