Kemaren ku menghadiri ultah salah satu gereja. Sungguh meriah acara yang disuguhkan, musik, lighting, drama. Acara belum dimulai pun ruangan sudah penuh. Rasanya tidak ada yang rela terlambat dan mendapat tempat di 'gereja tangga'. Tentunya sebelum pintu dibuka pun orang sudah mengantri rapi di depan pintu. Coba saja orang-orang yang mengantri di bandara P*l*nia mengikuti budaya ini, sungguh wajah Indonesia terlihat lebih ramah.
Dan hal yang membahagiakan dan membanggakan bagiku adalah dapat melihat suamiku mendapat peran dalam pertunjukkan drama di situ. Pertama kali kulihat wajahnya di fesbuk, aku ngakak sendiri... wkwkwkw.... duhileee... dirinya yang sabar nan lembut itu menjadi tampang sangar nan gahar. Minggu pagi jam 4, temennya menelpon supaya dia menggantikan temannya yang seharusnya berperan sebagai preman pasar itu. Langsung dia sambar handuk dan lari ke kamar mandi. Segera bersiap dan ngacir ke upperroom.
Wahh... tak sia-sia ia bangun pagi-pagi tergopoh-gopoh, actingnya bagus juga...hihihih.... Sementara aku hanya menonton dua pertunjukkan terakhir dari 5 pertunjukkan yang mereka tampilkan. Kumendoakannya dari jauh saja. hehe. Uppss... walaupun tergesa-gesa, kami sempat untuk berdoa bersama. Setelah itu ia pergi, dan aku melanjutkan tidur.. hehe.
Ketika ku mendengar kotbah... wew... beberapa poin yang dipaparkan sama seperti apa yang pernah aku pikirkan dan pertanyakan. Misalnya tentang mengucap syukur, "Tuhan itu baik, bukan karena Ia berusaha berbuat baik, sekalipun kita tidak dapat merasakan kebaikan-Nya, tidak mengubah bahwa Tuhan itu baik". Dan melalui kotbah itu, ada pertanyaan ku yang terjawab. Pertanyaannya adalah "Jika Yohanes adalah murid yang paling dikasihi, mengapa Yesus bertanya kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba?". Jawaban yang gw dapet kemaren adalah "Komitmen datang dari orang yang mengasihi kita, bukan dari orang yang kita kasihi". Yesus sangat mengasihi Yohanes, tetapi Petrus lah yang membuat pernyataan kalau ia mengasihi Yesus. Tanggung jawab dapat diberikan kepada orang yang berkomitmen, bukan dari orang yang kita kasihi. Itulah sebabnya orang-orang yang kita kasihi belum tentu mempunyai visi yang sama dengan kita, tetapi orang yang mengasihi kita dapat mendukung visi kita.
Ada begitu banyak poin-poin yang dipaparkan yang sangat memberkati. Tetapi ada 2 hal yang menyergap pikiranku dan begitu berkesan yang nantinya akan ku bahas.
1. Hidup ini tidak dapat di fast forward. Seringkali kita ingin tau ending dari persoalan yang kita hadapi sekarang. Seperti di film dapat dipercepat ceritanya "3 tahun kemudian...". Sayangnya dalam kenyataan hidup kita tidak dapat demikian.
2. Amsal 4:23. Hati tempat pancaran kehidupan. Begitu mendengar ayat ini dibacakan, kuteringat tentang artiekel yang pernah kutulis yang berkenaan dengan pernikahan. Pada artikel berikutnya akan dibahas. Aku memang bukan ahlinya, tapi belajar untuk menjadi ahli, boleh dong :) upss... hanya belajar koq. Bagiku belajar adalah bertanya dan membuat pernyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar