Tulisan
ini tidak cukup ilmiah, namun jika Anda mau dapat menjadikannya sebagai bahan
pertimbangan. Sebenarnya artikel ini ditulis karena seorang teman yang
bertanya. Ia sudah pernah bertanya pada waktu percakapan tidak resmi, “dimanakah Yesus ketika berusia 13 sd 30
tahun?”, ya.. saya pikir hanya sekadar mencairkan suasana atau ya
pertanyaan iseng saja. Tetapi ketika kami berkunjung ke rumahnya, ia bertanya
lagi pertanyaannya yang sama. So… I think ga mungkin dijawab dengan jawaban
bakusedu (baca: bercanda). Sebenarnya ketika kami berkunjung ke rumahnya, saya
langsung menjawab pertanyaannya itu, tetapi tampaknya dia tidak puas. I’m sorry
my friend, I’m still in progress, gw ga pinter-pinter amat, juga ga bego-bego
amat. Haha… (Kalau bilangin diri sendiri bego, berarti menghina ciptaan Tuhan
lohh.. hati-hati!).
Beberapa
hari ini saya sering ditemani oleh buku-buku dan speech audio, karya Philip J
King, David Pawson, Bill Johnson, James Goll, John (Injil Yohanes), dan
kitab-kitab lain di Alkitab. Pastinya dalam penulisan ini saya terpengaruh
dengan apa yang saya baca dan dengar. Tentu saja ketika membaca dan mendengar
karya-karya mereka masih terngiang-ngiang pertanyaan teman tadi, mana tau
menemukan jawaban tak terduga sebelumnya. Hmm.. tentu saja saya mendapatkan
beberapa jawaban. But… bukan mereka yang menyatakan demikian, ini hanyalah perspektif saya saja. Semoga,
teman-teman pembaca yang sudah merelakan waktu membaca blog ini, cukup puas
dengan jawaban saya.
Jawaban
yang langsung terlontar saat pertanyaan itu diberikan adalah berdasarkan injil
Tomas. Namun tentu saja jawaban itu tidak akurat karena injil Tomas sendiri
tidaklah masuk dalam kanonisasi. Dan juga
masih ada alasan lain sehingga injil Tomas ini tidak dapat dijadikan acuan
jawaban. Hal ini juga ditentang oleh Pawson. Tetapi saya tidak akan membahas
ini lebih lanjut, karena ini bukan fokusnya.
Berikut
adalah petikan injil Tomas yang saya dapat dari browsing internet, from The Complete Gospels. Annotated Scholars
Version. Revised and Expanded Edition, yang disunting oleh Robert J. Miller
(Sonoma, California: Polebridge Press, 1992, 1994) hlm. 369 ff.
Ketika kanak-kanak
Yesus berusia lima tahun, dia bermain-main di arungan arus air yang mengalir.
Dia membendung aliran air ini lalu mengarahkannya ke kolam-kolam dan segera
membuat airnya bersih dan bening. Dia melakukan hal ini hanya dengan satu kali
perintah. Kemudian dia mengambil tanah liat dan membuatnya lunak, lalu dari
tanah liat ini dia membentuk dua belas ekor burung pipit. Dia melakukan hal ini
pada hari Sabat, dan banyak anak lelaki lain bermain bersamanya.
Tetapi ketika
seorang Yahudi melihat apa yang dibuat Yesus pada waktu dia sedang bermain-main
di hari Sabat, segera orang ini pergi menjumpai Yusuf, ayah Yesus, lalu
berkata, “Mari lihat, anakmu sedang berada di arungan air dan telah mengambil
lumpur lalu membuat dua belas burung-burungan darinya, dengan demikian dia
telah melanggar hari Sabat.”
Maka Yusuf
mendatangi anaknya, dan segera setelah dia menjumpainya, berteriaklah dia,
“Mengapa engkau melakukan hal yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?” Tetapi
Yesus hanya menepuk-nepuk kedua belah tangannya dan berseru kepada
burung-burungan itu, “Terbanglah jauh-jauh, hiduplah, dan ingatlah aku!”
Seketika itu juga semua burung pipit itu melambung dan terbang jauh dengan
sangat ribut.
Orang-orang Yahudi
memperhatikan semua hal ini dengan keheranan, lalu meninggalkan tempat itu
untuk melaporkan kejadian ini kepada para sesepuh mereka tentang apa yang
mereka lihat telah dilakukan Yesus.
Kisah lain, dari
injil Arabik mencatat ketika Maria sedang memandikan Yesus, datanglah seorang
ibu yang membawa anaknya yang sedang sakit, kemudian air mandi Yesus dipercik
kepada anak yang sedang sakit itu, kemudian anak itu menjadi sembuh. Dan juga
buku yang ditulis tahun 1907 oleh
Nicolas Notovich, “The Unknown Life of
Jesus Christ”, mengisahkan tentang keberadaan Yesus di Himalaya ketika
berusia 13-30 tahun dan juga setelah penyalibanNya, dan akhirnya Ia dikuburkan
di Kashmir pada usia 120 tahun. Katanya kisah ini sudah difilmkan “Jesus in The
Himalaya”. Tulisan non kanonik ini juga tidak dapat dijadikan dasar karena
tidak ada yang dapat membuktikannya. Dan banyak sekali bermunculan
tulisan-tulisan non kanonik pada abad ke-2, seperti injil Yudas, Maria
Magdalena, Injil Petrus, Filipus dll. Bapa-bapa gereja saja tidak menggunakan
sumber-sumber ini, karena mereka hanya tertarik pada apa yang tercatat dalam
alkitab (tulisan yang sudah dikanonkan).
Pendapat lain datang
dari Philip J King dan Lawrence E Stager, penulis buku “Kehidupan Orang Israel
Alkitabiah”, bahwa orang Israel pada masa Perjanjian Lama tidak begitu menaruh
nilai kepada kehidupan anak-anak. Menurut Philp, masa remaja pun masih dianggap
sebagai masa kanak-kanak, mereka hanyalah orang dewasa yag masih kecil. Kita
dapat melihat di sini fokusnya bukan pada anak-anak tetapi pada orang tua dan
bagaimana orang tua mendidik anak-anak mereka sesuai dengan Taurat Tuhan.
Didikan kepada anak-anak itu penting, tetapi anak-anak hanyalah objek.
Anak-anak harus menghormati orang tua mereka. Bahkan pengertian hormat yang
berlebihan itupun disamakan dengan taat. Padahal perintah dalam Taurat
“Hormatilah orang tuamu..”, bukan “Taatilah orang tuamu..”. Pengertian itupun
masih berlanjut sampai zaman sekarang, melampaui benua dan samudera. Orang tua
adalah fokusnya.
Menurut pengertian
saya, kemungkinan murid-murid Yesus mengusir anak-anak yang dibawa kepada
Yesus, hanya karena kebiasaan mereka pada saat itu yang menganggap anak-anak
tidak begitu penting dalam tatanan masyarakat (Mark 10:16). Anak-anak dianggap
pengacau saja, dan sebaiknya mereka di rumah saja dan tidak member pendapat
apa-apa. Yesus lah yang memberi nilai kepada anak-anak. Kemudian ketika
peristiwa 5 roti dan 2 ikan, Yohanes menyebutkan dan menuliskan dengan jelas
bahwa peristiwa memberi makan 5000 orang laki-laki (kemungkinan ada 15.000
orang) berasal dari bontot seorang anak kecil. Seorang anak kecil yang tadiny
tidak dianggap menjadi begitu penting karena hanya dia pada waktu itu yang
membawa bontot. Dan Yesus member nilai kepada bontot anak kecil itu. Ia
memberkatinya, memecahkannya dan membagikan kepada murid-murid, dan murid-murid
membagikan kepada orang banyak. Bayangkan, bontot seorang anak kecil dapat
memberkati 15.000 orang.
Yesus, hidup di
zaman akhir Perjanjian Lama dan awal Perjanjian Baru. Sama seperti sepupunya
Yohanes Pembaptis yang dikenal sebagai nabi terakhir dalam Perjanjian Lama dan
nabi pembuka dalam Perjanjian Baru. Walaupun mereka sepupuan, agaknya mereka
tidak saling kenal, sampai peristiwa baptisan Yesus (Yoh 1:32-34). Yesus hidup
dalam asuhan Yusuf dan Maria sebagai orangtua-Nya. Sejarah hidup Yesus terhenti
sampai Ia berumur 2 tahun (Mat 2:16), orang Majus datang menyembah-Nya membawa
persembahan-persembahan mereka. Gembala-gembala menjenguk-Nya ketika Ia baru
saja dilahirkan, kemudian Ia disunat pada umur 8 tahun, dan Hana, seorang
nabiah dari suku Asyer, berusia 84 tahun sangat bersukacita karena telah
melihat Yesus. Kemudian Alkitab hanya mencatat dalam Luk 2:40 “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat,
penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada pada-Nya”. Kemudian Alkitab
mencatat lagi saat Yesus berusia 12 tahun (Luk 2:42). Yesus sedang tidak
merayakan Bar Mitzvah di sana, karena usianya masih 12 tahun. Tetapi ini adalah
kunjungan rutin setiap tahun untuk mengadakan perayaan di Yerusalem. Jadi kita
mendapatkan clue lain, Yesus mengunjungi Yerusalem setiap tahunnya bersama
orang tua-Nya.
Hal lainnya
dapat kita perhatikan dari Luk 2:40, bahwa Yesus bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah. Berarti ada proses didikan yang terjadi dalam
diri-Nya.
Menurut Kenneth
O Gangel & Warren S Benson, dalam buku CHRISTIAN EDUCATION: ITS HISTORY
& PHILOSOPHY, mengatakan
bahwa
·
Sejak
awal manusia ada di Taman Eden, keluarga adalah agen pendidikan terpenting di
bumi. Tuhan lah yang membentuk pendidikan dalam keluarga, orang Ibrani tidak
pernah jauh dari sentralitas rumah dalam pengalaman pendidikan. Para orang tua
Ibrani harus melatih, megajar anak-anaknya walaupun mereka hidup
berpindah-pindah di bawah terik matahari, tanggung jawab terhadap kewajiban
untuk takut akan Tuhan itu harus dikomunikasikan, diajarkan.
·
Ketika
Israel ada di padang gurun, mereka dipimpin langsung oleh Tuhan dalam proses
pengabdian kepada kebenaran. Memang peran pengajaran dalam keluarga muncul
sangat kuat di dalam kitab Ulangan (6:7-9). Para orang tua harus secara
berulang-ulang mengajarkan Torah, mengasah selera untuk mendapatkan intelektual
dari anak-anak mereka
Yesus menjadi
penuh hikmat karena didikan dari rumah. Yusuf dan Maria sebagai orang tua
Ibrani yang taat pastinya mengajarkan Taurat berulang-ulang kepada Yesus. Dan
ada kemungkinan juga Yesus mengikuti pendidikan formal Ibrani, beth sefer – house of book, usia 6 sd 13
tahun. King dan Stager dalam bukunya member bukti ditemukan dokumen tentang beth midrash – house of allusion pada
tahun 6 M, yang merupakan pendidikan tingkat akhir sebelum menjadi rabi (ada 3
tingkatan: Beth Sefer, Beth Talmud dan Beth Midrash). Juga dari tulisan Kenneth
O Gangel & Warren S Benson “Pendidikan
house of book dilakukan pertama kali pada abad pertama untuk menyediakan
pendidikan formal di luar rumah”. Menurut sumber lain juga (salah satunya
Powson), mengatakan bahwa sejak zaman Maleaki, Tuhan berdiam diri selam kurang
lebih 400 tahun. Dan juga setelah pembuangan Babel, anak-anak Yahudi/ Ibrani
harus belajar bahasa Ibrani kembali untuk membaca kitab sucinya, dan belajar
Talmud. Kemungkinan pada tahun-tahun itu sudah dimulai pendidikan formal. Pada
pendidikan beth sefer, anak-anak
Ibrani harus menghafal kitab Taurat (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan,
Ulangan).
Sebelum
anak-anak berusia 6 tahun, mereka harus melewati proses didikan di dalam rumah,
ibu yang menjadi penanggung jawab atas proses situ. Tetapi setelah anak masuk
ke sekolah di luar rumah, ayah menjadi penanggung jawab atas anak itu. Pawson
mengatakan bahwa umur 12 tahun masih menjadi peralihan antara tanggung jawab
dari ibu kepada ayah. Itulah sebabnya peristiwa Yesus tertinggal di Yerusalem
(Luk 2:43 “…tinggallah Yesus di Yerusalem
tanpa diketahui oleh orang tua-Nya”). Ayah-Nya berpikir ibu-Nya telah
mengetahui keberadaan-Nya, sebaliknya ibu-Nya berpikir ayah-Nya telah
mengetahui keberadaan-Nya. Mereka hanya berasumsi bahwa Yesus ada dalam
rombongan. Mereka tersadar ketika mereka sudah berjalan sehari perjanlanan,
mungkin saat mereka akan beristirahat. Sehingga mereka harus balik lagi mencari
di antara rombongan apakah Yesus ada di sana atau tidak.
Petunjuk lainnya
dapat kita peroleh dari jawaban Yesus kepada Yusuf dan Maria “… tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus
berada dalam rumah Bapaku?” Luk 2:49. Mari kita melihat dalam versi
lainnya:
And he said unto them, How is it that you
sought me? knew you not that I must be about my Father's business? - KJV2000 (2003)
And he said to them, How is it that you
sought me? knew you not that I must be about my Father's business? - American KJV
And he said to them: How is it that you
sought me? did you not know, that I must be about my father's business? - Douay-Rheims Bible
And he said to them, Why is it that ye have
sought me? did ye not know that I ought to be occupied in my Father's business? - Darby Bible Translation
And he said to them, How is it that ye
sought me? knew ye not that I must be about my Father's business? – Webster Bible
Anak-anak
Yahudi/ Ibrani mempunyai kebiasaan membantu orangtua mereka. Hingga Yesus
disebut anak tukang kayu (Mat 13:55). Mereka terbiasa untuk melakukan their father’s business. Dari sini kita
dapat melihat apa saja yang Yesus lakukan pada masa remaja-Nya, Ia menjadi
tukang kayu seperti ayah-Nya, Yusuf, sehingga Ia dapat menjadi kuat (Luk 2:40).
Orang tua-Nya memang tidak mengerti apa maksud jawaban Yesus itu, tetapi Maria
menyimpan itu dalam hatinya kemudian mereka pun pulang ke Nazaret dan Ia tetap
hidup dalam asuhan mereka (Luk 2:51). Biasanya Yesus melakukan pekerjaan Yusuf
sebagai tukang kayu, namun sekarang Yesus bermaksud melakukan pekerjaan
Bapa-Nya yang di sorga.
Pekerjaan
sebagai tukang kayu bukanlah pekerjaan terendah dalam tatanan masyarakat
Yahudi. Kemungkinan pekerjaan terendah adalah orang yang bekerja di kebon, ntah
sebagai kuli panggul atau sebagai penggembala domba atau apalah itu yang hanya
dibayar 1 dinar per hari, yang menjadi UMR mereka pada saat itu.
Ketika seorang
pendeta pernah berkata bahwa Yesus seharusnya bukan orang miskin, hmm… saya dapat
mempercayai hal itu, bahkan membuktikannya. (Silahkan dilihat pada http://motivationarea.blogspot.com/2010/07/follow-me.html
). Pendeta itu memberikan perspektif dari sisi Yesus dan Yusuf kemungkinan
menjadi penyuplai pembangunan kota Sepporis. Dalam artikel “Follow Me”, saya membahas
dari sisi yang agak berbeda sedikit. Silahkan dibaca J.
So… akhirnya..
my friends, artikel ini mungkin kurang berbobot, but I’m happy. Guru saya
bilang, tidak semuanya pertanyaan kita dapat dijawab dengan begitu mudahnya. Dengan
tidak ada jawaban kita justru menggunakan iman kita agar tetap percaya kepada
Tuhan. Tetapi apa yang sudah dinyatakan, haruslah kita kerjakan. Yuk… kita baca
Ulangan 29:29.
The secret things belong to the LORD our God, but the things revealed belong to us and to our children forever, that we may follow all the words of this law. - NIV
Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."- ITB
Ada beberapa hal yang dirahasiakan TUHAN Allah kita; tetapi hukum-Nya telah dinyatakan-Nya kepada kita, dan kita serta keturunan kita harus mentaatinya untuk selama-lamanya." - IBIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar