Ntah judul itu pas atau ga ya. Tulisan ini hanyalah beberapa perspektif tentang how life works. Kata gampangnya... mau cerita-cerita aje. Memang zaman ini semakin banyak orang-orang yang suka curhat di social media. Sepertinya tidak ada lagi orang yang mau bertatap muka untuk diajak bicara. Manusia semakin suka bicara melalui perantara. Kadang-kadang waktu kita butuh bicara dengan seorang teman baik kita, ehh.. yang jawab sekertarisnya. Dan anehnya sekertaris si "A" dengan sekertaris si "B" dst, sama. Mereka mempunyai sekertaris yang sama, yang bernama Veronika. Ada juga pasangan yang berpacaran yang lebih nyambung bicara melalui jaringan provider daripada berhadapan muka. Tapi percayalah dear readers, tulisan ini bukan curhat. Tulisan ini bertujuan menjadi batu peringatan, versi mudahnya: supaya gw ga lupa.
Aku berpikir keras mencari tau mengapa Tuhan begitu memperhatikanku, dan aku hanya menemukan jawaban bahwa "naturnya Tuhan adalah baik, tidak ada kandungan kejahatan sedikitpun di dalam-Nya". Jawaban ini sama sekali tidak memuaskan karena tidak spesifik. Semakin aku mencari, semakin aku menemukan jawaban "kasih karunia". Berarti bukan karena apa yang aku lakukan tetapi karena Dia yang mau memberikan apapun yang aku mau.
Baru saja kami membahas tentang ini, "keinginan vs kebutuhan". Seringkali kita mendengar "Tuhan memberikan sesuai kebutuhan bukan keinginan". Sayangnya aku ga setuju. Biar keren boleh dong pake ayat-ayat.
"Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu" Yoh 16:23-24
"Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya" Mat 21:22
"Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. " Mark 11:24Kalau kita memperhatikan ketiga ayat di atas, kita menemukan "segala sesuatu", "apa saja", menyangkut kepada apa yang kita doakan, "segala sesuatu yang kita doakan", "apa saja yang kita minta". So tidak dikatakan "apa yang kita butuhkan" saja. Kitab Markus adalah kitab Injil pertama yang ditulis. Kitab Markus ditulis untuk orang yang belum percaya, dan orang bukan Yahudi. Fokus Kitab Markus menuliskan apa yang Yesus lakukan dan menceritakan bahwa Yesus sebagai Anak Manusia. Sedangkan kitab Matius menuliskan apa yang Yesus katakan, ditujukan kepada orang Yahudi dan orang percaya.Yesus diceritakan, ditekankan sebagai Raja orang Yahudi. Ayat di atas dikatakan oleh Raja orang Yahudi. Dengan demikian kita tau perkataan ini penting. Kitab Yohanes juga mencatat perkataan Sang Raja ini, tetapi Sang Raja di kitab Yohanes lebih dikenal dengan Anak Tuhan. Kitab Yohanes adalah kitab teologis, ditulis untuk semua orang dan orang percaya. Fokus dari kitab Yohanes adalah "Siapa Dia", atau Yesus itu.
Dari ketiga penulis yang berbeda, menuliskan perkataan Yesus, dengan gaya yang berbeda, tetapi mempunyai satu tujuan "apa saja yang kamu minta", tentu saja memintanya dengan penuh kepercayaan kepada Tuhan Yesus, pasti akan menerimanya.
Saya memperhatikan penggunaan kata "keinginan dan kebutuhan" ini. Bukan secara semantik tetapi bagaimana kata itu digunakan. Sungguh menarik apa yang saya temukan di sini.Pertanyaannya dimulai dari "Apakah benar kalau ingin itu berarti tak butuh" atau sebaliknya "Apakah benar butuh itu tak ingin". Jika "butuh" itu lebih tinggi derajatnya atau lebih penting daripada "ingin", maka pertanyaannya adalah "sampai dimana ukurannya disebut ;butuh' atau 'ingin'". Kalimat ini akan semakin jelas jika diberi objeknya. Iphone. Sampai sejauh mana orang akan berkata "gue butuh iphone" atau masih dalam tingkatan "gue ingin iphone". Fakta yang saya temukan adalah "kebutuhan itu dimulai dari keinginan, sampai keinginan itu matang akan menghasilkan buah 'butuh'". Misalnya, tadinya gw ga butuh iphone, namun karena gw bergaul di tengah-tengah orang yang bergadget iphone maka timbul keinginan untuk memiliki iphone. Keinginan itu masih bisa ditampias dengan "akh... gw ga butuh iphone, kan masih ada hp, kan masih bisa bawa laptop, kan masih bisa main game pc, kan bisa internetan pake kabel... gw ga butuh iphone". Sampai pada titik "bro, kayak apa sih iphone, liat dong..... ihhh... bagus ya... bisa apa aja nih bro... sms gimana caranya, email bisa ga, telpon telpon gmn, wihh.. praktis ya... bisa ngetik juga.. bisa ini juga... bisa itu juga...wow... kayaknya gw butuh nih", "iya bro, masak lo mau nenteng laptop sana sini, gamenya juga dah jadul, iphone praktis nih".
Mungkin saya harus mengadakan pengamatan lebih banyak lagi, tetapi sampai titik ini saya percaya bahwa "kebutuhan itu muncul akibat adanya keinginan, keinginan itu muncul karena banyak melihat, dan melihat karena pikiran yang mau menerima perubahan". Hal yang perlu kita tau dan kendalikan adalah sampai sejauh mana keinginan itu tidak mengarah kepada dosa.
Ngomong-ngomong soal pikiran yang diubahkan, saya teringat kepada Roma 12:2
" Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."
Hal yang ingin saya bahas adalah berubahlah oleh pembaharuan budimu. Pertanyaannya adalah siapa yang memperbaharui pikiran? Kita kah? Tuhan kah? Jawabannya adalah TUHAN, bukan kita. Ayat ini sering terjadi kesalahpahaman, ya saya juga pernah membahasnya dengan salah. Dari segi tata bahasa saja kita bisa melihat bahwa, "pembaharuan budi" itu sudah terjadi, dan kita hanya mengikuti saja. Dan dalam NIV juga sama saja, "but be transformed by the renewing of your mind".
Memang Tuhan-lah yang memperbaharui pikiran. Ketika kita bertobat, kita menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sifat-sifat kita, keinginan, freewill kita tidak berubah sama sekali. Hal yang pertama kali diubahkan adalah hati kita. Hati dan pikiran adalah dua fungsi yang mempunyai memori sendiri-sendiri, aktifitas sendiri, sendiri, namun dapat seiring berjalan. Ketika salah satunya rusak, pasti ada sistem yang terputus sehingga, kalau ga bikin orang sakit hati, atau sakit pikiran (jiwa). Hati cenderung ke roh, pikiran cenderung ke jiwa. Ketika kita sedang mengalami masalah, kita dapat memutuskan kita mau pakai hati (perasaan) atau mengaktifkan pikiran (logika). Jika roh kita kuat, perasaan tidak mudah untuk diguncang. Jika pikiran kita tidak salah berpikir maka jiwa kita pun sehat. Ketika hati dan pikiran sinkron, maka akan lebih mudah kita mendengar suara Tuhan yang dapat kita dengar melalui pikiran kita dengan lembut.
Ketika Tuhan memperbaharui 'hati', (karena Ia datang ke hidup kita, dan media komunikasi antara Tuhan dan manusia terletak pada roh), maka 'hati' kita berubah, dan 'pikiran' kita juga secara sinkron diberi arah yang baru. Dan saat itu, 'pikiran' kita mulai dilatih untuk hal-hal baru. Boleh dikata hati kita di-inisiasi ulang. Hati lama di-terminated, dan di-regis hati baru. Penghuni 'hati' sudah berubah, sekarang dengan tuan yang baru. Namun, tetap sifat, kebiasaan, memori pikiran tidak hilang. Pikiran dan kehendak masih milik kita. Perubahan 'hati' memberitahukan kepada 'pikiran' bahwa "kita punya tuan yang baru, arahnya sekarang berubah". Nah... di sini 'pikiran' memproses perintah baru yang disinkron dari 'hati'. 'Pikiran' dapat tinggal dalam habit dan kebiasaan yang lama, atau 'pikiran' dapat mengikuti 'hati' untuk mengubah arahnya sekarang.
Tuhan Yesus sudah memberi arah pertobatan. Bertobat berarti berbalik 180 derajat. Fokus tidak kepada diri sendiri tetapi kepad Kristus. Nah.... pertanyaan selanjutnya adalah "maukah kita hidup dalam arah yang baru yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada kita? atau tetap tinggal dalam kebiasaan yang lama, pola pikir yang lama". Kenyataannya adalah banyak orang yang lebih sukadengan arah yang lama, pola pikir yang lama, cara hidup yang lama. Pola yang lama itu dapat kita lihat dari "Belum tau siapa gw?". Jika kita sadar bahwa kita sudah punya pola pikir yang baru maka kita tau kita adalah milik Kristus, dan tak perlu dengan arah yang lama, "belum tau siapa gw?".
Tidak sedikit orang gagal pada "mengikuti arah". Walaupun sudah bertobat dalam hati, untuk selanjutnya kita butuh mengikuti arah baru yang diberikan. Tuhan Yesus memberikan arah baru, kita tinggal mengikutinya saja. Pembaharuan pikiran/ budi itu dikerjakan oleh Tuhan, namun siapkah kita untuk mengikutinya. Jika orang tidak mengikuti program yang baru/ perintah yang baru, maka sudah pasti ia sedang meng-load perintah yang lama sehingga hati dan pikiran tidak sinkron dan end up pada hidup yang berantakan, karena karakter tidak mungkin bisa berubah.
Jika kita ingin mendapatkan segala sesuatu, apa saja, apa saja, ada syarat yang harus kita penuhi. Syarat ini bukan berarti menyangkal kasih karunia tetapi justru membuka keran kasih karunia, membuka diri terhadap kasih karunia. Kitab Yohanes mengatakan "meminta sesuatupun dalam nama-Ku", kitab Matius mengatakan "dengan penuh kepercayaan", kitab Markus mengatakan "percayalah". Hal ini semua sejalan dengan berubahlah oleh pembaharuan budimu. Sebelum semua agenda permintaan kita layangkan, penting bagi kita untuk berubah sesuai dengan arah yang Tuhan Yesus berikan kepada kita ketika kita bertobat kepada-Nya. Maukah kita melatih pikiran kita dengan pikiran yang baru, belajar dari Firman Tuhan untuk mengisi pikiran kita dengan Firman Tuhan. Dengan demikian walaupun di awal kita mempunyai agenda meminta ini itu kepada Tuhan, kita dapat mengerti keinginan-keinginan mana yang sesuai dengan Firman-Nya. Permintaan-permintaan itu pun tidaklah lagi menjadi fokus tetapi menjadi akibat karena arah kita sudah benar. Fokus kita adalah kepada pikiran yang sudah diubahkan itu. Tentu saja di awalnya pikiran itu masih kosong, kitalah yang harus mengisinya dengan Firman Tuhan, melatihnya sehingga hidup kita dapat berkenan.
"Then you will be able to test and approve what God's will is—his good, pleasing and perfect will".- NIV
"Dengan demikian kalian sanggup mengetahui kemauan Allah--yaitu apa yang baik dan yang menyenangkan hati-Nya dan yang sempurna". - IBIS
"Maksud saya, kita bisa mengerti dan memilih apa yang baik dan yang paling tepat bagi kita, serta apa yang menyenangkan hati Tuhan". - TSI
"Maksud saya, kita bisa mengerti dan memilih apa yang baik dan yang paling tepat bagi kita, serta apa yang menyenangkan hati Tuhan". - TSI
Terjemahan TSI (tsi.bahasakita.net), mengatakan "Tetapi marilah kita menyerahkan tubuh kita sebagai kurban persembahan kepada Allah, dan Dia akan memperbarui pikiran kita— sehingga kita bisa mengetahui apa yang menjadi kehendak Allah bagi kita dan apa yang terbaik dalam setiap keadaan". Kata "mempersembahkan tubuh", berarti ada hal yang dulunya kita rasakan enak yang harus kita serahkan, tidak memakainya lagi, tidak merasakannya lagi dan Tuhan akan menggantikannya dengan yang baru.
Berarti paket bertobat adalah
1. mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, Roma 10:9 - TB
2. Dia akan memperbarui pikiran kita, Roma 12:2 - TSI
3. be transformed, Roma 12: 2 - NIV
Memang menurut pengertian tradisional bertobat adalah percaya. Hanya sesimpel itu koq. Jika kita ingin belajar tentang "percaya", kita dapat belajar dari kitab Injil Yohanes. Yohanes mencatat kata "percaya" sebanyak 90 kali. Dan kita tau inti atau tujuan Injil Yohanes ditulis untuk semua orang adalah " tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya. " Yoh 20:31. Dan semua bentuk kata "percaya" itu ditulis dalam kata kerja, artinya percaya itu butuh kontiniuitas. Jadi tidak mungkin orang yang percaya kepada Kristus tetapi masih berniat berbuat jahat. Kemungkinannya ada 2, pernyataannya salah, atau ada sistem yang salah. Tidak mungkin pernyataannya salah. Sistemnya salah. Berarti ketika ia bertobat tidak diikuti be transformed. Hati dan pikirannya tidak sinkron. Artinya masih ingat-ingin arah yang dulu, masih ingat-ingat lagi waktu dipimpin oleh tuan yang lama.
Kita perlu mengisi pikiran kita dengan perkataan tuan kita, yaitu perkataan Tuhan Yesus, agar kita tidak perlu mengingat-ingat perkataan tuan yang lama. Percaya perlu kesinambungan, jadi pikiran kita butuh diisi setiap hari, perlu belajar tiap hari dari Firman Tuhan. Tidak heran jika percaya kita itu kadang berkurang karena pikiran kita tidak lagi diisi oleh Firman Tuhan.
Jika kita sudah mengisi pikiran kita dengan Firman Tuhan, kita dapat meminta apa saja, segala sesuatu, pasti Tuhan jawab permintaan kita itu. Tidak hanya kebutuhan. Keinginan juga.
7“Mintalah terus kepada Allah, maka kamu akan menerimanya. Carilah terus, maka kamu akan menemukannya. Ketuklah terus, maka pintu akan dibukakan bagimu. 8Karena setiap orang yang meminta dengan tekun akan menerima apa yang dia minta. Setiap orang yang mencari dengan tekun akan mendapatkan apa yang dia cari. Dan setiap orang yang terus mengetuk pintu, maka pintu itu akan dibukakan baginya", Mat 7:7 - TSI"Mintalah, maka kalian akan menerima. Carilah, maka kalian akan mendapat. Ketuklah, maka pintu akan dibukakan untukmu. Karena orang yang minta akan menerima; orang yang mencari akan mendapat; dan orang yang mengetuk, akan dibukakan pintu". Mat 7:7 - IBIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar