ditulis 9 November 2009
Pada suatu kali, Gerombolan orang majus sedang bersiap-siap mengunjungi bayi Yesus. Wow.. mereka banyak sekali. Mereka datang dari timur, mereka adalah orang-orang pintar, ada ilmuwan, ada pedagang, dokter. Mereka jago membaca peta dan bintang. Orang majus juga membawa budak-budak untuk menjadi pengawal supaya tidak dirampok di tengah jalan. Perjalanan menuju Betlehem adalah jauh sekali. Jadi mereka harus menyiapkan perbekalan mereka. Bawa makanan, minuman, dan peralatan perang juga, mana tau mereka disergap musuh di jalan.
“Hayoo…. Kibin, kamu kemana aja, apakah kamu sudah menyiapkan makanan kesukaanku? Obat tidurku? Buku-buku? Kompas? Tombakku, baju-bajuku?”
“Sudah Tuan Chang, hamba sudah menyiapkan semuanya”, seru Kibin. “Tuan sudah ditunggu oleh rombongan di halaman”.
“Mari kita berangkat Kibin, jangan sia-siakan waktu, Sang Raja sudah menunggu kita. Kita tidak punya waktu lebih lama lagi. Perjalanan pasti lama sekali”. Tuan Chang beserta teman-temannya pun berangkat menuju Bethlehem. Mereka harus menempuh perjalanan darat dan laut yang sangat jauh sekali. Mereka harus melawan ombak besar di lautan beserta para bajak laut yang iseng. Belum lagi mereka harus melewati para perompak padang gurun. Tetapi mereka bukanlah orang-orang yang mudah menyerah, mereka tetap maju terus. Mereka punya satu tujuan, yaitu menemui Bayi Yesus, Sang Raja yang telah lama dinanti.
Orang-orang majus berasal dari Timur, Asia. Nenek moyang mereka sudah sering berdagang ke Yerusalem pada zaman Raja Daud. Apa saja yang dilihat dan dialami nenek moyang mereka diceritakan turun-temurun kepada mereka, sehingga anak cucu mereka bisa tau kabar tentang kelahiran seoarang Raja Mulia, Yesus.
“Turunkan jangkar, kita sudah sampai sekarang”. Tidak terasa waktu setahun lebih telah terlewatkan. Tetapi mereka belum benar-benar sampai. Mereka harus berjalan lagi… lagi dan lagi. Tidak mudah untuk memimpin rombongan yang besar itu. Para pengawal juga harus diperhatikan supaya tidak ada yang memberontak.
“Heyy… lihat, bintang yang terang itu. Kita harus berjalan mengikuti arah bintang itu. Hayoo jangan malas, kita hampir sampai.” Merekapun berjalan terus berjalan mengikuti arah bintang.
“Waduhh… masih jauh yaa, pegel nehhh”
“Dasar kamu, ngomel terus kapan dewasanyaaa”.
“Pren, istirahat dulu, ngosh… ngoshan nehhh”.
“Yaudah kita istirahat dulu, hei… siapa yang bertugas jaga malem nih, jangan sampai emas yang kita bawa dirampok orang. Kita sudah berjalan sejauh ini. Aku tidur dulu yaaa, cu gut nait.”
“Ohh… aku kangen mama”
“Sama nih, biasannya kan mama buatin susu coklat”
“Woiii… bisa diem ga sehhh udah malem nehhh, besok kita harus jalan lagi neh… apa lu mau gendong gw besok”
“ Tak gendong… kemana-mana…”.
“Beriiiisssiiiikkkkkk…”
Tettttttttttt…… sirene panjang harus dibunyikan, tanda waktunya tidur.
“Tok.. tok…tok… Good morning…. Permisi Tuan-tuan, waktunya Sarapan pagi”
“Kibin, ga tau ya.. aku masih ngantuk? Huaahh…”
“Maaf Tuan, tapi kita harus segera berangkat”
Setelah selesai sarapan mereka pun berangkat, beramai-ramai. Ga nyampe-nyampe juga. Pasukan pada kelelahan, belum lagi kuli yang bertugas mengangkat emas, mur dan kemenyan. Banyak sekali yang mereka bawa. Pasti perlu usaha besar.
Akhirrrrrnyaaaa…. Nyampe juga. Mereka berhenti tepat di bawah bintang terang itu. Upsss…. Para pengawal Herodes dah nyegat mereka. Ooo…ooww, troubles come.
“Berhentiiii!! Apa-apaan ni, rame-rame, kalian mau demo yaaa? Banyak sekali emas, mur kemenyan, kalian perampok yaaa…. Kalian kami tangkap!!”
Semua rombongan di bawa ke istana Herodes. Mereka harus diwawancarai oleh Herodes dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyiksa jiwa.
“Mau apa kalian dating ke negeri ini?” Tanya Herodes
“Kami hendak menemui Raja Mulia yang baru lahir di kota Bethlehem”
“Hahh.. Raja? Akulah raja di sini, apa kalian mau mati membusuk di penjara?
“Bukan begitu Tuan Raja, tidakkah Tuan tau Yesus, Sang Raja Mulia telah lahir di kota ini?
“Hahh… ga tau tuhh”
(bisik bisk..) ”Ihkhh.. ni raja ga gaul banget deh”
“Ok, kalian kulepaskan, tapi jika kalian dah ketemu raja yg kalian maksud itu, lapor sama aku yaaa… supaya aku bisa dating menyembahnya juga. Kan ga enak sesame raja ga saling ngunjungin”.
“Ok deh Tuanku Raja, kami minta diri”
Akhirnya mereka dilepas oleh Herodes. Mengikuti arah bintang lagi. Eh… ketemu dengan gembala di padang. Nanya-nanya sama gembala, dan akhirnya gembala membawa rombongan itu ke rumahnya.
“Hahhh…. Ga salah nehhh… koq Raja lahir di rumah gembala, ini mah kandang.”
“Sttt…. Lu yakin Chang? Kita ga salah alamat neh?”
“Diem luu… ga liat tuh bintang terang yg kita ikutin berhenti di atas rumah ini. Lu sendiri kan yang ngitungin jarak, kalkulus, sudut elevasi. Udah deh.. masuk aja. Kita liat apa nih gembala nipu kita apa ga”.
Akhirnya mereka masuk dan melihat Bayi Yesus, Maria dan Yusuf ada di situ. Spontan mereka semua sujud menyembah Bayi Yesus nan mungil dan berkharisma itu. Rombongan lain yang ga muat masuk ke dalam rumah juga sujud di luar rumah. Wihhh.. hebohhh… tetangga juga pada celingak-celinguk liat aya naon, what happening. Persembahan pun dikeluarkan diletakkan dihadapan Raja Mulia, Yesus Kristus. Kelelahan mereka pun sirna ketika melihat Sang Bayi. Air mata pun menitik.
Adik-adik, Yesus telah lahir buat kamu dan saya. Mari bawa persembahanmu yang terbaik kepadaNya. Yesus sayang kepada semua anak-anak. (iyut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar